Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Menggiling jagung, menyalakan ...

Ide dari schumacher tentang pemanfaatan tenaga sepeda untuk meringankan pekerjaan tangan, seperti menggiling gandum, jagung dll. telah sukses dicobakan di negara-negara berkembang di afrika & nepal. (tek)

31 Desember 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEORANG mahasiswa ITB ketika berKKN (kuliah kerja nyata) ke desa, mendapat ide yang orisinil. Memanfaatkan kerangka, roda-roda gigi dan pedal sepeda, dibuatnya mesin pemarut kelapa yang dikayuh oleh kaki pengendaranya. Itulah satu contoh pemanfaatan tenaga sepeda di luar bidang transpor. Atau tepatnya: pemanfaatan tenaga kaki manusia untuk memindahkan putaran roda gigi (gir) besar ke roda gigi kecil, untuk meringankan kerja tangan. Contoh kemungkinannya masih banyak lagi. Bertolak dari cita-cita 'teknologi madya' dari almarhum EF Schumacher, satu lembaga di Inggeris baru-baru ini memperkenalkan mesin giling tepung yang dirakit pada sepeda standar. 'Sepeda penggiling tepung' ciptaan Tropical Products Institute (TPI) itu, memungkinkan orang menggiling 80 Kg tepung sehari. Sementara dengan teknik gilingan batu yang hingga kini masih populer di Dunia Ketiga, maksimal hanya 35 Kg sehari. Mudah dilayani dan mudah dirakit oleh bengkel sepeda yang sederhana sekalipun, mesin itu harganya hanya sekitar 130 ringgit Malaysia (Rp 16 ribu). Operatornya dapat duduk di atas sadel menggenjot pedal seperti mengendarai sepeda biasa. Hanya saja, gir belakangnya tak dipakai memutar roda belakang. Tapi melalui sumbu mendatar, putaran gir sepeda dipindahkan ke rotor dalam mesin giling mini yang dirakit pada goncengan sepeda itu. Berputardengan kecepatan 5 ribu pusingan per menit, rotor itu menggiling butiran padi-padian atau kacang-kacangan sampai cukup halus, dan lolos melalui saringan. Di samping tergantung pada otot kaki, stamina, dan semangat 'pengendara'nya, kapasitas kerja mesin giling itu ter gantung pula pada jenis butiran yang digiling. Percobaan menggiling kacang kedele, jagung, dan jagung cantel sorghum) menunjukkan hasil yang memuaskan. Percobaan lapangan selama 12 bulan di Nepal, di kaki pegunungan Himalaya yang dingin--di sana orang memang gemar sport buat cari panas - juga menunjukkan bahwa onderdil sepeda itu tak cepat aus, dan hanya butuh perawatan minim. Setelah sukses di Nepal, TPI bermaksud memperkenalkan sepeda istimewa itu pula ke Zambia, Kenya, Sudan, Malawi (semuanya di Afrika), serta Bangladesh. Pengenalannya ke negara-negara Asia Tenggara tak disinggung oleh koran Malaysia, New Sunday Times, dalam edisi 11 Desember lalu. Mungkin saja, TPI belum tertarik memperkenalkannya ke negeri-negeri yang banyak makan nasi ini. Sebab berbeda dengan gandum yang harus digiling dulu jadi terigu sebelum dibakar jadi roti, beras dapat langsung dimasak tanpa digiling. Sehingga yang lebih diperlukan di sini mungkin mesin pengelupas kulit padi (huller) yang dirakit pada sepeda. Betapapun, ide orang Inggeris itu adalah ide yang dirasuki gagasan Schumacher, untuk mencari bentuk teknologi yang tepat dan bisa menghapus kemiskinan dan ketidakadilan. Ide yang sama, jika diberi peluang, bisa muncul di negeri berkembang sendiri. Misalnya Unit Teknologi Desa di Nairobi, ibukota Kenya. Di sana, dengan bantuan Unicef, ahli Afrika merancang pompa irigasi yang digerakkan oleh dua pengendara sepeda. Pompa bikinan Kenya itu mampu merlgangicat 10 gallon (hampir 40 liter) air tiap menit dari sumur dangkal. Tak kalah adalah pemikiran Charles Seven dalam majalah Sweden Now, (No. 3/1977). Dia melihat bagaimana sepeda statistik alias ergocyale sudah populer di kalangan pekerja kantoran yang kurang sport. Tapi sayangnya, itu hanya membuang enerji saja. Karena itu, dianjurkannya agar sepeda statis itu digandengkan dengan generator listrik yang dapat menghidupkan TV, alat-alat listrik lain. Yang seperti ini di Indonesia zaman perjuangan dulu biasa dilakukan. Dalam film Enam Jam Di Yogya ada adegan bagaimana pihak Republik kirim berita ke luar negeri: D. Djajakusuma menggenjot sepeda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus