Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Banyak orang yang belum mengetahui jika kereta api tidak bisa berhenti mendadak atau mengerem secara tiba-tiba. Dikutip dari Instagram @kai121_, berikut faktor-faktor yang mempengaruhi dan menjadi alasan kereta api tidak bisa berhenti atau mengerem mendadak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Panjang dan berat rangkaian kereta api
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Panjang dan bobot kereta api merupakan penyebab KA tidak dapat berhenti mendadak. Makin panjang dan berat rangkaian kereta api, maka jarak yang dibutuhkan KA untuk bisa benar-benar berhenti juga akan semakin panjang.
Di Indonesia, rata-rata kereta penumpang yang terdiri dari 8-12 kereta, belum termasuk penumpang dan barang bawaannya, memiliki bobot mencapai 600 ton. Dengan kondisi itu, akan dibutuhkan energi yang besar untuk membuat rangkaian KA berhenti.
2. Sistem pengereman
Saat ini sistem pengereman yang digunakan kereta api adalah jenis rem udara. Adapun cara kerjanya yaitu dengan mengompresi udara dan disimpan hingga proses pengereman terjadi. Saat masinis mengaktifkan sistem pengereman, udara tadi akan didistribusikan melalui pipa kecil di sepanjang roda dan membuat friksi pada roda. Friksi tersebut lah yang akan membuat kereta berhenti.
Kendati kereta sudah dilengkapi dengan rem darurat, namun rem ini tetap tidak dapat berhenti secara tiba-tiba. Rem hanya menghasilkan lebih banyak energi dan tekanan udara yang lebih besar untuk menghentikan kereta lebih cepat. Jadi meskipun masinis melihat ada sesuatu yang menerobos palang kereta, biasanya akan tetap terlambat untuk melakukan pengereman.
Adapun beberapa faktor yang berpengaruh pada jarak pengereman ialah:
- Kecepatan KA (semakin tinggi kecepatan kereta api, maka makin panjang jarak pengereman)
- Kemiringan atau lereng (gradient) jalan rel kereta
- Presentase gaya pengereman
- Jenis kereta api, contohnya kereta penumpang atau kereta barang
- Jenis rem, misalnya blok komposit atau blok besi cor
- Kondisi cuaca
"Berbeda dengan transportasi darat pada umumnya, kereta api memiliki karakteristik yang secara teknis tidak dapat dilakukan pengereman secara mendadak. Untuk itu, kami mengimbau masyarakat agar lebih waspada dan berhati-hati sebelum melewati perlintasan sebidang," ujar Joni Martinus, VP Public Relation Kereta Api Indonesia (KAI), dalam siaran pers yang dikutip dari laman KAI.
Pada kesempatan itu, Joni juga mengatakan rem pada rangkaian kereta api bekerja dengan tekanan udara. Sistem kinerja rem pada roda dihubungkan ke piston dan susunan silinder. Adapun mekanisme yang mengurangi tekanan udara di kereta api, akan memaksa rem mengunci dengan roda.
Apabila tekanan dilepas secara tiba-tiba, akan menyebabkan pengereman yang tidak seragam sehingga rem bekerja lebih dulu dari titik keluarnya udara. Pengereman yang tidak seragam ini bisa mengakibatkan kereta atau gerbong tergelincir, terseret, bahkan terguling.
Jadi, kendati masinis telah melihat ada yang menerobos jalan kereta, kemudian melakukan proses pengereman, itu akan tetap membutuhkan suatu jarak pengereman agar kereta benar-benar berhenti. Hal inilah yang nantinya dapat menyebabkan kejadian tabrakan, jika jarak pengereman tidak terpenuhi.
Pilihan Editor: Inilah 8 Kereta Api yang Diambil dari Nama Sungai di Indonesia