Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Menyambut Hari Lupus Sedunia 10 Mei, Yayasan Syamsi Dhuha di Bandung menyiapkan buku cerita bergambar tentang lupus khusus untuk anak kalangan usia 8-12 tahun. Komik setebal 40 halaman itu berjudul Berteman dengan Si Kupu-kupu atau Befriend the Butterfly.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami bikin bilingual dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris untuk kalangan global,” kata Ketua Yayasan Syamsi Dhuha, Dian Syarief, Jumat 10 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pembuatan komik itu melibatkan mahasiswa dan tim Desain Komunikasi Visual Institut Teknologi Bandung atau DKV ITB. Penyempurnaan kemudian dilakukan agar pesannya mudah dipahami anak-anak.
Rencana peluncuran komik Berteman dengan Si Kupu-kupu atau Befriend the Butterfly itu akan dilakukan Ahad, 12 Mei 2024, bersamaan dengan perayaan World Lupus Day. Perayaan akan dihelat daring dan menggaungkan tema internasional Make Lupus Visible.
Komik anak tentang lupus hasil kolaborasi Yayasan Syamsi Dhuha dengan tim Desain Komunikasi Visual ITB. (Dok.SDF)
Yayasan Syamsi Dhuha menggambarkan simbol lupus dengan bentuk kupu-kupu, dari bentuk ruam yang muncul pada wajah orang dengan lupus atau odapus. Lupus yang dalam ilmu kedokteran disebut sebagai Systemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan penyakit peradangan menahun yang dapat mengenai berbagai organ dan sistem tubuh.
Gejala itu muncul sebagai reaksi alergi terhadap diri sendiri atau disebut juga autoimun, saat sistem imunitas atau kekebalan tidak mengenali sel atau jaringan dalam tubuh seseorang. Sel dianggap sebagai zat asing lalu diserang dan kemudian rusak. Sel atau jaringan tubuh mana yang terkena antara satu pasien dengan pasien lainnya tidak sama.
Walaupun kasusnya sudah ditemukan lebih dari satu dekade, hingga saat ini penyebab lupus belum diketahui. Dugaannya, lupus terjadi ketika suatu susunan gen yang memiliki kelemahan terkena paparan faktor lingkungan, yaitu ketidakseimbangan hormon, stres fisik maupun psikis (pikiran), sinar ultraviolet, infeksi, beberapa jenis obat, atau zat kimia tertentu.
Dari catatan Yayasan Syamsi Dhuja, diperkirakan lebih dari lima juta orang terdiagnosis lupus di seluruh dunia. Belum ada angka pasti jumlah penderita di Indonesia. Namun, jika memakai prevalensi di Amerika yaitu 52 kasus per 100 ribu penduduk, maka diperkirakan jumlah odapus di Indonesia adalah 300 ribu orang. Mayoritas atau sekitar 90 persen adalah wanita aktif usia subur yang berusia antara 15-45 tahun.
Menurut Dian, komik tentang lupus untuk anak ini merupakan buku yang kedua. Sebelumnya Yayasan Syamsi Dhuha telah membuat buku untuk anak dan orang tua untuk mengenalkan soal lupus dengan judul Luppy Sahabatku yang Nakal. Buku yang diminati secara global itu, menurut Dian, kini telah dialih bahasakan ke lima bahasa yaitu Inggris, Prancis, Jerman, Belanda, dan Arab.
Dian mengatakan, kebutuhan informasi tentang lupus dalam bahasa yang sederhana dan mudah dipahami dinilai cukup besar. Saat ini, buku terbaru, komik tentang lupus, baru dicetak terbatas yaitu 100 eksemplar edisi Bahasa Indonesia dan 10 eksemplar yang berbahasa Inggris.
Gagasan selanjutnya, buku itu tidak hanya akan dicetak melainkan dikembangkan sebagai buku multimedia. Konsep itu dinyatakan akan direalisasikan bertahap. Selama ini yayasan menyebarkan bukunya dengan sistem donasi.