Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Lampu Superhemat <font color=#FF9900>Ganesha</font>

28 Juni 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TARIF dasar listrik akan naik. Anggaran belanja rumah tangga tentu makin membengkak. Ini bisa disiasati dengan mengurangi pemakaian sumber energi. Lampu Ganesha dapat memangkas konsumsi penerangan secara signifikan.

Lampu ini karya Adhi Ichwan Kurniawan, Fela Rizki Wardana, dan Fadolly Ardin. Tiga mahasiswa Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung itu memanfaatkan light emitting diode (LED) warna putih sebagai dasar pencahayaan. Semikonduktor ini minim konsumsi listrik karena hampir semua energi yang diserap dikeluarkan dalam bentuk cahaya, hanya sedikit berupa panas.

Ganesha terdiri atas 49 lampu LED yang dipasang pada papan sirkuit cetak (printed circuit board). Dudukannya seukuran tutup gelas. Di balik papan logam yang menghubungkan komponen-komponen elektronik itu dipasang controller, trafo, dan serat kabel. Rangkaian inilah yang membedakan Ganesha dengan lampu serupa.

Kunci keiritan Ganesha ada di sini: ketika dialiri listrik, 49 LED tidak menyala bersamaan, tapi bergantian seperti lampu hias. Bedanya, perputaran LED di Ganesha dipercepat melalui controller hingga 400 nanosecond-kecepatan dalam hitungan waktu transfer sebuah data. Alhasil, semua lampu terlihat menyala dalam waktu yang sama. Ganesha pun berpijar seterang bohlam 100 watt atau lampu neon 45 watt. Padahal listrik yang terpakai hanya 3 watt.

Penghematan dapat pula dilakukan pada rangkaian antarlampu Ganesha dalam satu ruangan. Misalnya, empat lampu dengan jarak tiap titik satu meter, controller mengatur nyala lampu bergantian tapi tetap terlihat bersamaan. Fadolly Ardin mengatakan metode itu sebenarnya digagas oleh rekannya, Dody Suhendra, yang terinspirasi oleh cara kerja mesin pemindai yang berjalan lambat saat membaca benda.

Menurut Fadolly, Ganesha juga berpotensi mengganti lampu penerang jalan. Sebab, untuk ruang terbuka, lampu yang dibutuhkan sekitar 15 watt, setara dengan bohlam 500 watt. Dia memberikan contoh: Bandung yang mempunyai 19 ribu titik. Menurut perhitungannya, bila memakai Ganesha, biaya setahun Rp 2,7 miliar. "Lebih hemat dibanding lampu merkuri yang menyedot anggaran hingga Rp 42 miliar," kata Fadolly.

Produk yang menyabet gelar juara pertama dalam ITB Entrepreneurship Challenge 2010 bulan lalu itu terus disempurnakan. Misalnya akan dilakukan uji ketahanan komponen agar lampu lebih terang dengan energi listrik yang semakin kecil. Mereka juga berencana memakai casing lampu neon bulat atau panjang jika diproduksi secara massal. "Kalau diproduksi banyak, biayanya bisa separuhnya, Rp 40-50 ribu," kata Fadolly.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus