UNTUK masa lebih dari tiga setengah abad, pembungkaman Galileo Galilei oleh Vatikan mengganjal hubungan GereJa Katolik dengan llmu pengetahuan. Juni 1633, dalam usia 69, ilmuwan Italia itu diadili oleh Inkuisisi, dan dinyatakan "menyebarkan bid'ah". Sembilan tahun kemudian, 8 Januari 1642, ia wafat di Arcetri dalam status tahanan rumah. Beberapa Paus yang muncul belakangan mencoba melempangkan perselisihan ini. Tapi, usaha nyata baru tampak dari Paus Yohanes Paulus Il. Setahun setelah bertahta 1979, di depan Akademi Ilmu Pengetahuan Kepausan, Yohanes Paulus 11 menyatakan tidak ada perbedaan yang harus dipertentangkan antara llmu dan Iman. Sebagai simbol keyakinan ini, ia menjadikan pemulihan nama Galileo sebagai tujuan utama. Pada 1980, Yohanes Paulus menunjuk sebuah komisi yang terdiri dari ilmuwan, sejarawan, dan agamawan, untuk menguji kembali tuduhan dan "bukti" yang dulu dipakai menghukum Galileo. Menilik dan menimbang tak kurang dari tiga tahun, baru-baru ini hasil telaah komisi itu diterbitkan untuk umum. Sembilan ahli Katolik, satu di antaranya berkebangsaan Amerika, terlibat dalam urusan ini. Dalam esei bersambung dengan judul Galileo Galilel: Sejarah 350 Tahun, yang dicetak dalam bahasa Italia dan Prancis, mereka mengakui "Gereja telah bersalah dalam membungkam Galileo." "Dosa" Galileo yang paling besar adalah karena ia mengatakan bahwa mataharilah dan bukan bumi - yang menjadi pusat alam semesta. Berdiri di sisi Copernicus, ia menyanggah teori Ptolemeus - yang direstui Gereja - yang menyatakan matahari dan bintang-bintang beredar mengelilingi bumi. Bahkan Galileo menjuluki Ptolemeus "Simplicio" - permainan kata untuk "Si Dungu". Dilahirkan di Pisa, 15 Februari 1564, Galileo Galilei kemudian salah seorang perintis fisika modern dan astronomi teleskopis. Putra pemusik ini pada mulanya mahasiswa kedokteran pada Universitas Pisa. Tapi ia meninggalkan perguruan itu sebelum tamat, kemudian menjadi profesor matematika di Universitas Padua, dalam usia 28 tahun. Di kota ini ia merancang kalkulator, menyusun penjelasan mekanis pasang surut berdasarkan gagasan Copernicus, dan menyimpulkan bahwa mesin tidak menciptakan kekuatan, melainkan mengalihkannya. Pada 1609, di depan Senat Venesia, Galileo memperagakan teleskop temuannya, yang tiga kali lebih efektif dibandingkan dengan teleskop lainnya pada masa itu. Ia dianugerahi uang dan gelar "profesor seumur hidup". Setahun kemudian, terbit karya pertamanya di bidang observasi astronomi, Sidereus Nuncius (Pembawa Amanat Bintang-gemintang). Namanya segera termasyhur di seantero Eropa. Apalagi, ia menulis dalam bahasa Italia, yang lebih mudah memasyarakat dibandingkan dengan bahasa Latin. Ia menguasai gaya yang sangat memukau dalam bahasa Italia - hal yang kemudian dicela Inkuisisi karena dianggap "terlalu berbunga-bunga". Dengan teleskopnya, Galileo "menemukan" permukaan bulan yang tidak rata, bintik di matahari, satelit yang mengitari Jupiter, cincin Saturnus, dan sistem Milky Way yang terdiri dari gugusan bintang. Namun, minat utama Galileo tetap pada mekanisme dan hukum gerak. Ia, misalnya, bisa asyik berhari-hari hanya memperhatikan pendulum berayun. Konflik dengan Roma bermula pada 1611, ketika Galileo berkunjung ke kota itu dan memperagakan teleskopnya di depan majelis kepausan. Para profesor Aristotelian, yang melihat pamor mereka terancam, segela bersatu memusuhi ahli bintang dari Pisa ini. Dan mereka punya kesempatan: Galileo menyerang Ptolemeus dan memuji Copernicus - yang dianggap bertentangan dengan Kitab Suci. Pada 1616, ia diperintahkan untuk tidak membela atau mengajarkan teori Copernicus. Tujuh tahun kemudian, Maffeo Barberini, sahabat lama Galileo, ditabalkan menjadi Paus Urbanus VIII. Dengan izin beliau, sang astronom menulis Dialogue, diskusi tentang sistem Ptolemeus dan Copernicus. Tiada dinyana, buku inilah yang menyebabkan ia dipanggil ke Roma, dan didakwa di depan Inkuisisi. Ia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Dialogue diberangus dan tak boleh dicetak. Bahkan buku-buku Galileo sebelumnya dinyatakan haram. Tapi, di luar Italia, Dialogue diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, dan dibaca dengan bersemangat oleh para ahli di sekujur Eropa. Hukuman kemudian diperlunak dengan tahanan rumah, mula-mula di Keuskupan Agung Siena, kemudian di villa Galileo sendiri di Arcetri, di dekat Florence. Di situ ia melengkapi telaahnya mengenai gerakan dan kekuatan alam benda. Buku tentang studi itu terbit di Leiden, Belanda, pada 1638. Tahun itu pula matanya buta. Tapi Paus menolak permohonan Galileo untuk berobat ke Florence. Setelah ia mati, 1642, jenazahnya dimakamkan tanpa tanda kebesaran di Katedral Santa Croce. Baru pada abad berikutnya tulang-belulang Galileo dipindahkan ke tempat yang lebih layak. Gereja memang tak bisa membendung pengaruh Galileo. Di antara muridnya adalah Benedetto Castelli, peletak ilmu hidraulik, dan guru bagi Bonaventura Cavalieri dan Evangelista Torricelli. Cavalieri memformulasikan prinsip-prinsip yang kemudian menjadi penting untuk pengembangan kalkulus, dan Torricelli merancang barometer serta menerangkan gejala tekanan atmosfer. Dalam esei Vatikan terakhir ini, Uskup Agung Paul Poupard, Kepala Dewan Kepausan untuk Kebudayaan menulis, "para hakim yang menghukum Galileo telah melakukan kesalahan." Tapi pengakuan itu bukannya tidak disertai semacam apologi. Kesalahan tadi dilukiskan sebagai "penyimpangan" dari ukuran-ukuran Gereja sendiri. "Sikap Gcreja terhadap ilmu pengectahuan, pada masa itu, tidaklah seterkebelakang seperti yang sering digambarkan seckarang," demikian antara lain. Galileo sendiri dilukiskan sebagai orang yang suka mencari perkara. Ia konon pongah, angkuh, dan suka menyatakan karya orang lain sebagai penemuannya. Bintik matahari, misalnya, bukan hanya penemuan Galileo seorang. Beberapa ahli abad ke-17 juga sudah melihatnya. Paus Yohanes Paulus, melalui pemulihan pamor Galileo ini, melihat kemungkinan "buah keserasian antara ilmu dan iman, antara Gereja dan dunia." la juga mengungkapkan bahwa Kitab Suci tidaklah terdiri dari kebenaran ilmiah yang spesifik, melainkan lukisan metamorforis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini