KOMPUTER masa depan, mungkin, bukan lagi berjantung elektronik. Beberapa ahli fisika di AS beranggapan foton - satuan terkecil paket cahaya mungkin bisa menggantikan elektron. Terutama dalam fungsinya sebagai sakelar digital, komponen utama komputer. Secara sederhana, komputer memang dapat disebut kumpulan ribuan, bahkan jutaan, sakelar. Karena itu, kemajuan teknologi komputer sangat bergantung pada berapa kecil ukuran sakelar itu, dan berapa cepat bekerjanya. Penemuan tabung elektronik sebagai pengganti sakelar mekanik menghasilkan loncatan dalam dunia komputer. Demikian pula penemuan transistor sebagai pengganti tabung elektronik pada 1948. Tak heran jika, saat ini, banyak usaha dikerahkan untuk memperkecil ukuran transistor atau mempercepat cara kerjanya dengan mencarl bahan dasar yang lebih baik. Kecanggihan komputer sekarang terutama memang disebabkan berhasilnya pembuatan transistor dalam ukuran sangat kecil. Sekeping "chip" ukuran satu inci persegi, misalnya, bisa memuat satu juta transistor. Persoalannya sekarang adalah miniaturisasi ini sudah mendekati batas teoretisnya. Demikian pula kecepatan bergerak elektron di dalam silikon (bahan dasar transistor), yang tak sampai seperseratus dan kecepatan cahaya itu. Wajar kalau peningkatan kecepatan komputer akhir-akhir ini hanya diakibatkan oleh pemampatan jarak antartransistor saja. Dalam kejenuhan seperti ini, masuk akal kalau orang berpikir mencari sakelar baru. Tentunya yang lebih cepat dari sakelar elektronik. Tak bisa lain cahaya jadi perhatian utama. Sekarang tinggal mencari alat seperti transistor yang bukan bekerja dengan arus listrik (elektron), melainkan dengan cahaya. Beberapa ahli Amerika merasa telah menemukan alat ini. Namanya: transphasor. Kalau transistor mampu mengalirkan atau menyetop arus listrik dengan menggunakan arus lebih kecil, maka transphasor mampu meneruskan atau menyetop cahaya dengan cahaya yang lebih lemah (lihat gambar). Dan alat baru ini ternyata mempunyai kemampuan menggerakkan "sakelar"-nya seribu kali lebih cepat dari yang digantikan. Maklum saja kalau Dr. Rustum Roy, pengajar fisika padat di Universitas Pennsylvania, AS, mengatakan, "Masa depan akan diwarnai dengan perpindahan era elektron menjadi foton." Optimisme Roy didukung oleh beberapa kelebihan foton lainnya. Sebagai muatan tanpa massa, ia tak terpengaruh oleh adanya foton lain di sekitarnya. Bahkan dapat menembus foton-foton lain itu. Jadi, hal ini memungkinkan beberapa berkas cahaya tetap terpisah satu sama lainnya walaupun telah melalui "sakelar cahaya". Pada arus listrik hal ini sulit terjadi, sebab cenderung bercampur. Bagi para ahli, sifat tak mencampur ini memungkinkan terjadinya proses paralel pada komputer. Artinya suatu permasalahan dapat dipecah menjadi banyak, dan diselesaikan dalam waktu yang sama. Ini untuk membedakannya dengan proses langkah demi langkah yang umum berlaku dalam komputer sekarang. Tentu saja proses paralel akan jauh lebih cepat dari proses biasa ini. Kemungkinan lain yang juga timbul dari penemuan ini adalah pengembangan baru dari dasar teknologi komputer. Sebab, transphasor tidak hanya dapat menyalurkan atau menyetop cahaya, melainkan juga mengatur besarnya cahaya yang diperkenankan tembus. Artinya, tidak membatasi keluarannya (output-nya) pada logika "0" (menyetop) dan "1" (menyalurkan), tetapi bisa menjadi logika 0, 1, 2, 3, dan seterusnya. Maka, komputer tak harus lagi berpijak pada bilangan biner, tapi juga bilangan dasar lain. Apa akibat-nya bagi teknologi komputer memang sulit dibayangkan. Harus diakui, ini bukan berarti lonceng kematian bagi komputer elektronik. Paling tidak, untuk saat sekarang. "Kita baru menjejakkan langkah pertama dalam perjalanan 1.000 mil," kata Dr. Alan Huang, direktur departemen komputer optik AT & T Bell Laboratories. Sebetulnya, para pelopor penemu transphasor berasal dari Universitas Heriot-Watt di Edinburgh, Inggris. Mereka inilah yang menemukan fakta bahwa suatu bentuk kristal khusus dari bahan indium antimonide akan meneruskan cahaya jika ditembak dengan sinar laser. Hanya saja, dibandingkan dengan transistor, alat ini memakan banyak energi dan berukuran besar. Tim Dr. Huang, tampaknya, berusaha menghasilkan transphasor yang lebih baik. Konon, mereka menggunakan bahan galium arsenide yang biasa digunakan sebagai solar cell itu. Kerahasiaannya, yang biasa meliputi penelitian oleh perusahaan swasta, mengakibatkan sulit untuk mengetahui perkembangan penelitian ini. Hanya saja, Dr. Huang mengesankan telah berhasilnya beberapa hambatan dilalui. "Kami telah menetapkan sejumlah dead line dan, ternyata, kami bisa mendahuluinya," katanya. Perhatian yang besar dari perusahaan American Telephone & Telegraph (AT & T) pada teknologi ini bisa dimaklumi. Sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar, AT & T telah mengembangkan jaringan kaca serat sebagai media menyalurkan informasi. Kaca serat memang mempunyai kelebihan dalam kapasitas informasi yang dapat disalurkannya dibanding dengan kabel logam. Hanya saja dibutuhkan proses elektronik untuk mengubah sinyal elektronik menjadi sinyal optik pada ujung awal dan mengembalikannya lagi menjadi sinyal elektronik pada ujung akhir. Proses ini ternyata mahal. Nah, bila cahaya digunakan sebagai pengganti elektron dalam peralatan pengolah informasi, maka jaringan kaca serat dapat dimanfaatkan dengan murah. Karena itu, telekomunikasi data pun bisa lebih murah dan cepat. Ini bukan berarti bahwa komputer masa depan akan berwarna-warni bagai perangkat diskotik. "Barangkali Anda malah tak melihat seberkas cahaya pun dan komputernya tetap saja terlihat membosankan," kata Dr. Caulfield yang baru diangkat menjadi direktur teknik komputer optik perang bintangnya Reagan. Ia meramalkan komputer ini akan mulai memasuki pasaran pada pertengahan 1990. "Dan komputer elektronik tak akan mampu menandinginya," katanya. Bambang Harymurti Bahan New York Times Service
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini