Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Keunikan Hawuko, Inovasi Kompor Sampah Penghasil Listrik

Inovasi Hawuko berawal dari pembuatan kompor berbahan bakar sampah, dengan tujuan menghasilkan energi baru sambil mengurangi sampah.

6 Desember 2017 | 16.48 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Hawuko, Inovasi Kompor yang Bisa Hasilkan Listrik. TEMPO/Dicky Nawazaki

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Ujang Koswara, 49 tahun, membuat inovasi kompor unik. Alat pemasak yang dinamakan Hawuko, singkatan dari hawu (tungku) Ujang Koswara tersebut berbahan bakar sampah kering. Panas kompor pun diubahnya menjadi energi listrik berdaya lima watt.

Baca: Peringkat Inovasi Indonesia Jauh di Bawah Vietnam

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hawuko berawal dari pembuatan kompor berbahan bakar sampah. Tujuannya menghasilkan energi baru sambil mengurangi sampah. Tungkunya dirancang Ujang dengan bahan logam yang mudah diperoleh. "Bekas kaleng cat, biskuit, atau sejenisnya bisa dipakai," katanya saat dihubungi Rabu, 6 Desember 2017.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ukuran kaleng untuk tungku tidak standar, agar siapa pun mudah membuatnya. Kaleng itu kemudian perlu dilubangi bagian bawahnya untuk mengalirkan oksigen ke wadah bahan bakar sampah di dalam tungku.

Limbah kering yang digunakan seperti ranting pohon, dedaunan, potongan kayu, kertas, dan bukan plastik serta sampah organik yang basah. "Tidak ada asap pembakaran sepanjang bahan bakarnya kering," ujar dia. Api yang dihasilkan untuk memasak itu berwarna merah, tidak biru seperti memakai gas.

Dari kompor itu, Ujang kemudian mengembangkan fungsinya. Berawal dari pertanyaan anaknya ketika mengerjakan soal pelajaran di rumah tentang energi, Ujang terusik untuk menjajal potensi panas kompor menjadi listrik. Setelah mencari informasi dan referensi di Internet, percobaannya mengacu ke cara kerja mesin dispenser yang bisa memanaskan dan mendinginkan air minum galon.

Kompor itu lantas diberi tambahan panel instrumen, yang prinsip dasarnya mengubah energi panas menjadi listrik. Pelat dipasang untuk mengantarkan panas di satu sisi dan dingin di sisi pelat lain hasil hembusan kipas angin kecil yang biasa terpasang di komputer. "Aliran panas dan dingin ini yang menghasilkan listrik," katanya.

Listrik yang dihasilkan sebesar 5 watt, bisa langsung dipakai atau disimpan ke aki atau powerbank. Daya sebesar itu dapat digunakan untuk menyalakan lampu maupun mengisi baterai handphone.

Ujang mulai menyebarkan cara pembuatan Hawuko itu ke masyarakat di Bandung pada Juni 2017. Sasaran utamanya pelajar di sekolah kemudian masyarakat umum yang kini berjumlah ribuan orang. Ia tidak mematenkan inovasinya, juga tidak menjual kompornya. "Saya siap diminta gratis untuk berbagi di Bandung," kata dia.

Biaya pembuatan kompor inovasi itu kurang dari Rp 500 ribu. Tungku juga bisa memakai drum bekas misalnya untuk dapur umum, dan bisa lebih banyak menghasilkan listrik.

ANWAR SISWADI

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus