Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Identifikasi Burung di Relief Candi Borobudur, Ada Jenis dari Luar Jawa?

Tim peneliti biologi dari BRIN mengamati dan mengidentifikasi jenis-jenis burung yang ada dalam relief Candi Borobudur.

8 Januari 2022 | 14.09 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Jenis burung merak hijau (kotak merah) di panel BLD1A, IV 115 Lalitavistara Candi Borobudur. FOTO: Borobudur Conservation Office

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti dari Museum Zoologicum Bogoriense, Pusat Riset Biologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengamati dan mengidentifikasi jenis-jenis burung yang ada dalam relief Candi Borobudur. Studi dilakukan di satu segmen yang disebut Lalitavistara, terdiri dari 120 panel, di sepanjang lorong pertama baris teratas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hasilnya, mereka mendapati total 133 gambar terdiri dari 22 jenis burung yang tersebar di 31 dari 120 panel itu. Jenis-jenis burung itu disebutkan ikut menjadi bagian alur cerita dalam setiap panel yang saling tersambung dari kanan ke kiri tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jenis-jenis burung diidentifikasi berdasarkan preferensi morfologi, perilaku dan habitatnya. Tak cukup sampai di sana karena identifikasi jenis juga membutuhkan kesesuaiannya dengan konteks dan alur cerita pada setiap panel di mana gambar burung itu berada.

“Sulit menentukan jenisnya tanpa memahami makna dari keberadaan setiap burung maupun fauna yang ada,” kata Ibnu Maryanto, peneliti yang menuliskan laporan studi itu dalam jurnal Tropical Natural History terbit 29 Desember 2021 saat dihubungi Jumat 7 Januari 2022. Koleganya dalam penelitian itu adalah Hidayat Ashari dan Rusdianto Rusdianto.

Dari jumlah 133 gambar burung yang didapati di segmen Lalitavistara, jenis yang paling banyak muncul adalah burung merak hijau (Pavo muticus) sebanyak 29 gambar diikuti merpati karang (Columba livia) sebanyak 27 gambar. Merak, disebutkan dalam hasil studi, adalah simbol kemegahan dan elegan. 

Dalam panel-panel Lalitavistara, merak hijau hanya bisa diidentifikasi dari morfologi leher dan sayapnya. Tidak satupun gambarnya yang menunjukkan ekornya sedang berkembang. Keyakinan identifikasi jenis merak itu didukung oleh kemunculannya di atas dahan pohon di latar cerita Taman Asoka, paviliun sekitar istana, sekolah, dan Istana Varanasi. Itu juga sesuai perilaku merak yang biasa ditemui di habitat taman dan wilayah terbuka.

Merak hijau juga ada dalam panel yang sama dengan Bodhisattva atau calon Buddha dalam empat latar cerita yang berbeda. Diduga, memberi impresi elegan dan kebesaran Bodhisattva. Ini juga sejalan dengan interpretasi kenapa tidak satupun burung merak itu yang sedang memamerkan bulu-bulu ekornya yang indah karena ini melambangkan arogansi ataupun kemewahan sesaat.

Burung merpati karang dan jenis merpati lainnya hadir dalam relief untuk simbol yang lain, yakni si pembawa pesan, kesetiaan, dan kasih. Burung jenis ini kerap digambarkan di sisi kanan panel yang bisa berarti latar cerita pagi dengan udara yang segar. 

Jenis-jenis lainnya seperti elang, burung gereja dan jalak kebo. Seluruhnya diyakini bukan sekadar pelengkap atau gambar artistik di setiap panel, tapi juga memiliki makna mendalam. “Keberadaan burung dan fauna lainnya memberi perspektif dan dimensi baru tentang bagaimana menuturkan cerita relief Lalitavistara di Candi Borobudur,” kata Ibnu.

Jenis burung merpati (kotak biru) dan dua jenis burung lainnya di panel BLD1A, III 74 Lalitavistara Candi Borobudur. FOTO: Borobudur Conservation Office

Dalam Lalitavistara pula terungkap jenis-jenis burung yang ada memiliki sebaran populasi di Jawa, kecuali untuk betet ekor panjang (Psittacula longicauda). Jenis ini disebutkan hanya ditemukan di Sumatera dan Kalimantan.

Kemunculannya dalam relief Candi Borobudur bisa berarti dua kemungkinan. Pertama, burung jenis ini hadir lewat imajinasi pemahatnya dan faktor perdagangan antar pulau yang membawa burung itu ke Jawa. Kedua, betet ekor panjang pernah hidup di Jawa namun kini sudah punah. Menurut tim penelitinya, identifikasi jenis ini termasuk yang membutuhkan studi lebih lanjut.


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus