MULA-MULA terdengar sepotong lagu Satu Nusa, Satu Bangsa. Pembawa acara kemudian menjelaskan judul dan topik naskah yang akan diperdengarkan. Lalu dimulai pembacaan Naga-Naga Terbangun karya Prof. Merle Ricklefs dari Universitas Monash. Australia. selama 20 menit. Sejak Sabtu sore pekan lalu, dimulailah seri Gelora Api Revolusi (GAR), disiarkan radio BBC (British Broadcasting Commission) Seksi Indonesia. GAR adalah sebuah antologi sejarah. Ia merupakan suatu seri 36 naskah dan cerita tentang lahirnya Republik Indonesia. Tiap seri berisi tulisan, cerita, atau wawancara dengan seorang atau beberapa tokoh, ahli sejarah atau pelaku sejarah. Penyuntingnya Colin Wild, kepala Seksi Indonesia BBC, serta Peter Carey, doktor sejarah lulusan Universitas Oxford. Menurut rencana, GAR akan disiarkan setiap Sabtu sore selama 36 pekan. Naskah terakhir akan disiarkan 21 Desember mendatang. Sang penyunting, Colin Wild, 51, mempersembahkan acara ini "sebagai suatu penghormatan kepada suatu bangsa besar yang masih menempuh perjuangan untuk mendapatkan suatu tempat di dunia yang sepadan dengan luas negara, bakat, serta tenaganya". Ia berharap acara ini bukan hanya akan memperlihatkan bagaimana sejarah dibentangkan. "Tetapi juga akan memperlihatkan suatu kekayaan dari kegiatan kesarjanaan di seluruh dunia yang diilhami oleh sejarah tersebut," tulisnya dalam kata pengantar buku acara GAR. Tokoh-tokoh yang dihimpun Colin Wild dan Peter Carey memang tidak tanggung-tanggung. Praktis hampir semua sarjana sejarah terkemuka mengenai Indonesia direkrutnya. Dari Indonesia muncul antara lain Taufik Abdullah dan Abdurrachman Surjomihardjo. Sejarawan asing meliputi berbagai bangsa: misalnya Ruth McVey, Akira Nagazumi, John Ingleson, Ben Anderson, John Legge, Harold Crouch, dan George T. Kahin. Tiap sejarawan menulis spesialisasinya masing-masing. John Legge menyorot Sukarno si Tokoh Politik, Ruth McVey menulis Permulaan Komunisme di Indonesia, George Kahin, sejarawan yang hadir pada awal Indonesia merdeka dan penulis Nationalism and Revolution in Indonesia, mengisahkan Sebuah Pandangan Pribadi tentang Perang Kemerdekaan. Para pelaku sejarah yang diwawancarai cukup banyak. Antara lain Hamengkubuwono IX yang berkisah tentang Republik di Bawah Kepungan. A.H. Nasution menceritakan pengahmannya dalam Kisah Seorang Prajurit Djatikusumo menuturkan Permulaan Terbentuknya suatu Tentara, riwayat Almarhum Adam Malik diceritakannya sendiri dalam Terbentuknya Seorang Revolusioner. Tiga orang yang menyaksikan peristiwa seputar proklamasi, Adam Malik, Shigetada Nishijima, dan Wangsa Wijaya, menuturkannya dalam Penulisan Proklamasi. Kisah ini akan disiarkan tepat pada 17 Agustus 1985. Acara ini direncanakan BBC cukup lama. "Saya diwawancarai sekitar setahun yang lalu," ujar S.K. Trimurti, yang biasa dipanggil Bu Tri. Seorang pria asing yang "Wah, saya lupa namanya", mewawancarainya mengenai pergerakan sekitar 17 Agustus 1945 serta pendapatnya mengenai Bung Karno. Bu Tri, 73, pernah menjadi murid kursus kader politik Bung Karno pada sekitar 1933. Tokoh pergerakan yang beberapa kali ditahan Belanda ini mengenal baik Almarhum Bung Karno. "Saya tinggal di rumah Bu Inggit sewaktu Bung Karno ditangkap Belanda pada tahun 1933," katanya. Kisah Bu Tri, yang akan disiarkan akhir Agustus ini, berjudul Sukarno si Pria. Tidak semua pengisi acara diwawancarai. "Saya diminta menulis naskah sepanjang dua ribu kata," kata Sejarawan Abdurrachman Surjomihardjo. Ia menyajikan peristiwa perlawanan terhadap undang-undang sekolah liar 1932, yang akan muncul dalam judul Taman Siswa dan 'Wilde Seholen'. Buat Abdurrachman, GAR merupakan hal yang baru. "Selama ini rekaman peristiwa sejarah hanya disajikan dalam bentuk tulisan atau video dan film," katanya. Persiapan BBC yang lama, sekitar dua tahun, untuk menyiarkan GAR dinilainya baik. "Jadi, seandainya ada celah, saya rasa tidak akan besar." Celah itulah yang tampaknya bisa menjadi persoalan. Menteri P & K Nugroho Notosusanto, yang juga seorangsejarawan, menolak mengomentari GAR sebelum mendengarkan siaran ini dahulu. Namun, sembari membalik-balik buku acara GAR, ia mengomentari "Ini, naskah proklamasinya keliru." Dalam buku acara itu, naskah proklamasi yang dimuat memang tulisan tangan Bung Karno, bukan yang diketik Sajuti Melik yang kemudian menjadi naskah proklamasi yang resmi. Menurut Nugroho, GAR bukan siaran radio pertama yang mengisahkan lahirnya Indonesia. Radio Hilversum -Belanda pernah juga menyelenggarakan. "Tapi Belanda bijaksana. Sebelumnya mereka menghubungi kita," katanya. "Kita tidak bisa mengatakan orang asing boleh menyiarkan apa tidak. Itu urusan mereka. Kalau yang dibohongi orang mereka, itu masalah mereka. Tapi kalau orang kita ...." Lalu sambung Nugroho lagi, "Kita tidak bisa memblokir radio." Walau belum mendengarkan GAR, Nugroho menganggapnya, "Ini bukan sejarah, tapi analisa." Colin Wild menganggap GAR bukan sebuah sejarah yang sudah pasti. "Ini sekumpulan penafsiran serta laporan langsung mengenai sumbangan Indonesia yang terbesar kepada umat manusia - sejarah kelahiran suatu negara yang menelan waktu lama, penuh kesulitan dan kemenangan." Uraian Merle Ricklefs cukup populer. Ditolaknya mitos bahwa Indonesia selama 350 tahun dijajah Belanda. "Tidak di mana pun di Indonesia Belanda pernah menjajah selama 350 tahun," katanya. Dengan menarik, ia menguraikan perkembangan dunia pada abad ke-19 dan berbagai hal yang mendorong lahirnya kekuatan perlawanan dan revolusioner Indonesia, Islam dan nonIslam. "Tanpa adanya kaitan khusus itu, perjuangan Indonesia untuk kemerdekaan mungkin tidak seperti yang dialami. Mungkin ia tidak akan terjadi, atau tidak berhasil sama sekali." Susanto Pudjomartono Laporan Eko Yuswanto dan Idrayati (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini