Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Anak-anak & obat palsu

3 rumah tempat memproduksi obat palsu di jakarta berhasil digerebeg polisi, diketemukan obat novalgin palsu dan obat gosok cap macan palsu. otak pemalsuan masih buron. (krim)

10 Juli 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

POLlSI sudah curiga: ada sesuatu di rumah di Jalan Pahlawan Revolusi No. 28 dan sebuah lagi di Duren Sawit, dua-duanya di Jakarta Timur. Rumah milik Awin (bukan nama sebenarnya) itu pada 1978 lalu pernah dipakai memproduksi obat palsu. Dan belakangan ini, ada sebuah kolt tertutup di rumah itu yang hanya keluar malam hari. Pemakaian listriknya pun banyak sekali, lebih 11 ribu watt/bulan. Mustahil bila hanya untuk keperluan rumahtangga. Polisi menduga, Awin telah memulai lagi pekerjaannya yang lama. Tapi polisi yang menggrebek rumah di Jalan Pahlawan Revolusi itu Jumat pekan lalu, terheran-heran. Ketika diperiksa di rumah berhalaman luas itu tak dijumpai sesuatu yang mencurigakan, kecuali seekor anjing herder yang terus menyalak gencar. Awin pun tenang-tenang saja menyambut kedatangan polisi berpakaian preman. "Tidak ada apa-apa, Pak," katanya kepada Kapten Pol. Gordon Siadari, Komandan Unit Narkotika Kodak VII yang memimpin operasi itu. Gordon tak terpengaruh. Ia menghitung luas bangunan serta luas masing-masing kamarnya. Ternyata ada selisih 20 meter. Berarti ada ruangan tersembunyi yang letaknya sedemikian rupa, tersamar oleh kamar-kamar lain. Di sebuah ruangan, Gordon melihat ada sebuah lemari tanggung yang ternyata mudah digeser. Di belakangnya ada papan berpaku besar-besar. Ternyata itu hanya kamuflase dari sebuah pintu berukuran 0,5 x 1 meter. Waktu dibuka, dalam ruangan tersembunyi itu ada 10 anak wanita dan mesin yang penuh serbuk putih. Juga dijumpai banyak kemasan puyer obat sakit kepala cap macan. Di rumah di Duren Sawit, dalam ruangan 2 x 10 meter yang juga letaknya tersamar, dijumpai hal serupa. Ada 22 anak wanita (berusia 10 sampai 13 tahun) tengah bekerja mengemas obat. Mereka tampak pucat, satu di antaranya lumpuh, karena kondisi tempat kerja dan makanan yang kurang memenuhi syarat. Mereka itu, menurut Kol. Pol. Hindarto, Kepala Direktorat Reserse Kodak VII, berasal dari Semarang dan Grobogan, Jawa Tengah. Mereka dibawa langsung oleh seorang calo tenaga kerja dengan janji yang manis. Ada yang sudah sebulan bekerja, tapi ada yang mengaku baru beberapa hari. Dengan ditemukannya bukti-bukti itu di rumahnya, Awin tak bisa mungkir. Ia segera ditangkap. Namun ia enggan menyebut, sudah berapa lama memulai lagi memalsu obat. Awin juga tak berbicara banyak soal anak-anak yang ia pekerjakan. Hindarto tak berhenti sampai di situ. Tiga hari kemudian anak buahnya menggrebek lagi sebuah rumah di Jalan Pluit Sakti 8/54, Jakarta Utara. Dalam sebuah ruangan berukuran 3 x 15 meter, polisi menjumpai 3 buah mesin untuk memproduksi obat Novalgin palsu. Juga ditemukan botol-botol kosong obat gosok dan botol balsam cap macan. Rumah itu, milik Harkam (bukan nama asli), pada 1978 ternyata juga dipergunakan memproduksi obat palsu. Ketika itu Awin dan Harkam bekerja sama. "Kini nampaknya mereka jalan sendiri-sendiri," tutur Hindarto. Malam itu juga Harkam langsung ditangkap bersama temannya, Hardi (bukan nama cebenarnya) yang mengaku baru menyewa di rumah itu selama sebulan. Kelihatannya mereka baru mencoba berproduksi. Itu bisa dilihat pada pondasi mesin dari coran semen yang masih basah. Mesinnya sendiri yang diimpor dari Taiwan bertahun 1982, terletak di samping pondasi, belum terpasang. Hasil penggrebekan itu membuat Hindarto sedikit lega. Namun ia masih penasaran. Diduga pabrik di Jalan Pluit Sakti itu hanya merupakan pengembangan dari tempat produksi di tempat lain -- tapi belum diketahui di mana. Sebab sejak 1970, Novalgin palsu disinyalir sudah beredar di pasaran. Harganya murah, Rp 150 per sepuluh tablet, sementara yang asli Rp 385. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, obat palsu itu dibuat dengan campuran tepung jagung (maizena). Sudah tentu tak berkhasiat, bahkan dikhawatirkan punya efek sampingan. "Obat berbeda dengan baju yang walaupun palsu, tidak membahayakan," kata Hindarto. Awin dan Harkam, keduanya keturunan Cina asal Medan, oleh pengadilan sudah dijatuhi hukuman masing-masing 7 bulan penjara 1978 karena perbuatannya memalsu obat. Ada dugaan kuat, otak pemalsuan obat itu diatur OTS, menantu Harkam yang lolos dari penggrebekan tahun 1978. OTS yang tangannya sebelah kanan lumpuh itu, diketahui bermukim di Singapura. Terbongkarnya pabrik obat palsu kali ini, bermula dari informasi tentang akan masuknya 600 ribu botol balsem cap macan dari Hongkong. Pada 22 April lalu kapal Adiguna Karunia yang merapat di Tanjungpriok membawa barang dimaksud. Dalam daftar manifes, 19 peti botol kosong itu tertulis dengan nama medical empty. Siapa pengirim maupun calon penerimanya, tak disebut. Rupanya si penerima sudah mencium jejaknya diikuti. Dua bulan barang itu tak diambil dari gudang No. 212 Tanjungpriok. Ketika diteliti, ternyata barang serupa dimasukkan tiap tahun sekali ke Indonesia sejak 1979, dengan jumlah yang sama. Berapa banyak obat-obatan palsu itu beredar, sulit diketahui. Tapi pemasarannya, biasanya langsung kepada pengecer dan pedagang di pinggir jalan. Hindarto berharap perkara ini bisa cepat disidangkan. Kepada para tersangka paling tidak bisa dituduhkan tiga hal: membuka usaha gelap, memproduksi obat palsu serta mempekerjakan buruh di bawah umur. Karena 32 buruh anak wanita cukup menjadi problem. Sampai pekan lalu mereka ditampung di rumah Jl. Pahlawan Revolusi dan makan minumnya diserahkan pada kebijaksanaan istri Awin. Mereka sudah merengek minta dipulangkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus