Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Naga-naganya, tragedi Adam Air bakal kehilangan sebuah fragmen terpenting: apa yang menyebabkan kecelakaan ini.
Bulan sudah berganti, belum terdengar juga kabar baik tentang rencana pengangkatan sepasang kotak hitam yang ditemukan pada akhir Januari lalu di palung Majene, Selat Makassar. Padahal, ketika tidak ada harapan menyelamatkan korban, perekam suara kokpit (cockpit voice recorder) dan perekam data penerbangan (flight data recorder) menempati daftar teratas yang harus segera dievakuasi dari reruntuhan pesawat.
”Sepasang kotak berwarna oranye ini menjadi sumber informasi penting penyebab kecelakaan pesawat,” ujar Ketua Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Setio Rahardjo, kepada Tempo. Sedemikian pentingnya, kotak yang berukuran sebesar kardus sepatu ini dirancang untuk terhindar dari kerusakan akibat benturan, panas, tekanan, dan rendaman air atau bahan kimia.
Bagian CVR berisi rekaman suara, sehingga cukup diputar untuk mendengar hasil rekaman. Sedangkan FDR berisi sejumlah parameter penerbangan yang harus dianalisis dengan alat khusus. ”Menganalisis parameter FDR inilah yang memakan waktu lama,” kata Setio.
Bahkan perlakuan khusus harus dilakukan sejak FDR ditemukan. Frank Doran, Direktur Teknik L-3 Communications Aviation Recorders—perusahaan pembuat perekam komunikasi penerbangan di Florida, Amerika Serikat—mengatakan perlakuan khusus itu agar informasi yang tersimpan tidak rusak. Untuk kasus Adam Air, misalnya, karena kotak hitam ditemukan di dasar laut, benda ini harus disimpan dalam wadah berisi air yang sama dengan di lokasi penemuan. ”Sebelum ada tindakan analisis, sebisa mungkin kita tidak mengubah suasana di sekitarnya,” katanya.
Di laboratorium, data yang tersimpan di FDR diunduh oleh komputer. Jika tidak ada kerusakan pada kotak hitam, pemindahan data hanya memakan waktu beberapa menit. Tapi, jika kotak hitam terbakar parah atau ringsek, petugas harus mempreteli komponen yang rusak dan mengganti dengan yang baru. Sirkuit perekam pun harus dibersihkan.
Said Djauharsyah Jenie, ahli penerbangan serta Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, mengatakan bahwa semakin banyak parameter penerbangan yang tersimpan dalam FDR, makin mudah penyidik mencari penyebab kecelakaan. Masalahnya, kebanyakan FDR di Indonesia memiliki sedikit parameter. ”Ada yang hanya mencatat kecepatan dan ketinggian,” ujarnya.
Informasi FDR terlihat sebagai kurva-kurva yang menunjukkan indikator parameter pesawat. Informasi ini, digabungkan dengan hasil rekaman CVR, menjadi bekal penyidik untuk merekonstruksi kondisi dan posisi pesawat sejak mengalami masalah hingga terjadi kecelakaan. ”Dalam kondisi ideal, jika kotak hitam tidak rusak dan kita memiliki teknologinya, hanya perlu waktu satu bulan untuk menganalisis data di FDR,” ujar dia.
Malangnya, Indonesia tidak memiliki alat dan peranti lunak untuk membaca informasi yang tersimpan. Kotak hitam dari Indonesia biasanya dianalisis di Australia atau Amerika Serikat. Walhasil, analisis perlu waktu berbulan-bulan.
Analisis kotak hitam Lion Air JT583 yang tergelincir di Bandara Adi Sumarmo, Solo, November 2004, misalnya, memakan waktu tiga bulan. Kotak yang ”dibedah” di Amerika Serikat ini menunjukkan kecelakaan yang menewaskan 25 orang dan melukai 118 lainnya bukan karena sebab tunggal.
Kotak hitam menunjukkan, Lion tergelincir karena landasan yang basah, sehingga ban tak mencengkeram landasan saat rem diaktifkan, dan pesawat bablas ke luar landasan. Penyebab lainnya adalah tertutupnya panel perusak gaya angkat di bagian sayap dan pintu pembalik arah gaya dorong mesin (reverser) yang ikut mengurangi pelambatan saat pesawat meluncur di landasan pacu.
Kondisi cuaca di sekitar bandara yang berawan juga manjadi penyebab kecelakaan tersebut. Aktivitas awan di sekitar bandara telah menyebabkan berembusnya angin buritan 24 kilometer per jam, meniup pesawat ke depan.
Dalam kasus kecelakaan pesawat Mandala Air yang gagal lepas landas dari Bandara Polonia Medan, September 2005, analisis kotak hitam memakan waktu lebih panjang. Baru pada Oktober setahun berikutnya, KNKT mengumumkan penyebab tragedi yang menewaskan 101 penumpang dan 47 warga itu. Padahal, penyebabnya tunggal.
Hasil analisis kotak hitan ketika itu menyimpulkan, kecelakaan Boeing 737-200 ini disebabkan tidak berfungsinya alat bantu gaya angkat pesawat (flap dan slat). Akibatnya, pesawat nahas itu tidak dapat mengudara dan menabrak bangunan serta kendaraan di Jalan Ginting, Medan.
Tidak setiap penyebab kecelakaan tercatat di kotak hitam. Ada kalanya analisis kotak hitam dapat dilakukan namun hasilnya tidak diumumkan karena KNKT tidak mendapat izin dari Menteri Perhubungan. ”Ke depannya setiap hasil analisis kotak hitam harus diumumkan ke masyarakat,” ujar Said Djauharsyah.
Adek Media
Perekam Data Penerbangan Dibuat untuk selamat dari kecelakaan, dengan tiga lapis pelat pelindung. Harga: US$ 10-15 ribu (Rp 91-140 juta)
Setelah Kotak Hitam Diperoleh
- Dikirim ke laboratorium. Kondisi (suhu dan kelembapan) di sekitar kotak hitam sebisa mungkin dipertahankan sesuai dengan kondisi di lokasi penemuan. Jika ditemukan di perairan yang dalam dan dingin, kotak hitam direndam dalam air laut dengan pendingin untuk menjaga suhu.
- Tiba di laboratorium, kotak hitam dibersihkan. Jika kondisinya rusak, sirkuit perekam FDR diambil dan dipasangkan dengan kabel penghubung yang disambungkan dengan alat perekam.
- Peranti lunak khusus mengambil data di sirkuit perekam. Makin parah kerusakan kotak hitam, makin lama waktu yang diperlukan untuk menganalisis.
- Data berisi hingga ratusan parameter. Otoritas penerbangan Amerika Serikat mewajibkan FDR pesawat yang dibuat setelah 19 Agustus 2002 memiliki sedikitnya 88 parameter. Beberapa parameter penting antara lain waktu, tekanan udara pada ketinggian, kecepatan angin, akselerasi vertikal pesawat, stabilisator horizontal, aliran bahan bakar, posisi ban, dan sirip sayap.
- Data berupa kurva pada monitor dianalisis oleh pakar penerbangan.
- Rekaman percakapan kokpit diteliti sekelompok tim yang terdiri dari perwakilan maskapai, pembuat pesawat, dan penyelidik dari komite keselamatan transportasi.
- Kecelakaan direkonstruksi.
- Hasil penyelidikan diumumkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo