Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Inovasi

12 Maret 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Prosesor 1,5 Gigahertz

HIBURAN, permainan, dan e-commerce. Inilah tiga jenis kebutuhan yang sedang populer di jaringan internet. Hanya, selain ada kendala sempitnya pita jaringan (bandwidth), perangkat komputer yang ada sekarang belum cukup optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Demi mengatasi kendala itu, pembuat mikroprosesor terkemuka di dunia, Intel Corp, memperkenalkan debutan barunya yang bernama sandi Willamete. Prosesor itu memiliki kecepatan 1,5 gigahertz atau 1,5 miliar bit informasi per detik. "Kinerja merupakan isu penting di era internet, sekarang dan pada masa depan," kata Pat Gelsinger, Wakil Presiden Desktop Products Group Intel, kepada Associated Press.

Menurut para pengamat, prosesor terbaru tersebut sebenarnya kelebihan tenaga dibandingkan dengan kebutuhan rata-rata pengguna komputer masa kini. Kendati demikian, Gelsinger bersikeras bahwa popularitas internetlah yang memaksa mereka meningkatkan kemampuan mikroprosesor sebagai otak sebuah komputer. Ia menambahkan, pemutaran video dan permainan tiga dimensi di internet bakal membutuhkan tenaga dan kecepatan komputasi yang besar. Karena itu, Intel berencana memasarkan prosesor baru tersebut pertengahan tahun ini.

Mesin Etsa Berlian

BERLIAN itu abadi—dan multifungsi. Paling tidak, itu menurut para periset di Sandia National Laboratories, New Mexico. Bersama para ilmuwan di Fasilitas Keamanan Nasional Departemen Energi Amerika Serikat, mereka berhasil menciptakan mesin etsa mikro yang terbuat dari berlian tanpa bentuk (amorphous), yakni bahan paling keras di dunia setelah berlian kristal. Mesin etsa adalah perangkat yang digunakan untuk membuat, misalnya, pola pada sebuah chip silikon.

Mesin etsa mikro tersebut berbentuk mirip sisir, dengan gigi-gigi mungil—besarnya cuma dua perseribu milimeter—yang bergerak maju-mundur bila dialiri listrik secara konstan.

Kekuatan daya tahannya membuat berlian ideal sebagai ujung mesin supermungil yang diharapkan sanggup bertahan lama. "Menurut literatur, berlian 10 ribu kali lebih awet ketimbang polisilikon," kata salah satu periset, Tom Friedmann. Selain itu, berbeda dengan silikon, berlian tidak gampang lengket dan tidak mudah aus.

Nantinya, sistem mekanis elektro mikro dari berlian diharapkan bakal menggantikan kedudukan sistem mekanis elektro mikro (MEMs) silikon, yang selama ini biasa dipakai dalam pelbagai aplikasi, yakni dari kantong udara pada mobil sampai lensa optik mikro satelit.

Pengawet Makanan Tekanan Tinggi

BUAH-buahan dan sayuran tergolong makanan yang sulit diawetkan dalam waktu lama sekaligus tetap aman dikonsumsi. Untuk itu, industri makanan olahan biasanya menggunakan metode pasturisasi dan pemakaian bahan pengawet. Hanya, cara ini membebani konsumen dengan biaya tambahan. "Padahal, permintaan terhadap produk makanan yang citra rasa, warna, dan kesegarannya awet meningkat belakangan ini," ujar Dr. Martin Cole dari Food Science Australia, seperti dikutip majalah Popular Science.

Guna memenuhi tujuan itu, para ilmuwan di Australia kini punya cara baru dalam mengawetkan buah dan sayuran. Yakni, dengan menggunakan teknologi tekanan tinggi (ultrahigh pressure), sebuah hasil kemitraan antara Food Science Australia dan perusahaan teknologi makanan Flow International Corporation. Cara ini termasuk revolusioner dalam melawan mikroba yang meracuni makanan tapi dengan menjaga makanan tetap segar.

Makanan mula-mula diletakkan di tengah media air, lalu diberi tekanan sebesar 100 hingga 800 megapascal. Dengan tekanan sebesar ini, mikroba dan bakteri beracun akan mati. "Tekanan akan menghancurkan lapisan luar sel bakteri dan melumatkannya," tutur Dr. Cole.

Dr. Cole mengutarakan, timnya kini juga sedang mengembangkan teknologi tekanan tinggi untuk menggantikan teknik sterilisasi atau pengalengan buah-buahan dan sayuran. Tapi, upaya itu masih menghadapi kendala. Beberapa enzim yang membuat makanan busuk ternyata kebal tekanan. Selain itu, oksigen yang tertinggal dalam kaleng makanan dapat menyebabkan makanan membusuk. Cole dan timnya lantas memikirkan untuk menggabungkan teknik tekanan dengan metode lain, misalnya pendinginan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum