Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Madu adalah cairan manis dan kental yang dihasilkan oleh lebah dari nektar tumbuhan atau sekresi dari serangga lainnya. Proses pembentukannya melibatkan regurgitasi, aktivitas enzim, dan penguapan air.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Madu yang diproduksi oleh lebah mengandung berbagai nutrisi seperti vitamin A (retinol), vitamin E (tocopherol), vitamin K, vitamin B kompleks, vitamin C, serta flavonoid, asam fenolik, dan karotenoid, yang semuanya bermanfaat bagi kesehatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain manfaat kesehatan tersebut, madu juga memiliki kegunaan lain seperti meningkatkan stamina, menjaga sistem kekebalan tubuh, meredakan batuk, dan mendukung kesehatan jantung. Meski madu memiliki banyak manfaat, disarankan untuk tetap berhati-hati dan selektif dalam memilih madu yang akan dikonsumsi.
Madu adalah hasil dari nektar tanaman, yang terdiri dari campuran gula, protein, dan berbagai senyawa lain dalam larutan air. Komposisi nektar bervariasi tergantung pada jenis tanaman dan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya. Inilah mengapa terdapat berbagai jenis madu dengan karakteristik yang berbeda.
Lebah pekerja mengumpulkan nektar dari bunga dan menyimpannya dalam perut madu mereka. Di sana, enzim yang dikeluarkan dari kelenjar lebah akan bercampur dengan nektar. Enzim ini memulai proses pemecahan sukrosa dalam nektar menjadi gula yang lebih sederhana, yaitu glukosa dan fruktosa.
Setelah kembali ke sarang, lebah pekerja akan memuntahkan nektar dan meneruskannya kepada lebah rumahan di sarang. Lebah rumahan melanjutkan proses tersebut selama sekitar 20 menit, dengan cara memuntahkan dan menelan kembali nektar, mencampurnya dengan enzim, dan memecahnya lebih lanjut. Sebagian besar sukrosa dipecah menjadi glukosa dan fruktosa dalam proses ini.
Setelah proses pemecahan sukrosa selesai, lebah rumah menyimpan nektar ke dalam sarang madu. Nektar tersebut mengandung sekitar 70 persen air yang harus diuapkan untuk mencapai konsistensi madu. Lebah mengipasi sarang madu dengan sayapnya untuk menguapkan air hingga kandungan air dalam larutan turun menjadi sekitar 17 persen. Setelah 1-3 hari, nektar bertransformasi menjadi madu.
Kandungan air yang rendah dalam madu, sekitar 17 persen, merupakan faktor kunci yang mencegah pembusukan. Tingkat air yang rendah ini membuat madu tidak ramah bagi bakteri atau jamur, yang memerlukan lingkungan lebih lembab untuk berkembang.
Aktivitas air dalam madu sebesar 0,6 membuatnya tidak bisa ditumbuhi bakteri atau jamur, yang memerlukan aktivitas air setidaknya 0,75 untuk tumbuh. Selain itu, kandungan air yang rendah menyebabkan bakteri dehidrasi, sehingga madu tahan terhadap pembusukan.
Keasaman madu, dengan pH rata-rata sekitar 4, juga berkontribusi pada sifat antibakterinya. Banyak bakteri tidak dapat berkembang dalam lingkungan asam seperti ini. Hidrogen peroksida, yang dihasilkan dari asam glukonat dalam madu, juga membantu menghambat pertumbuhan bakteri.
Proses pemrosesan dan pengemasan madu juga berperan dalam ketahanannya terhadap pembusukan. Gula dalam madu bersifat higroskopis, menarik air dari udara, yang tidak ideal untuk pertumbuhan bakteri.
Perlakuan panas saat pemrosesan menghilangkan air, dan wadah kedap udara menjaga madu tetap kering. Meskipun madu bisa menjadi keruh dan mengkristal saat dibuka karena gula menarik air lagi, perubahan fisik ini dapat dibalik dengan menghangatkan madu.
Dengan kombinasi sifat-sifat ini, madu mampu bertahan lama tanpa mengalami pembusukan, menjadikannya salah satu makanan alami yang paling awet dan bernilai tinggi.
THE CONVERSATION | COMPOUND INTEREST | RACHEL FARAHDIBA REGAR
Pilihan Editor: Inilah 5 Jenis Makanan dan Minuman yang Disarankan Tidak Dikonsumsi Bersamaan dengan Daging