Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Lumba-lumba Bungkuk Atlantik Terancam Punah

WCS dan IUCN baru-baru ini menggeser status Lumba-lumba Bungkuk Atlantik dari daftar rentan menjadi terancam punah.

30 Desember 2017 | 06.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Diketahui pemburuan sadis tersebut telah menyumbang kematian 198 lumba-lumba putih Atlantik dan 436 paus pilot. dailymail.co.uk

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Lumba-lumba bungkuk Atlantik, mamalia kecil yang hanya hidup di pantai lautan Afrika Barat, terancam punah. Si bungkuk ini memiliki panjang mencapai 2,5 meter. Tubuhnya berwarna abu-abu dan punya punuk khas tepat di bawah sirip dorsalnya. Lumba-lumba tersebut pemalu, berada dalam kelompok kecil, dan jarang menjelajah lebih dari beberapa kilometer dari pantai.

Baca: Nelayan Temukan Lumba-lumba Langka Berkepala Dua

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pembawaannya yang pemalu itu pula yang membuatnya bernasib buruk. Wildlife Conservation Society (WCS) dan Perhimpunan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) baru-baru ini menggeser status Sousa teuszii, nama Latin-nya, dari daftar “rentan” menjadi “terancam punah”.

Daftar “rentan” sebelumnya untuk spesies ini didasarkan pada asumsi bahwa lumba-lumba yang pemalu tersebut tinggal di habitat yang telah diketahui sebelumnya, yakni di garis pantai.

Dari penelitian terbaru itu, para periset melakukan tinjauan menyeluruh berdasarkan data yang ada. Hasilnya tak elok. Ternyata jumlah lumba-lumba ini sangat rendah dan tampaknya menurun di sebagian besar atau seluruh rentangnya. Rentang habitat si bungkuk ini diperkirakan membentang lebih dari 7.000 kilometer di sepanjang wilayah pesisir Sahara Barat ke Angola tengah.

Ternyata hasil penelitian itu menyebutkan sebagian besar populasi lumba-lumba ini juga sangat kecil dan beberapa tampaknya terisolasi. Walhasil, penurunan jumlah mereka pun tak terelakkan lagi. Itu terjadi karena perluasan ancaman yang teridentifikasi selama rentang spesies yang diketahui.

Penyebabnya apa lagi kalau bukan aktivitas manusia. Bycatch—tangkapan ikan-ikan tidak diinginkan yang tertangkap secara tidak sengaja—di bidang perikanan yang menjadi penyebab utama penurunan populasi lumba-lumba bungkuk. Perburuan dan ancaman pembangunan pesisir di habitat yang tersisa juga semakin banyak terjadi. Selain itu, penangkapan yang dilakukan di perairan pesisir dan pengembangan konstruksi lepas pantai, seperti pengembangan pelabuhan, menjadi penyebab lainnya.

"Penilaian terakhir kami menunjukkan bahwa populasi global lumba-lumba bungkuk Atlantik dewasa mungkin jumlahnya kurang dari 1.500 ekor. Habitat mereka tersebar di antara beberapa sub-populasi terisolasi, yang sebagian besar terlihat sangat kecil," kata Tim Collins dari Program Giants Samudra WCS dan Koordinator Afrika dari Kelompok Spesialis Cetacea IUCN.

Para peneliti pun khawatir, jika tidak dilakukan upaya pengelolaan konservasi yang ditargetkan dan berkelanjutan, spesies tersebut akan terus menurun. Menurut peneliti, kawasan lindung laut—termasuk jaringan laut yang baru dibuat di Gabon—mendukung upaya konservasi dalam perang melawan perburuan, penangkapan ikan, dan hilangnya habitat.

Howard Rosenbaum, Direktur Program Giants Samudra WCS dan anggota Kelompok Spesialis Cetacea Species Survival IUCN, mengatakan daftar critical endangered yang baru diharapkan akan memberi perhatian dan sumber daya yang lebih besar untuk mengurangi ancaman primer dan kumulatif yang dihadapi lumba-lumba bungkuk Atlantik. "Serta strategi proaktif untuk melindungi spesies dan habitat vitalnya di bagian-bagian penting dari jangkauan," ujarnya.

Randall Reeves, Ketua Kelompok Spesialis Cetacea Species Survival IUCN, menambahkan, mengingat ancaman kepunahan Vaquita (lumba-lumba kecil yang endemik di Teluk California di Meksiko) yang tertangkap karena banyaknya jaring ikan di sana, lumba-lumba bungkuk juga perlu menjadi perhatian. "Kecuali terjadi perubahan yang menggembirakan. Perlu juga melihat ke depan untuk mengantisipasi apa yang mungkin terjadi pada spesies seperti lumba-lumba bungkuk Atlantik ini,” katanya.

Selain studi lapangan jangka panjang mengenai lumba-lumba bungkuk Atlantik, ilmuwan WCS telah menghasilkan temuan penting mengenai lumba-lumba bungkuk lainnya yang tinggal di cekungan Atlantik, India, dan Samudra Pasifik. Investigasi ini menyimpulkan bahwa ada empat spesies lumba-lumba bungkuk, yakni lumba-lumba bungkuk Atlantik, lumba-lumba bungkuk Samudra Hindia (Sousa plumbea), lumba-lumba bungkuk Indo-Pasifik (Sousa chinensis), dan lumba-lumba bungkuk Australia (Sousa sahulensis). Empat spesies itu hidup di pesisir dan menghadapi ancaman yang sama: belitan di jaring ikan, pembangunan pesisir, pemogokan kapal, dan semakin diburu.

Lumba-lumba bungkuk Indo-Pasifik dan Australia terdaftar dengan status “rentan”. Sedangkan nasib lumba-lumba bungkuk Samudra Hindia lebih buruk karena tercatat “terancam punah”.

SCIENCEDAILY | AFRICATIMES

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus