Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Museum Bern Akan Pamerkan Meteorit Berumur 3.500 Tahun, Jadi Mata Panah Pemburu Zaman Perunggu

Museum Sejarah Bern akan memamerkan koleksi unik mulai 1 Februari 2024 hingga 25 April 2025. Keunikannya, benda ini diduga bukan berasal dari bumi.

15 Agustus 2023 | 15.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Museum Sejarah Bern Swiss akan memamerkan koleksi unik mulai 1 Februari 2024 hingga 25 April 2025. Keunikannya, benda ini diduga bukan berasal dari bumi alias meteorit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Begini kisahnya, pada akhir 1800-an, para arkeolog menemukan mata panah di Zaman Perunggu di Mörigen, Swiss. Sejak itu, artefak berusia 3.000 tahun itu telah menjadi bagian dari koleksi di Museum Sejarah Bern.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ternyata, sebuah analisis menjelaskan objek itu bukanlah mata panah biasa. Penelitian yang sudah diterbitkan pada Journal of Archaeological Science edisi September menyebutkan, koleksi itu terbuat dari meteorit yang jatuh ke bumi 3.500 tahun yang lalu.

Penulis utama Beda Hofmann, kepala dan kurator mineralogi dan meteorit di Natural History Museum of Bern, menyebutkan tampak luar benda itu terlihat seperti mata panah biasa yang dilapisi karat. “Namun analisis menunjukkan bahwa masih banyak logam yang terawetkan," kata Hoffman kepada Live Science.  

Ia menjelaskan beberapa metode untuk meneliti mata panah tersebut. Teknik tomografi sinar-X atau pencitraan terkomputerisasi dan spektrometri gamma atau proses yang mendeteksi bahan radioaktif yang memancarkan gamma telah dilakukan.

Hasilnya menunjukkan bahwa mata panah seukuran telapak tangan tidak hanya mengandung isotop aluminium-26 yang tidak terdapat secara alami di Bumi. “Juga terkandung jejak paduan besi dan nikel yang konsisten dengan meteorit,” jelasnya.

Selain itu, analisis tersebut juga mengungkapkan adanya bekas gerinda yang tersisa dari saat meteorit itu dibentuk menjadi mata panah. Ada juga sisa-sisa tar, yang kemungkinan digunakan untuk menempelkan titik ke batang panah.

Dugaan lokasi di bumi

Setelah mengetahui bahan anak panah bukan berasal dari bumi, kemudian dicarilah lokasi meteorit jatuh. Awalnya, para ilmuwan mengira artefak itu terkait dengan situs meteorit Twannberg yang berusia 170.000 tahun, kurang dari 8 kilometer dari tempat temuan asal. Namun, studi lebih lanjut mengungkapkan konsentrasi unsur kimia nikel dan germanium di mata panah tidak cocok dengan situs itu.

Artefak dengan berat 2,9 gram dan berukuran panjang lebih 3 sentimeter akhirnya diduga berasal dari batu seberat 1.800 kilogram yang berada di situs meteorit Kaalijarv di Estonia, yang terletak lebih dari 2.250 km jauhnya dari temuan asal. Pencarian Hofmann dan rekannya merujuk database geologis dan ditemukan adanya kesamaan kandungan logam antara keduanya.

Hal ini membuat para ilmuwan menyimpulkan mata panah kemungkinan besar diperdagangkan di beberapa titik. Walau jarak yang demikian jauh, ternyata jalur itu sudah terjalin hubungan dagang selama zaman perunggu. "Orang-orang awal ini mungkin tahu bahwa ketika kejadian alam yang besar pada 1500 SM yang menghasilkan bahan sangat berharga dan memiliki nilai,” kata Hofmann.

Panah meteorit sangat langka. Jika dihitung-hitung, hanya 55 objek yang diketahui ditemukan di Eurasia dan Afrika di 22 lokasi.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus