Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Begini KLH Berharap kepada Inovasi Carbon Capture Pakai Mikroalga BRIN

BRIN mengaku Carbon Capture Utilization Storage adalah salah satu fokus utama risetnya.

10 Maret 2025 | 19.40 WIB

Mikroalga, salah satu jenis tumbuhan renik yang mampu menyerap karbon secara efektif (Dok. ITS news)
Perbesar
Mikroalga, salah satu jenis tumbuhan renik yang mampu menyerap karbon secara efektif (Dok. ITS news)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono menyebut teknologi Carbon Capture Utilization Storage (CCUS) yang dikembangkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dapat membantu Indonesia mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca. Hal ini disampaikan dalam acara penandatanganan perjanjian kerja sama antara BRIN dan PT Alam Semesta Integra (ASI) untuk pengembangan fotobioreaktor mikroalga dan energi terbarukan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Dari sisi kami tentunya sangat mengapresiasi dan sangat menyambut baik MoU ini, kerja sama ini, karena Indonesia pun memiliki komitmen untuk penurunan emisi,” katanya ditemui di Gedung BRIN BJ Habibie, Jakarta, Senin, 10 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Diaz menambahkan bahwa Indonesia memiliki target penurunan emisi sebesar 31,89 persen dengan upaya sendiri dan 43,2 persen dengan dukungan internasional pada 2030. Target ini akan diperbarui dalam dokumen Second Nationally Determined Contribution (NDC) untuk periode 2031–2035 yang saat ini masih dalam pembahasan. “Jadi kita punya target kepada dunia untuk penurunan emisi dan saat ini kita menyaksikan ada CCUS yang bisa membantu mencapai target kita itu,” tuturnya.

Diaz juga menyoroti peran inovasi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Menurut dia, seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, produksi sampah juga bertambah, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca.

“Kalau satu ton sampah saja bisa menghasilkan sekitar 50 kilogram metana, yang jika dikonversikan ke CO2 ekuivalen bisa mencapai 1.700 kilogram emisi karbon yang menumpuk di atmosfer," katanya sambil menambahkan, "Artinya, segala cara untuk menurunkan atau menyerap emisi harus kita dorong juga.”

Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono (kiri) dan Kepala BRIN Laksana Tri Handoko (kanan) usai penandatanganan perjanjian kerja sama teknologi mikroalga untuk pengurangan emisi karbondi Gedung BRIN BJ Habibie, Jakarta, 10 Maret 2025. Tempo/Defara

Karenanya, Diaz menegaskan, KLH menyambut baik inovasi seperti teknologi mikroalga untuk CCUS karena sejalan dengan upaya mencapai pembangunan berkelanjutan. "Kita jangan lupa untuk mendorong inovasi supaya economic growth bisa sejalan dengan penurunan emisi dan benar-benar bisa tercapai yang dinamakan sustainable development.”

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan riset CCUS menjadi salah satu fokus utama BRIN, khususnya di Organisasi Riset Kebumian dan Maritim, yang memanfaatkan mikroalga. Dia menyebut Indonesia kaya akan alga, baik mikro maupun makro. "Mikroalga mungkin terlihat kecil, tapi memiliki kemampuan luar biasa dalam menyerap karbon dari atmosfer,” ujarnya. 

Teknologi ini dinamakan Olimpus, yang akan memanfaatkan mikroalga untuk menangkap karbon dari atmosfer, sekaligus menghasilkan energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan. Dia berharap kerja sama ini menjadi model kolaborasi berkelanjutan yang bisa membawa dampak nyata untuk mendorong Indonesia menjadi pelopor teknologi hijau di masa depan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus