KETIKA Galileo Galilei membidikkan teleskop buatannya ke atas.
1609, ia "membuka kan langit" bagi para astronom, yang sebelum
itu mengamati angkasa dengan mata telanjang. Pekerjaan ini
kemudian diteruskan oleh teleskop-teleskop raksasa, seperti yang
terdapat di Mount Palomar, Mount Wilson, Lick, dan. . .
Lembang.
Observatorium itu selalu didirikan di puncak bukit, atau gunung,
untuk memperoleh penglihatan yang tidak terhalang. Guna
menangkap sinar-X, sinar ultraviolet dan inframerah, alat itu
harus diletakkan di tempat tinggi. Kini, demi memperoleh
penglihatan yang lehih jelas, para astronom mengirimkan
peralatan mereka dengan kerbagai pesawat angkasa tak berawak.
Panjang gelombang amat penting. Sinar-X dan sinar ultraviolet
berasal dari daerah berenergi tinggi, misalnya tempat bintang
meletus, atau inti galaksi. Sinar inframerah berasal dari
benda-benda dingin, bintang baru, awan gas, bahkan tata surya.
Dengan menganalisa panjang gelombang, para ahli dapat menguji
teori mereka.
Suatu tata surya diperkirakan berupa "awan debu" yang mengitari
sebuah bintang, yakni matahari. Yang dipertanyakan dari mana
"awan debu" itu. Apakah diisap dari matahari oleh bintang yang
Iewat, atau diisap ke dalam dari dirgantara oleh gravitasi
matahari itu sendiri?
Kini, orang kembali pada hipotesa Pierre-Simon Laplace. Ia
dulu mengatakan, awan gas dan debu yang berputar itu ambruk
(collapse) ke matahari oleh gaya sentrifugal, dan dipencarkan
bagaikan cakran tipis. Tim Universitas Kyoto, yang melepaskan
balon ketika gerhana total baru-bam ini, menemukan cakram
berputar, yang terdiri dari partikel-partikel silikat mengitari
matahari, sampai 7 juta km dari matahari. Satelit Iras (Infrared
Astronomtcal Satellite) kepunyaan AS-Ingris-Belanda menemukan
semacam tata surya baru yang sedang berkembang, dekat bintang
Vega.
Dalam ilmu astronomi dikenal istilah lorong hitam (black holes).
Yaitu daerah-daerah yang gaya gravitasinya begitu intens,
sehingga cahaya pun tidak dapat lolos. Lorong-lorong hitam itu
terdapat di bagian jantung galaksi-galaksi tadi, dan
bagian-bagian itu memancarkan radiasi berenergi tinggi.
Para astronom berpendapat, radiasi itu disebabkan zat-zat
(matter) yang mengalami ambrukan (collapsing) ke daerah tempat
gravitasi begitu intens. Lorong-lorong hitam inilah yang hendak
diintai para ahli dengan menempatkan teleskop dan peralatan
mereka yang lain di balon-balon atau satelit tak berawak. Dan
kini, di laboratorium dirgantara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini