Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Fenomena katak betina memakan katak jantan selama musim kawin telah menjadi subjek penelitian menarik oleh para ilmuwan. Dikutip dari Live Science, kanibalisme di antara katak biasanya terjadi pada tahap larva atau anakan. Kecebong dari berbagai spesies diketahui memakan kecebong lain untuk mendapatkan keunggulan dalam kompetisi hidup.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, kanibalisme antara katak dewasa sangat jarang terjadi, terutama di alam liar. Biasanya, ini terjadi di laboratorium di mana kondisi kontrol yang ketat diterapkan. Lantas, apa alasan di balik perilaku kanibalisme katak dewasa dan bagaimana hal ini terjadi selama musim kawin?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alasan Kanibalisme
Pada musim kawin, katak jantan berusaha keras untuk menarik perhatian betina dengan panggilan mereka. Namun, upaya ini bisa berakhir tragis apabila betina yang tidak terkesan dan memutuskan untuk menjadikan jantan sebagai makanan.
Penelitian yang dilakukan oleh seorang ekologi dari University of Newcastle, John Gould, menunjukkan bahwa betina katak hijau dan emas (Litoria aurea) dapat menjadi predator utama bagi jantan yang tidak memenuhi standar mereka.
Gould mengamati perilaku ini di Kooragang Island, Australia, ketika ia mendengar suara jeritan malam hari. Ia menemukan seekor katak betina besar menggigit kaki belakang katak jantan sambil perlahan menariknya ke dalam lubang.
“Katak jantan berusaha sangat keras untuk mencegah hal ini terjadi,” kata Gould seperti dikutip dari NY Times.
Gould percaya bahwa betina dapat membedakan mana jantan yang layak untuk dikawini dan mana yang layak untuk dimakan berdasarkan kekuatan panggilan mereka. Jantan yang panggilannya lemah atau tidak sesuai dengan standar betina berisiko menjadi mangsa.
Pada Musim Kawin
Musim kawin adalah waktu yang penuh tantangan bagi katak jantan. Mereka harus menarik perhatian betina melalui panggilan yang kuat dan menggema. Namun, upaya ini membawa risiko tinggi.
Menurut Gould, katak betina hijau dan emas memiliki telinga yang sangat sensitif terhadap panggilan jantan. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengevaluasi dan menentukan apakah jantan tersebut layak dikawini atau dimakan.
Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Ecology and Evolution, Gould dan timnya mencatat bahwa kanibalisme ini terjadi ketika betina lebih besar dari jantan. Katak hijau dan emas betina dapat tumbuh hingga sekitar 7 sentimeter, sedangkan jantan biasanya hanya mencapai kurang dari 5 sentimeter. Perbedaan ukuran ini memungkinkan betina untuk mendominasi jantan secara fisik.
Kanibalisme selama musim kawin mungkin juga berfungsi sebagai mekanisme seleksi alam. Dengan memakan jantan yang tidak layak, betina memastikan bahwa hanya jantan yang kuat dan sehat yang akan mewariskan gen mereka.
Meskipun perilaku ini memberikan keuntungan bagi betina, ada juga risiko yang terlibat. Jantan yang diserang bisa melawan, dan betina bisa tersedak atau terluka selama proses tersebut. Selain itu, kanibalisme dapat menyebarkan penyakit di antara populasi katak yang terinfeksi.
Walaupun fenomena ini menarik, diperlukan lebih banyak bukti untuk mengonfirmasi bahwa kanibalisme antar dewasa ini lebih dari sekadar kejadian yang jarang terjadi. Gould juga menyebutkan rencana untuk melanjutkan penelitiannya untuk memahami lebih jauh dampak dari perilaku ini terhadap populasi katak hijau dan emas.
Penemuan ini memberikan pengetahuan baru tentang perilaku katak selama musim kawin dan menunjukkan betapa kompleksnya interaksi di antara mereka. Dengan memahami lebih dalam tentang perilaku kanibalisme ini, para ilmuwan dapat lebih baik melindungi spesies katak yang terancam punah dan memastikan keberlanjutan ekosistem mereka.