Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Porang merupakan jenis umbi-umbian yang mulanya tidak populer, bahkan sebagaian masyarakat beranggapan bahwa tumbuhan ini hanya sekadar tanaman liar. Namun seiring berkembangnya pengetahuan juga pangsa pasar yang menjanjikan porang menjadi komoditi membantu ekonomi.
Tumbuhan yang berasal dari famili Araceae memiliki nama latin Amorphophallus oncophyllus Prain, dapat tumbuh dinaungan bawah tegakan pohon jati, sonokeling, mahoni ataupun sengon dan memiliki tingkat toleransi yang baik dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya. Namun biasanya para pembudidaya tanaman ini, menanamnya di atas kontur tanah yang agak kering.
Diketahui porang merupakan tanaman penghasil gizi baik seperti karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan serat pangan. Mulanya tanaman ini telah dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan bahan baku industri, hanya saja produksinya tidak masif seperti waktu sekarang ini.
Dahulu, menurut sumber pangan.litbang.pertanian.go.id, sejak masa penjajahan Jepang, masyarakat dipaksa untuk mengumpulkan umbi porang sebagai pemenuhan bahan pangan dan industri di Jepang, saat perang dunia dua terjadi, porang diekspor ke Jepang, Taiwan, Singapura, dan Korea Selatan.
Namun selanjutnya budidaya tanaman porang kurang berkembang, demikian pula prosesing/pengolahannya menjadi tepung glukomannan. dekade 1975, usaha tani tanaman porang ramai digandrungi sebab kandungan glukomanannya dapat dimanfaatkan sebagai pangan fungsional yang berkhasiat bagi kesehatan bernilai ekonomis tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kini, berdasar data Badan Karantina Pertanian (Barantan), mencatat pada semester pertama 2021, ekspor porang Indonesia mencapai angka 14,8 ribu ton, angka ini melampaui jumlah ekspor semester pertama pada 2019 dengan jumlah 5,7 ribu ton, kenaikan ini menunjukkan aktivitas ekspor sebanyak 160 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pasar ekspor utama porang yakni Cina, Vietnam, hingga Jepang. Selain negara kawasan Asia, Eropa juga menjadi salah satu negara tujuan ekspor porang. Biasanya porang yang diekspor dikirim dalam bentuk chip atau produk setengah jadi, yang nantinya di negara penerima ekspor akan diolah menjadi bahan dasar pangan, kosmetik hingga industri.
Sewaktu belum luas dijadikan tanaman budidaya, tanaman porang tumbuh liar di hutan, kadang tersebar di bawah rumpun bambu, di bantaran sungai juga lereng-lereng gunung. Tanaman porang diketahui memiliki bau tidak sedap seperti bau busuk karena tanaman ini berasal dari marga Amorphallus, yakni secara umum dikenal sebagai nama bunga bangkai.
Terdapat empat jenis Amorphophallus yang dominan Pada kawasan Indonesia yakni, Amorphophallus konjac Koch. bersamaan A. rivieri, Hydrosme rivieri var. konjac, A. mairei. Lalu Amorphophallus muelleri Blume, A. oncophyllus Prain, A. burmanicus Hook. Ada Amorphophallus paeoniifolius Nicolson, sinonim A. campanalatus Decaiisme, A. gigantiflorus Hayata. Terakhir Amorphophallus variabilis Blume, sinonim Brachyspatha variabilis Schott.
Secara khusus ternyata terdapat tanaman porang yang hanya tersebar di Indonesia yaitu Amorphophallus variabilis, banyak tumbuh liar di Jawa, Madura dan kepulauan Kangean.
Sebagai informasi ada beberapa ciri-ciri tanaman porang yang bisa diketahui, mulai dari penampakan daun, batang, hingga yang khas yakni bintil atau katak, dan lainnya sebagai berikut:
- Batang
Batang porang tumbuh tegak, permukaan batangnya halus berwarna hijau atau hitam, terdapat belang-belang putih tumbuh di atas ubi yang berada di dalam tanah, juga lunak. Bagian batang umumnya berdiameter 5-50 mm tergantung umur atau periode tumbuh tanaman, selanjutnya memecah jadi tiga batang sekunder, dan tumbuh lagi memecah jadi tangkai daun.
Tangkainya porang berukuran 40 sampai 180 cm x 1-5 cm, berwarna hijau kecoklatan dengan bebrapa belang putih kehijauan dengan permukaan yang halus. Saat musim kemarau, batang porang mulai layu dan rebah ke tanah sebagai gejala awal dormansi, kemudian musim hujan akan tumbuh kembali.
- Daun
Tumbuhan dengan daun majemuk, kemudian terbagi jadi beberapa helaian daun bentuknya menjari, berwarna hijau muda sampai hijau tua. Pada porang normal, setiap batang memiliki 4 daun majemuk dan setiap daun majemuk terdapat sekitar 10 helai daun dengan pinggiran daun meruncing berbentuk ellip. Selain itu pada tepi daun memiliki variasi warna mulai ungu muda saat kondisi umur daun muda, jadi hijau saat daun umur sedang, dan kuning saat umur daun tua.
- Bulbil/katak.
Katak pada tanaman porang bukan sejenis spesies hewan ampibi, melainkan bintil berbentuk bulat simetris, berdiameter 10- 45 mm yang ditemui setiap batang sekunder dan ketiak daun akan tumbuh. Biasa bintil atau katak memiliki peranna penting dalam memperbanyak jumlah tanaman porang yakni peran generatif atau bibit.
Bagian luar bulbil berwarna kuning kecoklatan sedangkan bagian dalamnya berwarna kuning hingga kuning kecoklatan. Bulbil inilah kekhasan porang dengan dengan jenis Amorphophallus lainnya. Biasanya pada tanaman porang terdapat 4-15 bulbil per pohon porang.
- Umbi.
Sebagai hasil yang dijual belikan, umbi porang tidak seperti jenis umbian lainnya, di mana satu tanaman porang hanya akan menghasilkan satu umbi. Berat umbi porang 3 kg dan diameternya mencapai 28 cm.
Penampakan bagian permukaan porang berwarna coklat tua dan warna bagian dalam porang kuning kecoklatan, di sekitar permukaan kulit umbi akan terdapat bintil-bintil kecil dankasar yang tersebar.
- Buah/biji.
Bentuk oval, warna berubah seiring pertambahan usia tanaman, berwarna hijau muda pada waktu muda, menjadi kuning kehijauan menjelang usia tua, dan orange-merah masuk usia tua.
- Akar.
Akar pada tanaman porang hanya akar primer, sebagian tumbuh menyelimuti umbi dan sebagian lagi tumbuh dari bagian pangkal batang, pertumbuhan akar yang cepat dalam waktu 7-14 hari kemudian tumbuh tunas baru.
TIKA AYU
Baca juga:
Porang Primadona Baru Pasar Ekspor, Permintaan Terus Meningkat