Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Mendeteksi Jantung dari Leher

6 Juni 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kondisi jantung bisa dikenali dari leher. Ini bukan sulap atau sihir. Berkat alat baru, para dokter akan bisa mengetahui apakah pasiennya menderita penyakit jantung atau berpotensi terserang stroke dengan "meraba" lehernya. Dari penelitian terdahulu memang telah diketahui bahwa macetnya aliran pembuluh darah arteri di leher berisiko tinggi terhadap serangan jantung dan stroke. Nah, para ahli lantas mengembangkan alat ultrasonografi (USG) untuk mendeteksi kelancaran darah di tubuh pasien.

Alat ini bekerja dengan mendeteksi sinyal suara. Bila sebuah gelombang suara dikirim ke arteri utama pada leher, gelombang tersebut akan dipantulkan kembali. Dari hasil pantulan itu, dokter dapat mengetahui apakah aliran darah di dalam arteri tersumbat atau tidak.

Adalah Dr. Ioannis Kallikazaros, peneliti dari Hippokration Hospital di Athena, Yunani, yang membandingkan kemampuan alat tersebut dengan pengujian konvensional. Hasilnya dipaparkan dalam Journal of the American Heart Association edisi Mei dan dikutip buletin On Health.

Sampel penelitiannya berjumlah 225 orang, berusia 35-77 tahun. Setiap pasien menjalani metode angiografi—teknik pengindraan dengan menginjeksikan semacam zat pewarna ke arteri menuju jantung agar kondisinya dapat dipotret dengan sinar-X. Setiap pasien juga diperiksa dengan USG untuk mengukur kelancaran darah pada arteri karotid di leher. Hasilnya, 31 persen atau 88 orang ketahuan mengalami penyumbatan pada pembuluh darahnya dan pasien tersebut ternyata memang menderita penyakit jantung.


Inhaler untuk Penderita Diabetes

Ini kabar baik bagi penderita diabetes yang seumur hidup harus bergantung pada suntikan insulin. Ucapkan selamat tinggal kepada jarum suntik yang menyiksa dan selamat datang kepada inhaler. Obat yang bentuknya seperti yang biasa dipakai untuk mengatasi hidung mampet, tak lama lagi, bakal menggantikan jarum suntik.

Sebuah inhaler berisi insulin—berguna untuk mengontrol kadar gula dalam darah—kini tengah didaftarkan ke Food and Drug Administration (FDA) Amerika. CNN melaporkan, dalam dua tahun mendatang, obat bernama Generx itu diperkirakan sudah bisa dijumpai di apotek atau toko obat.

Berbeda dengan inhaler untuk hidung mampat yang harus dihirup melalui hidung, Generx menyalurkan insulin dengan cara disemprotkan. Namun, inhaler insulin tetap saja jauh lebih praktis dibandingkan dengan cara suntikan. Tinggal disemprotkan ke dalam mulut, insulin akan menyelimuti membran dalam mulut, kerongkongan, dan lidah. Setelah itu, melalui membran, insulin akan masuk ke dalam pembuluh darah. Beres.


Enzim Pemanjang Usia

Menjadi tua memang bukan sesuatu yang membuat nyaman. Ketika tubuh beranjak renta, ketika itu pula berbagai penyakit degeneratif menyerang. Sebagaimana benda yang menjadi aus, "penyakit tua" juga sulit "diperbaiki".

Para ilmuwan rupanya tak mau berhenti untuk menerima kenyataan begitu saja. Dalam upaya mengatasi penyakit tua seperti alzheimer, Journal Nature melaporkan penemuan suatu enzim pelindung sel yang diperlukan untuk hidup lebih lama. Penemuan ini membuat pengetahuan tentang proses penuaan menjadi makin lengkap dan dengan itu ada harapan suatu saat manusia bisa mencegah ketuaan—sedikitnya memperlambat kehadirannya.

Sebuah tim peneliti yang dipimpin ahli biologi Martin Chalfie dari Universitas Colombia, Amerika Serikat, berusaha memahami proses penuaan dengan meneliti kehidupan cacing gelang. Mereka melihat, cacing yang mendapatkan makanan yang cukup hanya bertahan hidup hingga tiga pekan. Namun, dalam bentuk larva (bentuk awal dalam daur hidup cacing), bakal cacing itu malah dapat bertahan sampai dua bulan meskipun dengan makanan yang kurang. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa ternyata pada cacing terdapat enzim yang membuat cacing bisa "awet hidup". Namun, bagaimana mekanismenya, para peneliti masih belum mampu menyibaknya.

Seperti ditulis Associated Press bulan lalu, bila gen yang membuat enzim bernama cytosolic catalase (ctl-1) dihilangkan, cacing akan mati dengan segera. Menurut para peneliti, ctl-1 mampu menahan penuaan karena bisa mencegah proses oksidasi dalam tubuh. Oksidasi, seperti halnya korosi pada besi, dapat menyebabkan penuaan dan menimbulkan berbagai penyakit degeneratif. Persoalannya, apakah proses semacam ini pula yang terjadi pada manusia, para peneliti itu kini tengah bekerja keras menelisiknya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum