Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Guru Besar UNS Ungkap Soal Eliminasi TB dan Infeksi Latennya

Dari pasien terinfeksi TB, sekitar 5 persen akan berkembang menjadi TB aktif dalam setahun pertama dan 95 persen mengalami infeksi TB

20 Maret 2023 | 01.52 WIB

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Solo - Biomarker sitokin dan kemokin dapat digunakan untuk mendiagnosis infeksi laten tuberkulosis (ILTB) sehingga dapat segera diberikan pengobatan yang tepat. ILTB adalah keadaan saat sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi tidak mampu mengeliminasi bakteri penyebab TB, Mycobacterium tuberculosis, dari tubuh secara sempurna tetapi mampu mengendalikannya sehingga tidak timbul gejala sakit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Reviono, dan dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi paru Bobby Singh mengungkap itu dalam buku terbaru mereka. Buku berjudul Sitokin dan Kemokin: Biomarker Tuberkulosis Laten itu meluncur di UNS Inn, Minggu, 19 Maret 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Peluncuran buku Tuberkulosis ini salah satu bentuk produk dari Program S-3 Ilmu Kedokteran UNS, juga dalam rangka memperingati Hari TB Sedunia sekaligus Dies Natalis ke-47 UNS tahun ini," ujar Reviono dalam konferensi pers peluncuran buku, Minggu siang.

Mereka memaparkan sejumlah permasalahan seputar penanganan penderita TB aktif atau ada yang mengenal sebagai TBC. Salah satu penyakit infeksi tertua di peradaban manusia ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia, termasuk di Indonesia.

Penyebab penyakit TB sudah diketahui oleh Robert Koh yaitu Mycobacterium tuberculosis pada 24 Maret 1882 atau 141 tahun yang lalu. Setiap 24 Maret kemudian diperingati sebagai Hari TB Sedunia. Meskipun hampir 1,5 abad penyebab penyakit TB ini sudah diketahui dan obatnya pun juga sudah ditemukan sekitar tahun 1940-an, tetapi sampai saat ini TB masih menjadi masalah di dunia. 

Tema Hari TB Sedunia yang diangkat pada tahun ini pun menjadi relevan, yaitu 'Ayo Bersama Akhiri TB, Indonesia Bisa'. Indonesia saat ini menempati peringkat kedua dunia dengan beban kasus terbanyak setelah India yaitu 312/100.000 penduduk sedangkan angka kematian mencapai 34/100.000 penduduk. 

Guru Besar Fakultas Kedokteran UNS Solo, Reviono (kiri), dan dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi, Bobby Singh, menunjukkan buku tentang infeksi laten tuberkulosis yang mereka luncurkan, Minggu 19 Maret 2023. (TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE)

"Saat ini WHO telah menetapkan eliminasi TB sampai 2030 dengan menurunkan jumlah kasus 80 persen  dan jumlah kematian 90 persen," kata Reviono sambil menambahkan, pada 2015, target program penanggulangan TB nasional adalah eliminasi TB 2035 dan bebas TB pada 2050.

Eliminasi TB yang dimaksud adalah tercapainya cakupan kasus TB sebanyak 1 kasus per 1 juta penduduk. Hambatan yang harus dihadapi untuk target eliminasi itu adalah: resistensi obat antiTB, tidak semua penderita TB mau diobati, kepatuhan minum obat,  infeksi TB laten, ataupun ILTB yang akan bermanifes terjadi TB aktif sehingga menjadi sumber penularan.

Baca halaman berikutnya: Infeksi laten TB dan kendala alat diagnostik

Kejadian TB diawali dengan masuknya kuman patogen TB. Oleh sistem imun pada sebagian besar host akan meresponsnya secara berkecukupan, membatasi pertumbuhan bakteri, dan mencegah terjadinya infeksi. Tidak semua orang yang terpajan patogen TB akan berkembang memberikan gejala alias terinfeksi penyakit TB. 

Menurut Bobby, sekitar 30 persen orang yang terpajan kuman TB akan terinfeksi, sementara 70 persen tidak terinfeksi. Dari pasien yang terinfeksi TB, sekitar 5 persennya akan berkembang menjadi TB aktif dalam setahun pertama infeksi dan 95 persen mengalami infeksi TB laten.

"Setelah satu tahun, sekitar 3-5 pesen pasien dengan TB laten akan berkembang menjadi TB aktif dan sisanya akan tetap memiliki TB laten sepanjang hidup," katanya. Beberapa studi menunjukkan bahwa sekitar 5-10 persen orang dengan ILTB akan berkembang menjadi TB aktif dalam 5 tahun pertama sejak pertama kali terinfeksi.

Orang dengan ILTB biasanya memiliki hasil pemeriksaan rontgen thorax normal serta hasil pemeriksaan dahak tes cepat molekuler (TCM) negatif. "Tetapi, apabila dilakukan tuberculin skin test (TST) atau pemeriksaan interferon gamma-release assay (IGRA), hasilnya akan positif." 

Diagnosis dan pengobatan ILTB merupakan salah satu strategi WHO untuk mengontrol dan mengeliminasi TB. Hasil pemodelan yang dilakukan Dye et al. pada 2013 menunjukkan target End TB Strategy 2035 hanya dapat tercapai dengan mengkombinasikan upaya pengobatan TB aktif secara efektif dan upaya pencegahan TB dengan pemberian terapi pencegahan TB (TPT) pada kasus ILTB tersebut.

Sebuah review yang dilakukan terhadap panduan pengobatan juga menemukan bahwa pengobatan ILTB dapat mengurangi risiko reaktivasi sekitar 60-90 persen.

Salah satu permasalahan untuk dapat mendeteksi infeksi TB laten adalah tentang alat diagnostik yang akurat tetapi terjangkau oleh masyarakat. Saat ini TST dan IGRA belum memenuhi persyaratan seperti itu.

"TST memang cenderung lebih murah tetapi akurasinya rendah terutama pada kelompok imunokompromi atau orang dengan sistem imun yang terganggu, sedangkan IGRA akurasinya lebih baik tetapi harganya mahal," katanya. Harga yang mahal ini mengakibatkan masyarakat enggan untuk memeriksakan diri, akibatnya banyak masyarakat yang memiliki infeksi TB Laten tidak terobati.

Upaya untuk mendapatkan alat diagnostik yang akurat telah dilakukan yaitu dengan melakukan penelitian guna mendapatkan biomarker infeksi TB laten yang lebih baik daripada IGRA. “Melalui sitokin dan kemokin ini, semoga yang selama ini buat tes mahal, diharapkan bisa lebih murah dan efektif,” tuturnya.


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Zacharias Wuragil

Zacharias Wuragil

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus