Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Warga menemukan sebuah lubang misterius di aliran Sungai Kaliasat, tepatnya di Dusun Kaliandhong, Desa Dawuhan, Kecamatan Kademangan, Blitar. Lubang atau sinkhole ini muncul di sungai yang bergantung pada hujan, menyedot seluruh aliran air yang melewatinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lubang tersebut pertama kali ditemukan pada Jumat, 1 November 2024, ketika warga melihat aliran air Sungai Kaliasat tersedot ke dalam lubang tersebut. Padahal, hujan baru saja turun pada Kamis, 31 Oktober, setelah desa tersebut mengalami musim kemarau yang panjang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Masyarakat khawatir air tidak lagi mengalir di Sungai Kaliasat, karena mereka sangat bergantung pada aliran air dari sungai tadah hujan ini.
1. Diduga akibat proses pelarutan tanah
Berdasarkan analisis sederhana terhadap visual dan peta yang dimiliki oleh Badan Geologi,, diduga lubang tersebut terbentuk akibat proses pelarutan tanah yang berlangsung dalam jangka waktu lama.
Husna, Penyelidik Bumi, Pusat Air Tanah Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menyebutkan hal ini kemungkinan terjadi karena adanya rongga atau gua di bawah aliran sungai (sinkhole) yang sebelumnya tertutup oleh lapisan tanah. Namun seiring waktu, lapisan tersebut larut dan akhirnya menimbulkan lubang yang kini menyedot air sungai.
"Jika melihat kondisi tanah di daerah tersebut yang dekat dengan lokasi tambang batu kapur, kemungkinan pelarutan terjadi pada lapisan kapur yang memang memiliki sifat mudah larut ketika terkena air," kata dia, dikutip dari Antara.
2. Diperkirakan ada gua bawah tanah
Hingga akhir pekan lalu, analisis dari tim Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengenai lubang misterius tersebut belum mencapai kesimpulan.
Ahli geologi dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Amien Widodo, menduga lubang tersebut terbentuk akibat runtuhnya gua bawah tanah yang kemudian menciptakan sinkhole atau lubang ambles. “Jika memang ada lubang gua, maka air sungai akan disedot dan masuk gua,” kata Amien pada Sabtu, 9 November 2024.
Amien belum bisa memastikan bakal seberapa luas area perairan sungai yang bakal tersedot. "Yang pasti di sekitaran daerah itu saja,” ujarnya.
Menurutnya, keberadaan gua bawah tanah sering dijumpai di daerah karst yang terbentuk dari batuan gamping atau kapur, seperti wilayah Blitar. Selain itu, kawasan karst di Blitar berada di zona tektonik aktif dan beriklim tropis dengan curah hujan tinggi, yang menyebabkan banyak retakan atau patahan pada batuan kapur di area ini.
“Kawasan karst akan banyak ditemukan gua, danau bekas sinkhole (uvala), bukit kerucut, dan lain-lain,” kata Amien yang juga peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS.
3. Pembentukan sinkhole karena air hujan
Amien menjelaskan bahwa sinkhole terbentuk dari proses peresapan air hujan ke dalam batuan gamping. Seiring berjalannya waktu, celah atau retakan pada batuan kapur semakin melebar, menciptakan jaringan gua yang saling terhubung. Aliran air hujan yang terus meresap ke dalam batu gamping membuat gua-gua tersebut bertambah besar dan semakin mendekati permukaan tanah. “Langit-langit atas gua tersebut akan runtuh dan dikenal dengan sinkhole,” ujarnya.
Selain itu, kata Amien, sinkhole semakin cepat terbentuk akibat bertambahnya bangunan di atas permukaan tanah. "Sebab, pembangunan akan menambah tekanan pada langit-langit gua," kata dia.
SUKMA KANTHI NURANI | HANAA SEPTIANA | ANTARA
Pilihan editor: Penelitian Fenomena Sinkhole di Sungai Kaliasat Masih Menunggu Musim Hujan, Kenapa?