Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Guru Besar IPB Ungkap 72 Persen Tanah Pertanian di Indonesia Sakit

Guru Besar IPB University mengungkapkan bahwa 72 persen dari tanah pertanian di Indonesia saat ini sedang "sakit" karena kekurangan bahan organik.

30 Mei 2022 | 10.09 WIB

Kementerian Pertanian (Kementan) menjamin stok pupuk subsidi untuk petani di Provinsi Jawa Barat jelang musim tanam kedua mencukupi
Perbesar
Kementerian Pertanian (Kementan) menjamin stok pupuk subsidi untuk petani di Provinsi Jawa Barat jelang musim tanam kedua mencukupi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar IPB University, Iswandi Anas Chaniago, mengungkapkan bahwa 72 persen dari tanah pertanian di Indonesia saat ini sedang "sakit" karena kekurangan bahan organik. Menurut dia, kondisi tersebut disebabkan oleh penggunaan pupuk kimia yang masih sangat tinggi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Di era 1960-an, lanjutnya, tanah di Indonesia masih bagus karena kadar organiknya masih saat tinggi, sehingga dengan tambahan pupuk kimia pertumbuhan tanaman meloncat dua kali lipat. "Tapi sifat manusia ingin mudahnya saja lebih memilih Urea atau SP saja daripada harus membawa pupuk organik begitu banyak, akhirnya pupuk organiknya ditinggalkan, sehingga lama kelamaan tanahnya rusak," katanya dalam rilis pada Sabtu, 28 Mei 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Iswandi menyebutkan pada 1930-1950 Pulau Jawa masih didominasi kadar bahan organik tanahnya masih sangat tinggi, namun 1960-1970 sebagian besar kadar organiknya kurang dari 1 persen, bahkan pada 2010 makin rendah sehingga, sekarang tanahnya pada rusak dan tidak gembur lagi.

Oleh karena itu, pihaknya mendorong penggunaan pupuk organik, apalagi Indonesia mempunyai banyak sumber bahan pupuk organik, baik dari limbah peternakan, pertanian, perikanan, tempat pembuangan akhir (TPA), pabrik gula, dan hutan tanaman industri (HTI).

Menurut dia, pemupukan berimbang antara pupuk organik dan pupuk kimia memiliki peran yang sangat penting untuk menjawab tantangan peningkatan produksi padi dan jagung nasional secara berkelanjutan.

"Jadi, sebenarnya pupuk organik dan pupuk kimia bukan untuk dipertentangkan, tetapi untuk digunakan bersama-sama. Pupuk organik dilengkapi dengan pupuk kimia," ujarnya.

Selain mendorong penggunaan pupuk organik, Dewan Pakar Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (Maporina) Ina Sri juga menyarankan untuk mulai mengurangi takaran pupuk kimia. Menurut dia, manfaat pupuk organik adalah memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi tanah sebagai sumber hara, mengurangi pemadatan tanah dan meningkatkan aktivitas mikroba tanah dan juga cacing tanah.

Head of Promotion Uralkali, produsen pupuk potash (kalium) asal Rusia, Maxim Bratchikov menjelaskan, Rusia merupakan salah satu produsen KCl terbesar dunia dengan produksi mencapai 13,6 juta ton pada 2020. Sementara, Uralkali menjadi produsen utama dan terbesar KCl di Rusia dengan produksi sekitar 12,3 juta ton di tahun 2021 yang dipasok ke 70 negara di dunia.

Dikatakannya pupuk KCl berfungsi meningkatkan retensi tanaman terhadap kekeringan, racun, dan hama, serta meningkatkan kualitas buah. Pemakaian KCl pada padi meningkatkan produksi biji hingga 19 persen.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus