Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Menipu mesin berpikir

Beberapa calon mahasiswa peserta ujian proyek perintis I dan II nekat menipu komputer dengan melapisi kotak-kotak jawaban dengan serbuk besi dan lilin, ada anggapan bahwa hal tersebut akan membuat mereka lulus ujian.(ilt)

10 Juli 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MARI menipu komputer! Begitu kira-kira semangat sejumlah calon mahaiswa peserta ujian Proyek Perintis (PP) I dan III. Maka panitia pemeriksa ujian tersebut Juni lalu mendapatkan sejumlah lembar jawaban soal ujian tidak hanya terisi dengan pensil B atau 2B seperti yang diharuskan petunjuk -- tapi pada kertas itu ada pula kotak-kotak jawaban yang dilapisi dengan serbuk besi dan lilin. Ada anggapan, tentu saja, serbuk besi dan lilin itu akan membuat mereka tercantum sebagai yang lulus pada pengumuman hasil ujian itu minggu depan ini. Tapi, begitu bodohkah komputer di Pusat Komputer UI, yang digunakan untuk memeriksa ujian itu? "Wah, rasanya tidak mungkin komputer dibodohi dengan cara begitu," kata Dr. Ir. Muhammadi, Deputi Ketua LIPI bidang Teknologi. Dan itu pula jawaban Kepala Pusat Komputer ITB Ir. Harsono dan Kepala Bagian Program Pusat Komputer Pemda Jawa Barat Drs. Dadang. Cara kerja mesin yang bisa "berpikir" ini harus sesuai dengan prosedur tertentu, yang telah diatur sebelumnya. Si mesin pada mulanya adalah "otak" yang kosong, yang baru mempunyai potensi untuk dikerjakan bila sudah diisi dengan suatu program. Dan program itu diberikan sesuai dengan jenis pekerjaan yang hendak ditugaskan kepada komputer. Masih ada syarat satu lagi, materi yang harus dikerjakan si mesin pun harus diberikan sesuai dengan program. Misalnya, sebuah komputer yang diprogram menuliskan lima huruf hidup bila ditepuk tombol kirinya dengan ibu jari tak akan menuliskan huruf yang dimaksud bila ditekan dengan kelingking -- ini sekedar contoh. Program komputer untuk menyeleksi lembar jawaban tes Proyek Perintis pun telah disusun sedemikian rupa, untuk menyeleksi sekaligus menyusun ranking nilai tertinggi sampai terendah dari calon mahasiswa. Menurut Ir. Harsono dari ITB itu, cara kerja komputer yang digunakan Proyek Perintis adalah cara "melihat" (optical mark). Komputer akan menghitung jawab yang betul, bilamana pada kotak jawaban yang betul dihitami dengan pensil B atau 2B (seperti diketahui soal ujian Proyek Perintis adalah multiple choice). Bila memang ada tanda hitam pensil itu pada kotak yang betul, komputer akan memberikan point pada kertas itu. Bila tidak, angka nol untuk lembar jawaban tersebut, tak peduli di kotak yang lain ada hitamnya atau tidak. Sebab komputer ini diprogram untuk hanya "melihat" tanda hitam pada kotak yang betul. Kini bagaimana dengan tambahan serbuk besi dan lilin yang digunakan sejumlah peserta ujian itu? Komputer ini dijalankan dengan listrik. Program telah disusun sedemikian rupa hingga hanya granit yang terdapat pada pensil B dan 2 B itulah yang bisa mengalirkan aliran listrik, menghidupkan instrumen menghitungnya. Bila ada benda-benda lain pada kertas lembar jawaban, komputer hanya angkat tangan, tak bisa memberikan penilaian apa pun. "Malahan kertas yang berdebu atau terlipat pun akan ditolak komputer itu," tutur Ir. Harsono pula. Bahkan bisa-bisa kertas berserbuk besi dan berlapis lilin itu, kata Dr. Ir. Muhammadi dari LIPI, mengacaukan kerja komputer. Kalau itu terjadi, berarti proses penyeleksian jawaban ujian membutuhkan waktu lebih lama. Ada kerja tambahan bagi panitia untuk meluruskan kembali kerja komputer. Tapi benarkah "mesin berpikir" ini tak bisa diakali sama sekali? "Oh, tentu bisa," jawab Muhammadi sembari tertawa. Memang caranya tidak sesederhana dengan hanya bermodalkan serbuk besi dan lilin. "Kalau memang berniat mengakali komputer, yah curi programnya," kata Muhammadi lagi. Maksudnya, dengan mengetahui programnya dimungkinkan mengisi lembar jawaban dengan betul. Tapi ini memerlukan kepintaran sendiri, apalagi program itu ditulis dengan bahasa komputer -- merupakan berbagai angka dan kode yang tak semua orang paham. "Dan itu pun sudah tentu dijaga betul oleh panitia," tambah Muhammadi. Contoh komputer kebobolan memang pernah terdengar di Amerika Serikat. Tahun 1978, seorang konsultan komputer pada sebuah bank berhasil memindahkan sejumlah uang dari bank tersebut ke sebuah bank di Swiss atas namanya. Caranya, entah bagaimana ia berhasil mengetahui kode komputer. Lantas lewat telepon, menyaru sebagai seorang manajer, ia memindahkan uang dengan kode yang telah diketahuinya itu. Kemudian ia langsung pergi ke Swiss, dan mengambil uang tersebut, menukarkannya menjadi intan, dan membawanya kembali ke Amerika. Ia baru tertangkap, karena ia membual di mana-mana atas keberhasilannya menipu "mesin berpikir" itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus