Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Peneliti BRIN Raih L'Oreal-UNESCO FWIS 2024, Teliti Bio-Jet Fuel dari Kelapa

Penelitian terkait bio-jet fuel sudah lama dilakukan di Pusat Riset Kimia BRIN.

21 November 2024 | 19.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Peneliti Ahli Madya dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Deliana Dahnum dalam diskusi di Kantor B.J Habibie BRIN, Jakarta, Kamis, 21 November 2024. TEMPO/Defara

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Ahli Madya dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Deliana Dahnum menjadi salah satu penerima penghargaan dalam program L’Oréal-UNESCO for Women in Science (FWIS) 2024. Penghargaan ini diberikan atas inovasinya dalam penelitian bio-jet fuel berbahan dasar kelapa, yang bertujuan mengurangi emisi karbon dan mendukung penggunaan energi berkelanjutan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam diskusi dengan media di Kantor B.J. Habibie BRIN, Deliana mengungkapkan bahwa bahan bakar fosil memberikan dampak buruk terhadap lingkungan, seperti memicu pemanasan global dan meningkatkan suhu bumi. Oleh karena itu, diperlukan terobosan energi baru untuk mengurangi efek gas karbon dioksida.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Bio-jet fuel ini kami buat dari bahan lokal yang bukan dari bahan fosil karena bahan fosil sendiri tidak terbarukan. Jadi butuh waktu lama untuk bisa didapat. Bio-jet fuel ini berbahan baku lokal yang bisa diperbarui,” kata dia di Jakarta, Kamis, 21 November 2024. 

Deliana menjelaskan bahwa bio-jet fuel merupakan energi terbarukan yang memanfaatkan minyak nabati sebagai bahan baku. Dalam penelitiannya, kelapa dipilih karena merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia. Namun, tidak semua kelapa layak ekspor. Sekitar 20–30 persen hasil produksi kelapa, seperti yang terlalu kecil, kurang matang, atau berjamur, dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bio-jet fuel.

“Salah satu bahan untuk membuat bahan bio-jet fuel bisa diambil dari bahan-bahan biomassa dari alam sekitar, seperti kelapa,” tuturnya. “Ada potensi yang bisa dikembangkan dari kelapa yang tidak layak ekspor tadi, jadi bahan baku pembuatan bio-jet fuel.”

Proses produksi bahan bakar ini menggunakan katalis berbasis material Metal-Organic Frameworks (MOFs) dan saat ini masih dalam tahap uji laboratorium. Berdasarkan penelitian, bio-jet fuel berbahan dasar kelapa memiliki potensi mengurangi jejak karbon hingga 80 persen. Selain ramah lingkungan, inovasi ini juga mendukung pemanfaatan sumber daya lokal serta memperkuat konektivitas ekonomi di Indonesia.

Deliana menjelaskan bahwa penelitian terkait bio-jet fuel sebenarnya sudah lama dilakukan di Pusat Riset Kimia, namun dia baru mulai terlibat setelah kembali dari studi S3 pada 2021. “Ketika membaca topik ini, saya tertarik dan mulai menelitinya sejak 2021,” ungkapnya. Ke depan, Deliana berencana untuk mengeksplorasi bahan baku lain selain kelapa sebagai alternatif lain.

Peneliti BRIN itu berharap penelitiannya dapat diimplementasikan dalam skala yang lebih luas di masa mendatang dan memberikan dampak nyata dalam mendukung mitigasi perubahan iklim.

Dia juga menginginkan agar riset bio-jet fuel ini dapat terus dimanfaatkan dan dikembangkan sehingga mempercepat proses pengembangan ke tahap yang lebih maju. Dengan begitu, teknologi ini diharapkan dapat berperan langsung dalam memenuhi kebutuhan energi Indonesia yang berkelanjutan.

Sebagai informasi, ada empat peneliti perempuan yang penerima penghargaan L’Oréal-UNESCO FWIS 2024. Mereka, masing-masing, berhak atas pendanaan riset senilai Rp 100 juta. Para penerima penghargaan ini menciptakan inovasi yang difokuskan pada solusi ketahanan pangan, energi berkelanjutan, serta ketangguhan menghadapi bencana. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus