Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan memunculkan terobosan dan inovasi baru dalam industri pangan, salah satunya golden rice atau beras emas. Mengutip laman NYU Langone Health, golden rice merupakan tanaman yang ditingkatkan kualitas nutrisinya (biofortifikasi) yang dimodifikasi secara genetik.
Apa itu golden rice?
Biofortifikasi meningkatkan nilai gizi tanaman. Golden rice dimodifikasi secara genetik untuk menghasilkan beta-karoten, yang biasanya tak ada dalam beras putih. Beta-karoten diubah menjadi vitamin A saat proses metabolisme tubuh manusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip Science Direct, golden rice telah dimodifikasi secara genetik untuk menghasilkan beta-karoten dalam endosperma biji-bijian. Ini meningkatkan status vitamin A terhadap konsumen makanan yang kekurangan nutrisi itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Golden rice diklaim mengurangi risiko kekurangan gizi mikro dan vitamin A. Kemungkinan untuk meningkatkan tanaman yang dimodifikasi secara genetik, biofortifikasi digunakan untuk strategi mencegah malanutrisi mikronutrien.
Strategi pangan bernutrisi?
Bank Dunia menyarankan biofortifikasi mikronutrien tanaman pokok, termasuk golden rice. Pada 1990-an, menurut laporan Golden Rice Project, kemajuan terhadap tujuan pembangunan milenium PBB menurunkan jumlah risiko kekurangan vitamin A menjadi sekitar 2 persen. Itu dicapai dengan kombinasi program vaksinasi massal campak, akses air bersih, dan suplemen vitamin A.
Upaya itu juga bersamaan dengan pembangunan ekonomi dan pendidikan tentang diet untuk mengurangi kerawanan pangan. Klaim mengenai keadaan itu, maka muncul adopsi tanaman biofortifikasi seperti golden rice.
Golden rice diperkenalkan oleh ilmuwan Jerman
Proyek golden rice diperkenalkan pada 1999, ketika dua ahli biologi, Ingo Potrykus dan Peter Beyer mengusulkan rencana kepada Yayasan Rockefeller untuk merekayasa genetika beras untuk meningkatkan nilai gizinya. Yayasan Rockefeller mendukung tujuan mereka untuk menyediakan pendekatan biofortifikasi berkelanjutan untuk mengurangi masalah kekurangan vitamin A di negara-negara berkembang.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.