Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

sains

Tanggapan buat siregar

Suatu ide dari siregar dalam memanfaatkan kincir air untuk mengangkat air dengan menggunakan tenaga air itu sendiri telah mendapat beberapa tanggapan yang mengarah pada perbaikan sistim pompanya. (tek)

31 Desember 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA seorang karyawan Pertamina di Sorong, Irian Jaya, punya ide. M. Siregar, putera Tapanuli, yang punya nostalgia terhadap kampung halamannya itu, inin menghidupkan kembali kincir air di pedesaan. Bukan cuma untuk menumbuk padi, tapi juga buat mengangkat air dengan menggunakan tenaga air itu sendiri. Maka dirancanglah pompa pengangkat yang digerakkan oleh kincir air (TEMPO, 26 Nopember). Ide Siregar ini cukup mendapat tanggapan para peminat teknologi madya ~teknologi desa?) lainnya. Melihat bagan pompa air gagasan Siregar, Yanis B (seorang anggota keluarga TEMPO yang tak ketahuan alamatnya) kasih komentar: "Yang akan naik ke atas bukanlah air seperti yang dimaksud, melainkan udara." Dia ragu apakah tekanan udara cukup kuat untuk mendorong air ke atas. Apalagi kalau penampang pipanya sampai 1 dmÿFD. Maka Yanis mengusulkan perubahan terhadap ide Siregar, yakni dengan mengambil contoh pompa angin para pandai besi tradisionil. Atau mencontoh prinsip pompa air Dragon. Berdasar kedua alternatif itu, seberapa tinggi air dapat didongkrak tergantung pada berat torak yang digunakan, sesuai dengan sifat bejana berhubungan -- serta Hukum Archimedes. Ingat, bukan? Volume air yang dipindahkan = berat benda yang dicemplungkan. Berarti: torak seberat 100 Kg akan mengangkat air dengan seberat 100 Kg pula. Nah, kalau penampang pipa = 1 dmÿFD, maka air dapat dipompa setinggi 10 meter (berat jenis air = 1). Lebih drastis lagi perubahan yang diusulkan A. Rusli dari Departemen Fisika ITB. Perubahan itu diusulkan uniuk menghindari ketergantungan pada berat torak -- dengan memanfaatkan tenaga jatuh air terjun secara langsung. Sama seperti Yanis, Rusli juga ingin menghindarkan penggunaan udara, dengan sekaligus menggunakan air itu sebagai medium pemompa. Rusli ada memberikan beberapa catatan bagi pompa air yang diharapkan lebih efisien dari ide Siregar semula. Yakni: * sebaiknya torak dibuat seringan mungkin, misalnya dari bambu. * lengan pengungkit harus lebih pendek daripada jarijari roda kincir air. Berdasar prinsip momen-gaya, makin panjang jari-jari roda air makin tinggi air dapat dipompa. Karena gaya tekan air ke atas oleh torak sebanding dengan nisbah antara panjang jari-jari roda air: panjang lengan pengungkit. Prinsip kerja pompa air ini "sama dengan prinsip kerja pompa besi mekanikotomatik yang sudah ada di pasaran Indonesia sejak tahun 1950-an." Kalau sudah begitu banyak ide yang bermunculan, mengapa tak ada yang mencoba mewujudkannya secara nyata, agar dapat ditiru oleh saudara-saudara kita di desa?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus