Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Neni Sintawardani, membuat jamban duduk yang pengoperasiannya tak membutuhkan air. Kakus rancangan peneliti di Loka Penelitian Teknologi Bersih LIPI itu ditujukan sebagai fasilitas jamban untuk daerah yang kesulitan air. Produk itu juga bisa digunakan sebagai cara menghemat air dan solusi masalah kekurangan sarana sanitasi.
Inovasi composting toilet atau WC pengompos itu memanfaatkan jasa mikroba untuk mengolah kotoran. Kepala Loka Penelitian Teknologi Bersih LIPI Sri Priatni mengatakan jamban itu juga bisa dibangun untuk menggantikan toilet umum di tepi sungai yang limbahnya bisa men-cemari air. “Teknologi ini juga bisa untuk penanganan kotoran hewan,” kata Sri, Senin, 25 Maret lalu.
Purwarupa hasil riset yang dirintis sejak 2011 kini telah dipasang di LIPI Bandung. Biaya untuk memproduksi jamban pengompos itu mencapai Rp 15 juta.
Jamban pengompos dengan dudukan berbentuk kotak itu tidak tersambung ke saluran bak penampung limbah toilet (septic tank). Ada wadah penampung sendiri untuk pengolahan urine dan tinja menjadi kompos.
Ilustrasi: Djunaedi
Di sisi depan jamban ada lubang khusus untuk menampung air seni. Cairan kemudian akan dialirkan ke kotak penampungan di dalam jamban bagian bawah. Isinya bisa dikeluarkan saat wadah hampir penuh.
Neni menganjurkan agar cairan urine itu difermentasi dengan cara didiamkan tiga-tujuh hari di wadah lain. Setelah itu, cairan bisa dipakai untuk menyiram tanaman. Ia sudah berkonsultasi dengan Majelis Ulama Indonesia yang menyatakan air seni olahan itu halal dipakai. “Tidak apa-apa karena sudah terurai,” ujarnya.
Bagian kedua di jamban itu digunakan untuk buang air besar. Di bagian bawahnya terdapat wadah berbentuk tabung berkapasitas hingga 50 liter. Tabung itu tersambung dengan rantai dan tuas pemutar.
Di dalam wadah penampung tinja itu terdapat serbuk kayu. Material ini yang menjadi media tumbuh mikroba pengompos tinja. “Bisa juga memakai bonggol jagung, sekam, arang sekam, atau apa pun yang termasuk lignoselulosa,” kata Sri.
Lignoselulosa merupakan biomassa yang berasal dari tumbuhan. Komponen utama senyawa kimia ini adalah lignin dan selulosa.
Menurut Neni, proses pengomposan tinja tidak boleh terkena air. Karena itu, saluran air seni dibuat khusus karena kotoran di dalam jamban tidak boleh tercampur dengan urine.
Setelah menuntaskan buang air besar, para pengguna jamban ini tidak perlu menyiramnya dengan air. Mereka hanya perlu menarik tuas, lalu seisi tabung akan berputar dan teraduk. Tinja pun terbungkus serbuk-serbuk kayu. Mikroba kemudian bertugas mengolah kotoran itu menjadi kompos.
Selama periode pengolahan itu, jamban tidak mengeluarkan bau karena kotoran sudah terbungkus serbuk kayu dan terus diproses oleh mikroba pengompos. Neni mengatakan separuh isi wadah penampung bisa dikeluarkan setelah tiga bulan dan bisa dipakai sebagai pupuk tanaman. “Jangan semua isinya diambil. Perlu disisakan karena ada mikrobanya,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo