Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) meluncurkan purwarupa struktur apung pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) laut pertama di Indonesia. Rektor ITS, Profesor Mochamad Ashari, mengatakan pengembangan PLTS apung saat ini masih terbatas pada skala danau atau waduk. Potensi panel surya perairan itu masih bisa dikembangkan ke skala perairan yang lebih luas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Untuk memaksimalkan potensi serta dampak dari PLTS apung ini, aplikasinya kita perluas menjadi di laut,” katanya, dikutip dari laman ITS News pada Selasa, 19 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Proyek PLTS Apung bernama Solar2Wave itu didanai oleh Innovate UK. Dalam pengerjaannya, ITS menggandeng perwakilan Cranfield University, Universitas Pattimura (Unpatti), Orela Shipyard, PT Gerbang Multindo Nusantara, Achelous Energy Ltd, serta HelioRec—entitas bidang energi hijau. Fasilitas konversi energi sinar matahari itu diluncurkan di Galeri Riset dan Inovasi Teknologi ITS.
Meski bisa ditempatkan ke laut, Ashari menyebut pengembangan PLTS apung tak mudah mudah direalisasikan. Salah satu kendala utamanya adalah sapuan gelombang laut yang bisa merusak struktur alat tersebut. Dalam tahap riset sejak Maret 2023 hingga Februari 2024, PLTS laut juga bisa terganggu kondisi cuaca
Ada juga tantangan dari sisi perawatan dan biaya operasional yang di luar prediksi. Sebagian besar itu sudah diatasi oleh para pengembang Solar2Wave.
Ketua Tim Peneliti Solar2Wave Indonesia, Profesor I Ketut Aria Pria Utama, menyebut Solar2Wave sudah dilengkapi dengan sistem terpadu untuk mengatasi masalah gelombang. Kawasan panel surya pada Solar2Wave dilengkapi dengan floater dan dikelilingi oleh sistem break water yang mampu meminimalisir hantaman gelombang laut.
Ikap—sapaan akrab I Ketut Aria Pria—mengatakan Solar2Wave terdiri dari enam buah panel surya berjenis monocrystalline dan polycrystalline berkapasitas total 600 Watt. Purwarupa itu juga memiliki baterai berkapasitas 12 Volt, dengan tegangan 65 AH.
“Kubus apung yang digunakan juga telah tersertifikasi dan tahan terhadap sinar ultraviolet, anti korosi dari air laut, bahan kimia, serta minyak,” tuturnya.
ITS Kembangkan Panel Surya Laut ITS yang Lebih Besar
Purwarupa Solar2Wave dikembangkan di galangan kapal Orela di Gresik, Jawa Timur. Proyek panel solar laut ini juga akan dibangun di wilayah Gili Ketapang, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Daerah itu dipilih berdasarkan sejumlah faktor, mulai dari jumlah penduduk yang membutuhkan listrik, kondisi sosial. Kemudahan akses menuju wilayah pemasangan Solar2Wave juga menjadi pertimbangan tersendiri.
Menurut Ikap, kapasitas proyek lanjutan Solar2Wave itu akan mencapai 25 kiloWatt. Daya listrik yang besar diharapkan mampu mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pembangkit listrik berbahan bakar diesel.
“Penggunaan Solar2Wave ini diproyeksikan mampu menunjang kebutuhan listrik harian rakyat, serta pabrik es batu yang menjadi salah satu kebutuhan penting bagi para nelayan di wilayah Gili Ketapang,” ujar Guru Besar Teknik Perkapalan ITS ini.
Untuk riset Solar2Wave, ITS dan para mitranya menerima pendanaan sebesar 300 ribu Poundsterling dari Innovate UK. Untuk riset lanjutan yang akan dimulai pada bulan depan, tim akan kembali mendapat dana sebesar 500 ribu Poundsterling. “Ke depannya, mitra dalam riset juga akan bertambah. khususnya dari pihak pemerintah,” ujar Ikap