MARI menipu komputer! Begitu kira-kira semangat sejumlah calon
mahaiswa peserta ujian Proyek Perintis (PP) I dan III. Maka
panitia pemeriksa ujian tersebut Juni lalu mendapatkan sejumlah
lembar jawaban soal ujian tidak hanya terisi dengan pensil B
atau 2B seperti yang diharuskan petunjuk -- tapi pada kertas itu
ada pula kotak-kotak jawaban yang dilapisi dengan serbuk besi
dan lilin. Ada anggapan, tentu saja, serbuk besi dan lilin itu
akan membuat mereka tercantum sebagai yang lulus pada
pengumuman hasil ujian itu minggu depan ini.
Tapi, begitu bodohkah komputer di Pusat Komputer UI, yang
digunakan untuk memeriksa ujian itu? "Wah, rasanya tidak mungkin
komputer dibodohi dengan cara begitu," kata Dr. Ir. Muhammadi,
Deputi Ketua LIPI bidang Teknologi. Dan itu pula jawaban Kepala
Pusat Komputer ITB Ir. Harsono dan Kepala Bagian Program Pusat
Komputer Pemda Jawa Barat Drs. Dadang.
Cara kerja mesin yang bisa "berpikir" ini harus sesuai dengan
prosedur tertentu, yang telah diatur sebelumnya. Si mesin pada
mulanya adalah "otak" yang kosong, yang baru mempunyai potensi
untuk dikerjakan bila sudah diisi dengan suatu program. Dan
program itu diberikan sesuai dengan jenis pekerjaan yang hendak
ditugaskan kepada komputer.
Masih ada syarat satu lagi, materi yang harus dikerjakan si
mesin pun harus diberikan sesuai dengan program. Misalnya,
sebuah komputer yang diprogram menuliskan lima huruf hidup bila
ditepuk tombol kirinya dengan ibu jari tak akan menuliskan huruf
yang dimaksud bila ditekan dengan kelingking -- ini sekedar
contoh.
Program komputer untuk menyeleksi lembar jawaban tes Proyek
Perintis pun telah disusun sedemikian rupa, untuk menyeleksi
sekaligus menyusun ranking nilai tertinggi sampai terendah dari
calon mahasiswa. Menurut Ir. Harsono dari ITB itu, cara kerja
komputer yang digunakan Proyek Perintis adalah cara "melihat"
(optical mark). Komputer akan menghitung jawab yang betul,
bilamana pada kotak jawaban yang betul dihitami dengan pensil B
atau 2B (seperti diketahui soal ujian Proyek Perintis adalah
multiple choice). Bila memang ada tanda hitam pensil itu pada
kotak yang betul, komputer akan memberikan point pada kertas
itu. Bila tidak, angka nol untuk lembar jawaban tersebut, tak
peduli di kotak yang lain ada hitamnya atau tidak. Sebab
komputer ini diprogram untuk hanya "melihat" tanda hitam pada
kotak yang betul.
Kini bagaimana dengan tambahan serbuk besi dan lilin yang
digunakan sejumlah peserta ujian itu? Komputer ini dijalankan
dengan listrik. Program telah disusun sedemikian rupa hingga
hanya granit yang terdapat pada pensil B dan 2 B itulah yang
bisa mengalirkan aliran listrik, menghidupkan instrumen
menghitungnya. Bila ada benda-benda lain pada kertas lembar
jawaban, komputer hanya angkat tangan, tak bisa memberikan
penilaian apa pun. "Malahan kertas yang berdebu atau terlipat
pun akan ditolak komputer itu," tutur Ir. Harsono pula.
Bahkan bisa-bisa kertas berserbuk besi dan berlapis lilin itu,
kata Dr. Ir. Muhammadi dari LIPI, mengacaukan kerja komputer.
Kalau itu terjadi, berarti proses penyeleksian jawaban ujian
membutuhkan waktu lebih lama. Ada kerja tambahan bagi panitia
untuk meluruskan kembali kerja komputer.
Tapi benarkah "mesin berpikir" ini tak bisa diakali sama
sekali? "Oh, tentu bisa," jawab Muhammadi sembari tertawa.
Memang caranya tidak sesederhana dengan hanya bermodalkan serbuk
besi dan lilin.
"Kalau memang berniat mengakali komputer, yah curi programnya,"
kata Muhammadi lagi. Maksudnya, dengan mengetahui programnya
dimungkinkan mengisi lembar jawaban dengan betul. Tapi ini
memerlukan kepintaran sendiri, apalagi program itu ditulis
dengan bahasa komputer -- merupakan berbagai angka dan kode yang
tak semua orang paham. "Dan itu pun sudah tentu dijaga betul
oleh panitia," tambah Muhammadi.
Contoh komputer kebobolan memang pernah terdengar di Amerika
Serikat. Tahun 1978, seorang konsultan komputer pada sebuah bank
berhasil memindahkan sejumlah uang dari bank tersebut ke sebuah
bank di Swiss atas namanya. Caranya, entah bagaimana ia berhasil
mengetahui kode komputer. Lantas lewat telepon, menyaru sebagai
seorang manajer, ia memindahkan uang dengan kode yang telah
diketahuinya itu. Kemudian ia langsung pergi ke Swiss, dan
mengambil uang tersebut, menukarkannya menjadi intan, dan
membawanya kembali ke Amerika. Ia baru tertangkap, karena ia
membual di mana-mana atas keberhasilannya menipu "mesin
berpikir" itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini