Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah ahli kimia menemukan metode ramah lingkungan untuk mendaur ulang plastik dengan memanfaatkan kelembapan udara. Cara ini memungkinkan plastik jenis polietilena tereftalat (PET) diurai tanpa menggunakan pelarut, sehingga lebih hemat energi dan tidak menghasilkan limbah beracun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Green Chemistry, para peneliti menjelaskan bahwa proses ini menggunakan katalis murah untuk memecah ikatan dalam PET. Setelah plastik terfragmentasi, udara sekitar mengubahnya menjadi monomer yang bisa digunakan kembali untuk membuat produk PET baru atau bahan dengan nilai lebih tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yosi Kratish, asisten profesor riset kimia di Weinberg College of Arts and Sciences, Northwestern University, menyoroti perlunya teknologi baru untuk mengatasi limbah plastik.
“Amerika Serikat adalah pencemar plastik nomor satu per kapita, dan kita hanya mendaur ulang 5 persen dari plastik tersebut. Kita sangat membutuhkan teknologi yang lebih baik untuk mengolah berbagai jenis limbah plastik,” kata Kratish, dikutip dari Earth.com, Senin, 17 Maret 2025.
Ia juga menjelaskan bahwa kebanyakan teknologi daur ulang saat ini hanya melelehkan botol plastik dan mendaur ulangnya menjadi produk berkualitas lebih rendah.
Menurut Kratish, metode ini unik karena memanfaatkan kelembapan udara untuk mengurai plastik secara bersih dan selektif. “Dengan memulihkan monomer, yang merupakan blok penyusun dasar PET, kita dapat mendaur ulang atau bahkan meningkatkan nilainya menjadi bahan yang lebih bernilai,” katanya.
Naveen Malik, penulis utama studi ini, menegaskan bahwa pendekatan mereka menawarkan solusi berkelanjutan bagi masalah limbah plastik.
“Berbeda dengan metode daur ulang tradisional yang sering menghasilkan produk sampingan berbahaya seperti garam limbah dan membutuhkan banyak energi atau bahan kimia, pendekatan kami menggunakan proses bebas pelarut yang hanya mengandalkan jejak kelembapan dari udara sekitar. Ini membuatnya tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga sangat praktis untuk aplikasi dunia nyata,” tutur Malik.
Dalam uji coba awal, tim peneliti berhasil memulihkan 94 persen asam tereftalat (TPA) hanya dalam waktu empat jam. Katalis yang digunakan juga dapat digunakan kembali, sehingga menjadikannya pilihan yang efisien untuk skala industri.
Teknologi ini diklaim mampu mengurangi pencemaran plastik, menurunkan dampak lingkungan, dan mendukung ekonomi sirkular. “Teknologi kami memiliki potensi besar untuk mengurangi pencemaran plastik, menurunkan dampak lingkungan dari plastik, dan berkontribusi pada ekonomi sirkular di mana material digunakan kembali daripada dibuang,” ujarnya.
Para ilmuwan kini dilaporkan tengah berupaya meningkatkan metode ini agar dapat diaplikasikan dalam skala besar dan memenuhi kebutuhan industri dalam mengolah limbah plastik secara lebih efektif.