Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dalam setiap informasi kejadian gempa yang guncangannya bisa dirasakan yang dirilis BMKG, salah satu yang dicari tahu masyarakat adalah ada atau tidaknya ancaman tsunami. Ini terutama untuk gempa-gempa yang diketahui berpusat di laut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," bunyi antara lain informasi ancaman tsunami tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Atau sebaliknya. Hasil pemodelan BMKG bisa menunjukkan bahwa sebuah gempa dapat memicu tsunami. Contoh terdekatnya adalah ketika terjadi gempa M7,1 di Miyazaki, Jepang, akibat aktivitas di zona megathrust Nankai pada 8 Agustus lalu.
"Potensi ancaman WASPADA dangan tinggi kurang dari setengah meter di sekitar pusat gempa," bunyinya saat itu.
Mungkin juga pada awalnya disebutkan ada ancaman tsunami tapi segera disusul pemberitahuan ancaman sudah berakhir. Ini terjadi karena hasil observasi pada alat atau sensor pasang-surut muka laut di lokasi tak menemukan potensi yang dimaksud.
Tapi, yang jelas, peringatan dini harus dilakukan dengan cepat karena gelombang tsunami lokal bisa datang sangat cepat. Soal ini, Kepala Laboratorium Gempa Bumi dan InaTEWS Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG), Karyono, menyebut adanya waku-waktu kritis yang penting untuk reaksi pemerintah daerah maupun masyarakat umum.
Berikut ini timeline peringatan dini tsunami BMKG seperti yang dituturkan Karyono dalam webinar Gempa Bumi Megathrust dan Kewaspadaan Bencana pada Jumat pagi, 30 Agustus 2024,
Peringatan Dini 1, waktunya kurang dari lima menit.
Peringatan dini yang pertama ini berisi parameter gempa bumi dan potensi tsunami dengan status ancaman: awas, siaga, waspada, atau tidak ada ancaman.
Peringatan Dini 2, waktu kurang dari 10 menit pasca-gempa.
Peringatan dini yang kedua ini berisi pemutakhiran parameter gempa dan estimasi waktu tiba dan tingkat ancaman jika memang ada potensi tsunami.
Peringatan Dini 3, dalam 30-60 menit pasca-gempa.
Peringatan dini yang ketiga ini berisi informasi hasil observasi sensor pasang-surut laut (tide gauge) di daerah terdampak dan pemutakhiran status ancaman tsunami. BMKG menyebut telah memiliki jaringan sekitar 900 sensor tersebut di wilayah perairan Indonesia.
Peringatan Dini 3.2-3.n
Rilis peringatan dini berisi observasi tide gauge (jika ada) bisa dilakukan beberapa kali.
Peringatan Dini 4, dalam waktu kurang dari 120 menit pasca-gempa.
Peringatan dini tsunami dinyatakan berakhir.