DARI Cirebon arah ke Bandung, sekitar 200 meter di selatan jalan raya Cileunyi, kini terbentang seruas jalan istimewa. Panjangnya hanya 1.337 meter, lebarnya enam meter, dibagi dalam 19 seksi, masing-masing dengan konstruksi berbeda. "Inilah jalan percobaan skala penuh yang pertama di Indonesia," ujar H.A.B. Hasibuan, kepala Badan Puslitbang Departemen PU, kepada Aji Abdul Gofar dari TEMPO, pekan lalu. Namun, Hasibuan tidak setuju bila ruas jalan ini disebut "laboratorium lengkap". Diresmikan 13 April lalu, sarana fisik ini dibuat dengan skala 1:1. "Sedangkan dalam penelitian di laboratorium, digunakan skala tidak penuh, misalnya 1:100 atau 1:200," ujar alumnus Jurusan Sipil ITB, 1966, itu. Terletak sekitar 17 km dari Bandung arah ke timur, tepatnya titik awal ruas jalan ini berada pada KM 16,850. Kini, arus lalu lintas di bagian itu diatur dalam dua jurusan. Dari arah Bandung, tetap digunakan jalan lama, yang banyak berkelok. Sedangkan dari Cirebon, atau Tasikmalaya, ruas jalan percobaan itulah yang harus ditempuh. Meski hanya sepanjang 1.337 meter, tak urung pembangunan ruas jalan ini memakan waktu sekitar lima tahun, dan dana Rp 375 juta. "Kesulitan teknis sebenarnya hampir tidak ada," tutur Hasibuan, 54. Yang nonteknislah justru banyak menghambat, misalnya pembebasan tanah. Mulai digarap pada 1978, tiga tahun kemudian barulah pembangunan fisik bisa dimulai. Pada 1983, sebetulnya, sarana fisik ini sudah selesai, meski belum sempurna. Tetapi, kemudian, ada permintaan dari pihak polisi lalu lintas agar ruas jalan itu sekalian dilengkapi dengan rambu lalu lintas. Itulah sebabnya peresmian baru bisa dilakukan tahun ini. Lokasi Cileunyi dipilih karena, terutama, keadaan tanahnya memenuhi persyaratan. Di samping tanah datar, di situ juga terdapat cekungan-cekungan, dengan arus lalu lintas yang cukup tinggi dan bervariasi. Selama ini, percobaan serupa dalam skala penuh sudah juga kerap dilakukan. Tetapi, semuanya di Jalan umum, sehingga sering mengganggu kelancaran arus lalu lintas. Bila ada percobaan, misalnya, jalan tidak bisa ditutup, dan konstruksi yang diujicobakan Juga sangat terbatas. Kini, penelitian bisa dilakukan secara maksimal. Bila keadaan membutuhkan sewaktu-waktu ruas jalan itu bisa ditutup, tanpa mengganggu arus lalu lintas di sekitarnya. Dan, pada 19 seksi ruas jalan itu bisa diteliti pelbagai konstruksi sekaligus, mulai dari konstruksi lapisan aspal Buton (Laston B) dengan tebal permukaan 7,5 cm, sampai dengan konstruksi laburan dua lapis (Burda) NS 12+9. Ke-19 seksi itu dibagi-bagi dalam jarak 100, 65, 58, 74, 141, 80, 78, 81, 62, 60, 66, 38, 14, dan 76 meter. Masing-masing dengan konstruksi tersendiri. Tebal lapisan permukaan bervariasi antara 7,5 cm dan 4 cm. Di samping lapisan aspal Buton, digunakan pula konstruksi HRA (Hot Rolled Asphalt). BS (British Standard), dan Burtu (laburan satu lapis), serta konstruksi kombinasi. "Untuk pembuatan jalan percobaan skala penuh ini, kami mengacu kepada negara maju, terutama AS dan Inggris," kata Hasibuan. Penelitian yang akan dilakukan meliputi struktur dan sifat lapisan bahan, daya dukung, kenyamanan, keamanan, dan kerusakan kondisi permukaan jalan. Penelitian struktur, misalnya, sudah bisa dilakukan sebulan setelah ruas jalan ini resmi dibuka. Melalui pengeboran, akan diambil sampel yang menunjukkan tebal perkerasan jalan. Kemudian, dengan alat khusus, bisa diujistabilitas, pelelehan aspal, serta rongga permukaan lapisan aspal dan batu. Terakhir dilakukan ekstraksi untuk melihat kadar dan gradasi aspalnya. Daya dukung diukur dari pengujian terhadap lendutan balik, dengan alat untuk kapasitas 6,3 dan 8,2 ton. Sedangkan kenyamanan dinilai dari kerataan jalan, melalui NASRARoughmeter (alat pengukur kekasaran jalan), yang ditempatkan di ban belakang kendaraan penguji. Ikhwal kenyamanan ini diuji setiap tiga bulan. Faktor keamanan terutama dinilai dari kelicinan permukaan jalan. Untuk keperluan ini, Departemen PU menggunakan alat pengukur gesekan roda dengan permukaan jalan, antara lain BPT (British Pendulum Tester). Sedangkan kerusakan kondisi permukaan jalan cukup dilakukan secara visual, terutama dengan bantuan hasil pemotretan. "Dari konstruksi yang pernah dicoba, ada satu yang belum dapat diterapkan dengan baik," kata Atmanto, 37, alumnus Jurusan Sipil ITB, 1977, yang dipercayai sebagai penanggung jawab jalan percobaan skala penuh ini. Yaitu konstruksi Burtu. Konstruksi ini pernah dicobakan di Kalimantan Barat dan Sulawesi Utara. Namun, hasilnya jauh dari yang diharapkan. Padahal, "Di Jepang, AS, dan Inggris, Burtu tercatat sukses," ujar Atmanto. Burtu terdiri dari pecahan batu yang ditaburkan di atas lapisan aspal. Faktor kegagalan selama ini, menurut penelitian sementara, justru pada ukuran pecahan batu yang dipakai, yang belum memcnuhl syarat. Burtu menuntut ukuran spesifik. Pecahan batuharus berbentuk kubus, dengan ketebalan antara 12 dan 50 mm. Kemudian, lapisan aspal harus benar-benar rata. Pada jalan percobaan skala penuh ini, kedua tuntutan konstruksi Burtu itu ditaati sepenuhnya. Jalan percobaan ini direncanakan bisa bertahan maksimum lima tahun, dengan arus lalu lintas satu arah. Dibuat dalam prototip jalan kelas IIA, lengkungan horisontal jalan ini dibagi dalam empat jenis tikungan. Lengkungan vertikalnya dibagi dalam delapan puncak perpotongan vertikal (PPV).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini