Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PERONA bibir alias lipstik menjadi barang yang kerap melengkapi isi tas wanita. Sayangnya, banyak yang tak sadar akan bahaya zat yang dikandungnya. Dua mahasiswi Universitas Muhammadiyah Surabaya, Lailatul Qodriyah dan Nida’an Khafiyah, bereksperimen membuat lipstik yang tak hanya menjadikan bibir terlihat merah merekah, tapi juga menyehatkan.
Inovasi berawal dari kecemasan dua mahasiswi program studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan tersebut akan keamanan bahan lipstik yang beredar di pasar. Berdasarkan riset terhadap sejumlah merek gincu, mereka menemukan kandungan logam berat timbel. "Zat ini berbahaya karena dapat memicu kanker," kata Lailatul, pekan lalu.
Selain itu, masalah lain yang biasa timbul di antaranya kulit bibir pecah-pecah atau menggelap setelah menggunakan lipstik. Lailatul dan Nida’an lantas mencoba mencari solusi membuat lipstik dari bahan alami yang tidak berbahaya bagi tubuh. Akhirnya mereka mendapatkan formula berwujud cair (lip tint) dari umbi bit merah.
Bit adalah umbi dari tanaman sayur bit yang memiliki warna merah keunguan. Menurut Lailatul, pigmen umbi bit sangat cocok dijadikan pewarna. Bit juga banyak mengandung asam folat dan zat besi yang bermanfaat memperlancar peredaran sel darah serta membantu memperbaiki sel kulit yang rusak.
Lailatul dan Nida’an memanfaatkan fungsi pigmen bit setelah mempelajarinya dalam menciptakan warna merah untuk bahan sosis. Mereka melabeli inovasi mereka sebagai Lipmi alias lipstik sehat cantik alami.
Perona bibir itu dibuat menggunakan ekstrak bit. Prosesnya pun cukup mudah. Umbi yang sudah dikupas dan dipotong kecil dihaluskan. Bit yang sudah halus itu disaring dan dicampur dengan sejumlah bahan seperti minyak zaitun, baby oil, dan lip butter.
Agar menjadi adonan yang homogen, campuran bit kemudian dipanaskan hingga mendidih. Setelah adonan dingin, setetes gliserin ditambahkan pada tahap akhir. Kombinasi bahan-bahan tersebut dapat membantu melembapkan kulit lebih maksimal. "Gliserin juga memberi rasa manis pada lipstik," ujar Lailatul.
Dari setengah umbi bit bisa dihasilkan sekitar 15 mililiter lipstik cair. Adapun kemasan perona itu berbentuk tabung kecil dengan kuas menempel pada penutupnya. Ada juga wadah cup dengan kuas terpisah.
Lipstik berwujud cair dipilih untuk mempertahankan kandungan bahan-bahan alaminya. Gincu cair juga dinilai lebih mudah dioleskan ke bibir. Sedangkan pembuatan lipstik dalam bentuk padat lebih sulit dan pada akhirnya tetap menggunakan bahan kimia.
Lailatul dan Nida’an menghabiskan waktu sekitar tiga bulan untuk meneliti dan membuat Lipmi. Setelah dioleskan ke bibir, Lipmi akan memberikan warna merah keunguan yang mampu bertahan hingga sepuluh jam. Namun aktivitas si pengguna juga mempengaruhi daya tahan warnanya. "Kalau banyak makan, ya, mungkin menempelnya tujuh-delapan jam," kata Lailatul.
Lipmi juga bisa membantu memperbaiki kulit bibir yang kering dan pecah-pecah. Lailatul dan Nida’an tengah mengurus hak paten atas produk mereka dan berencana mengembangkan variasi warnanya. "Kami sedang mencari bahan alami lain supaya warnanya bisa beragam," ucap Lailatul.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo