Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia. Berbagai usaha dilakukan untuk menghindarinya, salah satunya dengan melakukan deteksi awal. Langkah rutin pemeriksaan darah dianggap bisa mencegah kanker, benarkah?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dokter spesialis onkologi, Prof. dr. Zubairi Djoerban, langkah itu hanya bisa berguna untuk kanker tertentu. “Kalau kita periksa darah rutin itu, maka kita mungkin bisa mendiagnosis dini awal penyakit untuk kanker darah, khususnya leukemia kronik dan Leukemia akut,” kata Zubairi lewat akun media sosialnya, 21 Desember 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menjelaskan, jalan tersebut tidak bisa untuk mendiagnosis dini kanker yang lain, misalnya kanker prostat, kanker payudara, kanker usus besar, atau kanker paru.
Dia mengatakan, untuk mendiagnosis dini kanker payudara dengan cara memakai USG payudara. Hal ini berlaku untuk yang usia kurang dari 40 tahun. Sedangkan untuk yang lebih dari 40 tahun menggunakan pakai mamogram.
“Jika mendeteksi kanker usus besar, kita bisa memakai kolonoskopi atau bisa juga kombinasi dengan penunjang diagnosis seperti tumor marker,” lanjutnya.
Ia juga memberi contoh kanker lainnya, seperti untuk diagnosis dini kanker serviks melalui pemeriksaan berkala ke dokter kandungan, misalnya dengan melakukan pap smear dan pemeriksaan yang lainnya.
“Secara garis besar cek darah itu untuk mendiagnosis. Kalau mencegah kanker ya hidup sehat,” jelasnya. Zubairi memberi saran hidup sehat, "dengan melakukan olahraga teratur 150 menit per pekan, sayur dan buah diperbanyak, rokok dan alkohol disetop."
Kanker di Indonesia
Data Globocan menyebutkan pada tahun 2018 terdapat 18,1 juta kasus baru kanker dengan angka kematian sebesar 9,6 juta kematian di tingkat global. Perincian data, 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 6 perempuan di dunia mengalami kejadian kanker. Data tersebut juga menyatakan 1 dari 8 laki-laki dan 1 dari 11 perempuan meninggal karena kanker.
Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia (136.2/100.000 penduduk) berada pada urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan 23. Angka kejadian tertinggi di Indonesia untuk laki-laki adalah kanker paru, yaitu sebesar 19,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk, yang diikuti dengan kanker hati sebesar 12,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 7,6 per 100.000 penduduk.
Sedangkan angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara, yaitu sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk yang diikuti kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk.
Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker tertinggi adalah di provinsi DI Yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, diikuti Sumatra Barat 2,47 79 per 1000 penduduk, dan Gorontalo 2,44 per 1000 penduduk.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.