Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Irit tapi tak sederhana

Gas alam padat siap dipasarkan, khususnya di jakarta melalui pompa-pompa khusus. murah dan memeliki energi lebih besar. ada yang perlu diperhitungkan: soal modifikasi mesin, adaptor, dan keamanan konsumen.(ilt)

16 Agustus 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GAS alam padat (GAP) yang lebih dikenal sebagai CNG (Compressed Natural Gas) akhir Juli lalu dicanangkan sebagai bahan bakar alternatif. April mendatang, bahkan sudah akan dipasarkan, khususnya di Jakarta melalui pompa-pompa khusus. Namun, berbagai pertimbangan masih dibicarakan sampai kini. Artinya mengganti bensin dengan GAP tidak begitu saja bisa dilakukan. Pertamina, sebagai produsen, berusaha keras menyukseskan penjualan gas untuk kendaraan bermotor ini. "Gas itu, selain pada penambangan dua gas lainnya, LNG dan LPG, adalah gas yang dibuang," ujar Endin, Kepala Hubungan Masyarakat Pertamina, "karena itu pemanfaatannya tentu akan menambah pendapatan Pertamina." Di sisi lain, cadangan GAP, menurut Endin, sampai dua kali lipat minyak bumi. Proses pengolahannya sederhana. Bila dibandingkan, LNG harus dipadatkan pada temperatur 161 Celsius di bawah nol, dan LPG pada minus 4C. Pemadatan GAP selain dengan cara sederhana, juga dilakukan pada temperatur biasa. Konsumen diperkirakan juga akan memetik keuntungan. Selain harganya jauh lebih murah dari premium, daya membangun energi GAP lebih besar daripada premium. Dalam menggerakkan piston, pembakaran GAP lebih efektif -- oktan premium 96 oktan GAP 130. Toh pertimbangan-pertimbangan itu masih memerlukan perhitungan lain, yaitu modifikasi mesin mobil atau kendaraan bermotor lainnya. GAP tak begitu saja bisa diisikan ke tangki bensin. Untuk menggunakan bahan bakar ini diperlukan adaptor pada mesin mobil bensin. Beberapa kalangan menilai modifikasi ini tidak akan sulit dilakukan mengingat percobaan membuat mobil gas -- dengan bahan bakar LPG -- sudah pernah dilakukan di Indonesia. Tetapi ada pula pihak yang menilai modifikasi mesin ini sebagai persoalan yang tidak sederhana. "Masih ada beberapa pertimbangan yang harus dibicarakan," kata sebuah sumber di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Percobaan mengubah mesin mobil bensin ke gas yang pernah dilakukan di Indonesia, ternyata, masih amatir. Bila dibandingkan, tekanan LPG -- gas yang dicobakan -- lebih rendah dari GAP. Di samping itu, tangki gas yang digunakan juga tidak khusus, yaitu tangki LPG biasa yang biasanya digunakan untuk menyalakan kompor. Caranya dengan mengganti setiap kali habis. Yang mengkhawatirkan dari cara ini adalah keamanan konsumen. Tekanan gas pada tabung tak bisa dikontrol, padahal gas mudah sekali memuai bila kena panas -- baik di jalan maupun di ruang parkir bawah tanah Kualitas tabung LPG juga tak bisa dijamin. Sebuah keretakan kecil, di tengah guncangan, bisa berakibat fatal. Selain itu, adaptor yang dipasangkan pada mesin, sementara mi belum jelas pengetesan kalibrasi bagian-bagiannya. Prinsip alat ini menurunkan tekanan gas yang berasal dari tangki ke tekanan yang diperlukan di karburator -- penyuplai bahan bakar untuk akselerasi pembakaran. Dengan munculnya pompa-pompa khusus GAP, tangki pada mobil jadinya tak perlu diganti-ganti. Tabung ini, yang ukuran per unitnya sekitar dua kali tabung LPG, harus memiliki kekuatan menahan tekanan sampai 200 atmosfer. Pemecahan sementara ini, tabung akan diproduksi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Namun, yang masih menjadi masalah, bagaimana mengadakan alat pengubah, atau adaptor, di pasaran. Jalan pintasnya, mengimpor dan Selandia. Baru, negara yang sudah merintis mobil gas sejak 1979. Di sana sekitar 100.000 mobil berjalan dengan bahan bakar gas. Biaya modifikasi dengan peralatan impor itu di luar biaya pemasangan tangkinya, diperkirakan sekitar Rp 2 juta. BPPT masih mengkaji, mungkinkah memproduksi adaptor itu di dalam negeri? Ternyata, pembuatan peralatan ini membutuhkan akurasi seperti membuat mesin mobil, yang dalam perkembangan industri otomotif di Indonesia hampir tak berkembang. Menurut sebuah sumber di BPPT, adaptor GAP harus mempunyai kemampuan menurunkan tekanan yang cukup besar, 200 atmosfer, dalam beberapa tahap. Adaptor bikinan Selandia Baru, menurunkan tekanan GAP dalam tiga tingkatan. Peralatan ini cukup canggih. GAP dari tangki -- yang jumlahnya bisa beberapa buah -- mula-mula ditahan sebuah katup satu arah, hingga gas bisa masuk, tak bisa keluar. Katup ini berfungsi pada pengisian bahan bakar, hingga tabung tak perlu diganti-ganti. SETELAH melalui katup pertama tadi, gas masuk ke adaptor melalui sebuah filter pembersih. Pada adaptor itulah tekanan gas dari tangki yang 200 atmosfer itu diturunkan dalam tiga tahapan. Lalu gas yang sudah diturunkan tekanannya masuk ke karburator melalui pipa yang dilapisi serabut logam. Sesudah fase ini, proses penyemburan gas untuk pembakaran di bagian lain karburator persis sama dengan sistem bensin -- melalui katup yang diatur pada pedal gas. Selain menurunkan tekanan, adaptor memiliki pula elemen yang bisa memblokir aliran gas, hingga mesin mobil bisa kembali bekerja dengan bahan bakar bensin. Melalui aliran listrik, sebuah tombol di dalam mobil mengontrol kerja dua katup. Yang pertama berada di bawah adaptor, yang lain di atas karburator. Bila katup gas terbuka, katup bensin di atas karburator menutup. Atau, sebaliknya. Di Selandia Baru, kendati semua sektor teknis sudah mapan dalam memanfaatkan GAP, toh masih dibuat undang-undang khusus berikut ketentuan-ketentuan kalibrasi untuk melindungi keamanan konsumen. Penyusunan peraturan ini tantangan lain lagi bagi Indonesia. Jis Laporan Moebanoe Moera & Ahmed Soeriawidjaja (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus