INTAN diakui sebagai material paling keras. Karang, beton, dan baja sekalipun kalah keras. Karena itu, intan digunakan sebagai mata bor di pertambangan atau semacamnya. Ada pepatah di kalangan ilmuwan: membuat material yang lebih kuat daripada intan sama sulitnya dengan melontarkan peluru melebihi laju cahaya. Tapi pepatah itu bakal rontok. Dua ahli dari Universitas Harvard, AS, Dr. Charles Lieber dan Dr. Chumming Niu, mengklaim berhasil menciptakan material yang kerasnya hampir menyamai intan. Material baru itu, seperti ditulis New York Times dua pekan lalu, dibuat dalam bentuk lembaran tipis seperti film, dengan mengawinkan atom karbon dan nitrogen. Kedua peneliti Harvard itu mengakui bahwa risetnya diilhami oleh Prof. Marvin Cohen, ahli fisika dari Universitas California di Berkeley. Dalam risalahnya empat tahun silam, Cohen mengatakan bahwa intan keras dan kuat lantaran atom-atom karbonnya saling menempel dalam jarak dekat, membangun struktur yang kompak. Untuk membuat benda yang lebih keras, menurut simulasi komputer Cohen, material baru itu harus mempunyai susunan atom yang lebih kompak. Dan itu bisa dilakukan dengan memasang tiga atom karbon (C) dan empat atom nitrogen (N) dalam satu blok. Charles Lieber dan Chumming Niu bekerja sesuai dengan petunjuk Prof. Cohen. Hanya saja, mereka menghadapi kesulitan: atom nitrogen susah diatur karena sangat reaktif, dan paling suka bergandengan dengan sesamanya membentuk senyawa N2. Oleh kedua ahli Harvard ini, kondisi itu diakali dengan melibatkan atom hidrogen. Maka, dibuatlah skenario di laboratorium. Sepotong batu grafit ditembak dengan sinar laser di ruang vakum. Batu itu pecah, lalu terbanglah karbon-karbon bebas. Pada saat yang sama, nitrogen dan hidrogen terbebas dalam jumlah yang sebanding. Satu N digandeng karbon, N yang lain ditarik hidrogen, dan N2 pun tak sempat terbentuk. Hasil akhirnya, setiap tiga karbon mengikat empat nitrogen. Ini cocok dengan teori Marvin Cohen. Namun, material baru itu terpaut sedikit di bawah level kekerasan intan asli, 10 Mohs. ''Karena pekerjaan kami belum bersih. Masih ada material lain yang ikut bercampur,'' ujar Dr. Lieber. Dia yakin, kalau bisa dimurnikan, intan buatannya lebih keras daripada yang asli. PTH
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini