Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TAMPAKNYA pesta demokrasi terakhir abad ke-20 ini dipercaya oleh masyarakat dapat membawa Indonesia menuju ke arah yang lebih baik. Ini bisa terlihat dari kecilnya jumlah golongan putih (golput) Jajak Pendapat Pemilu Online di TEMPO Interaktif, yang hanya sekitar 0,6 persen. Walaupun begitu, dari 48 partai politik peserta pemilu hanya beberapa partai politik yang mendapat perolehan suara.
Tempat pertama untuk jumlah perolehan suara diduduki oleh Partai Amanat Nasional (PAN), yang sempat "kalah" tiga kali, sekali dari Partai Keadilan (PK), dan dua kali dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, dengan sekitar 43,3 persen suara. Posisi kedua diduduki oleh PDI-Perjuangan yang pada dua minggu terakhir berhasil memimpin perolehan suara dengan 28,2 persen, diikuti oleh PK yang berhasil mendapat 19,6 persen suara.
Tempat keempat diduduki oleh Partai Golongan Karya (Golkar) yang mendapat 2,9 persen suara, disusul oleh Partai Bulan Bintang (PBB) di tempat kelima yang mendapat 2,5 persen suara. Sementara itu, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) berada di tempat keenam dan Partai Keadilan dan Persatuan (PKP) menempati urutan ketujuh dengan jumlah perolehan suara 1,4 persen.
Selain partai politik yang sudah disebutkan di atas, masih ada beberapa partai politik lain yang sempat meramaikan posisi sepuluh besar tapi secara umum mendapat perolehan suara sangat kecil, yaitu---berdasarkan besarnya perolehan suara---Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Kebangkitan Umat (PKU), Partai Kristen Nasional Indonesia (Krisna), Partai Solidaritas Pekerja (PSP), Partai Politik Islam Masyumi (PPI Masyumi), Partai Bhinneka Tunggal Ika (PBI), Partai Rakyat Demokratik (PRD), Partai Demokrasi Kasih Bangsa (PDKB), dan Partai Uni Demokrasi Indonesia (PUDI).
Perhitungan rata-rata perolehan suara Pemilu Online TEMPO Interaktif memiliki aturan unik: diperbolehkan memilih menjadi golongan putih alias golput dan bisa berganti partai saban minggu, ini kami mulai sejak minggu kelima pelaksanaan Pemilu Online. Itu berarti setelah Tim Sebelas yang diketuai Nurcholish Madjid merekomendasikan bahwa hanya 48 partai politik yang berhak mengikuti Pemilihan Umum 1999.
Jajak Pendapat Pemilu Online ini boleh disebut "pemanasan" sebelum pemilu yang sesungguhnya pada 7 Juni. Pemanasan ini juga tak lebih dari sekadar "main-main" dan jauh dari ilmiah, serta hanya mencerminkan pendapat para pengakses internet. Bisa jadi, ada simpatisan partai yang asyik getol di komputernya untuk ikut mengakses, tetapi boleh jadi banyak yang "tak menaruh perhatian". Karena itu, hasilnya barangkali tidak benar-benar memperlihatkan opini masyarakat secara umum.
Kami mengucapkan terima kasih atas partisipasi Anda dalam Jajak Pendapat Pemilu Online TEMPO Interaktif, sampai berjumpa lagi dalam pemilu mendatang dan jangan lupa menetapkan pilihan saat pemilu sesungguhnya pada Senin pekan ini.
Perjalanan yang Sia-Sia
Perjalanan yang Sia-Sia
Laporan majalah Time pertengahan Mei lalu ternyata berbuntut panjang. Itu tak hanya berupa pengaduan Soeharto terhadap majalah dengan reputasi internasional tersebut, tapi juga pertanyaan bertubi-tubi soal keseriusan pihak pemerintah, dalam hal ini Kejaksaan Agung, dalam mengusut kekayaan orang nomor satu di Indonesia selama 32 tahun itu, yang diduga hasil korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Pemerintah saat ini tentu saja merasa seperti tersengat listrik membaca laporan Time: betapa besar kekayaan Soeharto dan kroninya di luar negeri. Padahal, pihak Kejaksaan Agung pernah menyatakan bahwa Pak Harto tak punya rekening di luar negeri. Untuk membuktikan kebenaran laporan Time, Jaksa Agung Andi Ghalib dan Menteri Kehakiman Muladi mencari informasi ke Swiss dan Austria soal transfer uang sejumlah US$ 9 miliar ke Austria.
Ternyata misi Ghalib-Muladi yang menimbulkan pro dan kontra ini dinilai oleh lebih dari 80 persen pengakses jajak pendapat Indikator sebagai suatu kesia-siaan. Dari 2.147 pengakses, hanya 200 orang (9,3 persen) yang berpendapat perjalanan mereka ada manfaatnya, sementara 1.860 pengakses (86,6 persen) berpendapat sebaliknya. Dan sisanya (4,1 persen), meski ikut berpartisipasi, mengaku tidak tahu. Apakah hasil jajak pendapat ini benar-benar seperti itu kenyataannya? Entahlah. Namanya saja jajak pendapat lewat internet. Kami tak bisa berbuat lebih jauh agak kadar ilmiahnya tercapai. Sebab, data para pengakses tidak bisa diperoleh secara pasti.
Jajak Pendapat Pekan Depan:
Untuk pekan depan, rubrik ini meminta pendapat Anda soal kemungkinan adanya kecurangan dalam penghitungan suara pada pemilu 7 Juni. Setelah Anda mencoblos dan mungkin sempat mengikuti penghitungan suara, cobalah kemudian Anda berpartisipasi dengan menjawab pertanyaan: apakah penghitungan suara itu ada kecurangannya, tidak, atau Anda tidak tahu? Silakan klik di http://www.tempo.co.id Selamat mengikuti.Apakah keberangkatan A. Ghalib dan Muladi ke Austria dan Swiss ada manfaatnya?
(28-4 Juni 1999)Ya 9,3% 200 Tidak 86,6% 1.860 Tidak tahu 4,1% 87 Total ..................................... : 100% 2.147
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo