BOTAK di Indonesia bukan merupakan gejala umum. Tapi cukup
banyak pria kita menjelang umur 40-an memulai "perang"
mempertahankan rambut yang masih tumbuh. Segala cara dan bahan
dicoba, tentunya. Dari pijit kepala dan creambath di salon,
penggunaan hair conditioner dan shampoo telor melalui jamu dan
olesan pusaka nenek moyang, sampai lidah buaya, minyak kemiri
dan tak lupa telor udang. Tak kalah penting dalam usaha ini
ialah menghalau uban yang makin menjalar.
Di negeri Barat gejala botak merupakan gejala umum, seperti
dikemukakan oleh Otto Schulz, seorang dermatologist (ahli kulit)
dari Austria: "Gejala membotak pada bangsa kulit putih jauh
lebih tinggi persentasenya bila dibanding dengan orang kulit
berwarna." Dan perbedaan ini menjadi sasaran penyelidikan pula
oleh mereka yang mempelajari gejala botak. Namun kesimpulan
belum ada.
Masalah ini mendorong sekelompok orang untuk mengadakan suatu
kongres di awal April ini. Kongres Penelitian Masalah Rambut
yang dilakukan di Hamburg, Jerman Barat, dihadiri oleh hampir
650 orang dari berbagai negeri. Hadir di situ dokter ahli kulit,
sarjana biologi dan zoologi, ahli kimia, peneliti di bidang
kecantikan dan ahli obat kosmetik.
Botak Adalah Sexy
Prof. William Montagna, peneliti dari Amerika mengemukakan bahwa
botak merupakan petanda meningkatnya kesuburan laki-laki bila
dikaitkan dengan hormon sex pria. "Botak adalah tanda sex
sekunder," katanya. Pendapat ini agaknya dikumandangkan oleh
para pengagum -- terutama bagian wanitanya -- Telly Savalas
(Kojak) dan Yul Brynner (Fuji). Berkata Montagna selanjutnya
"Puncak penampilan kelaki-lakian pada Telly Savalas dan Yul
Brynner akan tercapai bila mereka memelihara janggut yang rapih
dan dadanya berbulu."
Rupanya tidak banyak orang mengetahui bahwa batok berkilat dari
kedua bintang film tersohor ini setiap hari terpaksa dirawat
dengan sebuah pisau cukur tajam, karena rambut mereka masih
tumbuh dengan suburnya. "Itulah," komentar seorang cowok
Jakarta, "kepala botak komersial."
Setiap pembuluh (follicle) penumbuh rambut dalam kulit manusia
dilengkapi dengan sebuah "penerima" hormon. Kebotakan terjadi
karena pengaruh dalam lapisan atas kulit oleh "penerima" ini
bersama dengan tingkat kejenuhan hormon pria dan enzim tertentu.
Bersamaan dengan itu merangsang akar rambut di bagian lain
sehingga tumbuh.
Prof. Jurgen Hammerstein, ahli kandungan dari Berlin menduga
gejala ini terutama disebabkan oleh hormon debydrotestosteron,
bentuk alihan dari hormon pria testosteron. Profesor ini juga
menunjukkan beberapa foto wanita yang menderita penyakit
hirsutisme (bertumbuhnya rambut di wajah dan dada wanita). Oleh
Hammerstein kelebihan rambut yang merusak penampilan
wanita-wanita itu dilenyapkan dengan mempergunakan antiand
rogenes, obat sintetis yang dipergunakan untuk mengendalikan
kelebihan dorongan sex pada pria tertentu.
Istilah medis untuk botak adalah alopecia. Dikenal beberapa
jenis kebotakan seperti alopecia totalis (botak total), alopecia
areata (botak setempat) dan alopecia sinalis (botak umur tua).
Masih ada beberapa penggolongan lagi, tetapi alopecia totalis
dan alopecia areata merupakan jenis kebotakan yang paling sering
ditemukan.
Sudah merupakan pendapat umum di dunia medis bahwa alopecia
totalis tidak dapat diobati, tetapi dalam kongres ini Rudolf
Happle, dermatologist dari Universitas Munster, Jerman Barat,
memperkenalkan suatu cara yang mempergunakan phenolen atau
dinitrocllorobenzene (DNCB). Pembahasan percobaan klinis
mengenai penggunaan obat ini oleh Happle beberapa bulan
sebelumnya dimuat majalah Archives of Dermatology, Nopember
1978, di mana ia menyatakan bahwa bagi orang botak masih ada
harapan untuk berambut kembali.
Percobaan Happle dilakukan pada 80 orang, dan 89% dari mereka
mendapat rambut kembali tumbuh pada bagian yang dioleskan dengan
DNCB. Bagi Happle dan rekan-rekan yang membantunya belum jelas
benar mekanisme khasiat terapeutik DNCB itu. Tetapi mereka
menduga bahwa DNCB tampil sebagai antigen saingan bagi antigen
pertama yang menyebabkan kebotakan. Belum dapat dipastikan
apakah rambut baru itu bertahan lama.
Dijaga Rahasianya
Rambut yang sudah terbukti bertahan lama adalah hasil dari cara
yang diyakinkan oleh Prof. N. Orentreich dari New York. Ahli
Amerika ini menganjurkan kepada para dermatolog lainnya untuk
mempergunakan cara ini secara rutin, yaitu pemindahan bagian
kulit berambut subur secara operasionil.
Secara keseluruhan agaknya kongres ini tidak menghasilkan
sesuatu yang spektakuler. Bahkan beberapa peserta -- yang
kebetulan botak -- merasa putus asa dan menyadari bahwa tidak
ada obat untuk kepala botak. "Memang sudah nasib kita," kata
mereka.
Putu O. Sukanta, akupungturis yang membuka prakteknya di
bilangan Pasar Jatinegara, Jakarta, menggolongkan penyakit ini
dalam dua golongan umum. Satu yang disebabkan oleh faktor
turunan (termasuk kebiasaan jenis makanan dalam suatu lingkungan
misalnya) dan satu lagi yang disebabkan oleh penyakit -- panas
akibat sakit, obat tertentu dan lain sebab bukan turunan. "Ini
semua disebabkan oleh kelainan pada ginjal," katanya tandas.
"Pengobatan botak setempat atau rontok rambut seyogianya
dilakukan dengan memperkuat fungsi ginjal."
Beberapa kasus botak setempat dan rontok rambut pernah berhasil
ia obati dengan tusuk jarum. Namun mengenai botak total,
terutama yang termasuk akibat turunan, ia menyatakan belum mampu
mengobatinya. "Pengobatan ini secara emperis diterapkan oleh
para sinshe, dan dijaga betul rahasianya," kata Sukanta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini