Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Memacu ginjal dengan serat kaca

Pabrik gelas di jerman barat berhasil menciptakan pacu ginjal dari serat kaca, nephron. menyederhanakan dan meringankan biaya pencucian darah, tetapi tidak bisa menproduksikan darah baru. (ksh)

24 Desember 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SERAT kaca atau fiberglass ternyata bisa berfungsi sebagai ginjal buatan yang bekerja sederhana. Sebuah pabrik gelas di Jerman Barat baru-baru ini berhasil menciptakan pacu ginjal dari serat kaca. Diharapkan, produksinya akan lebih menyederhanakan dan mungkin bisa meringankan biaya pencucian darah dengan ginjal buatan (hemodialysis) yang sudah ada. Ginjal asli manusia sehat, yang bentuknya mirip sepasang kacang merah sebesar tinju, berada di bagian punggung. Organ tubuh yang beratnya sekitar 150 gram itu berfungsi menjaga keseimbangan air, asam basa, dan garam dalam darah serta menyaring racun sisa metabolisme dalam tubuh. Darah encer (plasma) masuk melalui pembuluh arteri, yang kemudian bercabang dan beranting sampai ke pembuluh yang sangat halus (medulla) di ginjal. Dari medulla ini bentuk darah paling kecil (molekul) kemudian masuk ke alat saringan (nephron), berupa pori-pori yang jumlahnya sekitar dua juta. Nah, fungsi nephron inilah yang dapat ditiru pori-pori sebatang serat kaca, yang berukuran seperti batang jarum itu. Dari 500 - 700 mililiter cairan darah yang masuk ke ginjal setiap menit, sekitar 120 mililiter tak diloloskan nephron. Cairan yang tersaring itu adalah racun urea, asam kristal (uric acid), dan 0,83% air yang kemudian dibuang keluar tubuh dalam bentuk air seni (unne). Sedangkan yang lolos adalah darah murni yang terdiri dari 99% air dan zat yang dibutuhkan tubuh, misalnya zat gula dan asam amino. Apabila terjadi gangguan pada ginjal, misalnya Infeksi atau terdapat gumpalan darah pada arteri, proses pencucian darah oleh ginjal tak berjalan sebagaimana mestinya. Lama kelamaan tubuh membengkak penuh air beracun yang akhirnya mengusir nyawa si penderita. Berjuta-juta manusia berginjal rusak. Sebagian masih bisa ditolong dengan ginjal cangkokan atau gm)al buatan yang disebut mesin dialisa darah. Namun, hasil pertolongan dengan ginjal cangkokan belum memuaskan. Sebab, donor ginjal terbatas, biayanya bisa mencapai puluhan juta rupiah, tapl kemungkinan bagi penderita untuk bertahan hidup sampai satu tahun cuma sekitar 70%. Harianto, misalnya, yang memperoleh ginjal ibu kandungnya sendiri dalam operasi pencangkokan di RS Cikini Jakarta, Oktober 1977, cuma bertahan empat hari. Harapan hidup satu tahun bagi penderita ginjal parah, menurut dr. Puji, ahli ginjal RSTM, Jakarta, urutannya sebagai berikut Pertama, ginjal cangkokan dari saudara kem bar 90% kedua, dari saudara kandung 70% dan, ketiga, dari orang tidak sekandung 50-60%. Mesin pencuci darah. walaupun dr. Puji menempatkannya pada urutan keempat, prestasinya cukup menggembirakan. "Di luar negeri dapat mencapai lima belas tahun, sedangkan di Indonesia ada pasien yang saya rawat sudah delapan tahun," kata dr. Puji, yang masih yakin akan kemampuan 15 buah mesin dialisa yang melayani sekitar 40 pasien sekarang ini di RSTM. Prinsip kerja mesin dialisa ini sebagai berikut: Darah yang disedot dari tubuh dipompakan ke kantung tipis yang berlubang-lubang halus. Bagian yang berpori-pori ini berada dalam box -berisi cairan elektrolit yang kurang pekat dari darah - berukuran 1 m3. Melalui proses osmose, zat-zat pekat berupa racun dalam darah kemudian merembes ke cairan elektrolit, untuk kemudian dibuang. Proses pencucian darah ini berlangsung enam jam, dengan mempergunakan sekitar 200 liter cairan elektrolit. Tarifnya, sekarang, Rp 130.000 sekali cuci darah. Padahal, ada pasien yang harus melakukannya dua hari sekali. Sulit dibayangkan biaya yang harus dikeluarkan si pasien hingga sembuh. Sistem pori-pori serat kaca, yang ditemukan di Jerman Barat tadi, jauh lebih sederhana dibandingkan dengan sistem pencucian darah dengan mesin bercairan elektrolit yang kini berharga sekitar Rp 30 juta. Darah tubuh pasien yang disedot keluar kemudian dipompakan melalui pori-pori piala serat kaca, yang ukurannya jauh lebih kecil dari sebatang korek apu Seperti nephron di ginjal, pori-pori serat kaca yang telah dipanaskan sampai 1.700øC itu hanya akan melewatkan molekul-molekul darah murni. Ini bisa terjadi karena lubang pori-pori fiber glass itu persis sama besar dengan molekul arah murni. Selain ukurannya jauh lebih kecil, serat kaca tidak perlu mempergunakan zat cairan. Sistemnya juga lebih aman. Artinya, tidak ada darah tercecer keluar seperti yang terjadi pada kantung mesin dialisa sekarang ini, yang mudah robek. Dengan penemuan baru ini diharapkan biaya cuci darah bagi penderita ginjal rusak akan lebih murah. Dibandingkan dengan nephron di ginjal sehat, kekurangan sistem cuci darah dengan serat kaca adalah tidak bisa memproduksikan darah baru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus