SETELAH Packsatnet (Packet Satellite - Data Network), urusan lalu lintas data lewat satelit kini maju selangkah dengan X-75 GCU, yang secara populer bisa disebut "jembatan". Sudah diujicobakan melalui PT Indosat, perangkat baru ini diharapkan mulai beroperasi September depan. "Tinggal menunggu prosedur administrasi," ujar Merza, sarjana telekomunikasi ITB yang terlibat proyek "jembatan" ini. Sama seperti Packsatnet, proyek baru ini pun ditangani PT Inti (Industri Telekomunikasi Indonesia) Bandungyang lazim melayani pesanan Perumtel. Seluruh sistem dirancang oleh tenaga Indonesia, tanpa sponsor lembaga lain Masa perencanaar memakan waktu tiga bulan, dan masa implementasi serta pengujian juga tiga bulan. "Secara teknis, sekarang pun sisterr ini sebetulnya sudah siap dioperasikan," kata Merza kepada Hasan Syukw dari TEMPO, pekan lalu. Kode X-75 digunakar untuk perangkat lunal sistem ini, seperti halnya X-25 dipakai sebagai perangkat lunak Packsatnet. Adapun GCU merupakan singkatan Gateway Control Unit. Melalui GCU inilah, kontak antarkomputer bisa dilangsungkan, dalam fungsinya sebagai protokol, atau tata cara, untuk berkomunikasi. GCU memang hasil pengembangan Packsatnet, yang didesain PT Inti pada akhir 1983 (TEMPO, 19 November 1983). Bedanya, perangkat lunak X-25 pada Packsatnet memungkinkan terwujudnya kontak antarkomputer dalam satu jaringan, sedangkan X-75 GCU menjembatani jaringan dalam satelit komunikasi lain, sehingga kontak meluas dan bersifat internasional. Rangkaian sistem ini terdiri dari komputer pelanggan (DTE), Unit Kontrol Satelit Terprogram (SPCU), Stasiun Bumi Kecil (SBK), Unit Kontrol Pusat Terprogram (PCCU), Unit Kontrol Program (PCU), dan X-75 GCU itu sendiri. Secara sederhana, cara kerja sistem ini dimulai dari DTE, yang menyalurkan data ke SPCU. Dari situ, data diteruskan ke SBK. Dengan menggunakan sebagian dari satu transponder Palapa, SBK memancarkan pesan-pesan itu ke satelit. Data yang dikirim, sudah tentu, lebih dulu diprogramkan ke dalam komputer, lengkap dengan alamat asal dan tujuan. Untuk menerima paket data ini dibutuhkan SBK, PCCU, stasiun microwave, radio penerima, PCU, dan komputer. Kalau dalam Packsatnet data yang diterima SBK dari Palapa langsung diteruskan ke PCCU, dan lewat stasiun microwave disampaikan ke tujuan, dalam sistem baru ini data dari Palapa itu bisa dikirim ke jaringan lain lewat X-75 GCU tadi, dan baru melalui sistem dalam jaringan lain itu disampaikan ke alamat tujuan. Kemungkinan baru inilah yang membuat sistem baru tadi dijuluki "jembatan". Kecepatan perjalanan data memang jauh lebih tinggi. "Apalagi bila dibandingkan dengan teleks ataupun telepon," kata F.X. Suryatin, yang memimpin tiga sarjana telekomunikasi merancang sistem ini. Sebuah paket data bisa dikirim dengan kecepatan 9.600 bit per detik - bandingkan dengan teleks yang hanya 50 bit per detik, atau telepon yang 300 bit per detik. Packsatnet saja hanya menjanjikan 2.400 sampai 4.800 bit per detik. "Prospeknya memang baik, terutama sangat berguna bagi kalangan perbankan yang harus memonitor nilai valuta," ujar Ktut Karsa, dosen telekomunikasi ITB. "Juga untuk keperluan riset di perguruan tinggi, dan bagi perdagangan internasional," kata sarjana telekomunikasi lulusan Universitas British Columbia itu, menambahkan. Berapa dana yang habis untuk perancangan sistem ini, Suryatin tidak bisa memberikan angka. "Sulit dihitung karena satu paket dengan kegiatan lain," katanya. Yang jelas, untuk Packsatnet saja, pada 1983, PT Inti menyediakan sekitar Rp 1,66 milyar. Biaya per unit pun belum bisa ditentukan sekarang. Suryatin tidak merasa perlu mematenkan sistem ini. Sebab, "Di negara maju, ini bukan barang baru," katanya. Tetapi, "Untuk Indonesia, memang inilah yang pertama." Di samping X-75 GCU, konon, PT Inti juga sedang mengembangkan sistem telepon mobil multizone, yang tidak terbatas pada jarak dan radius tertentu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini