Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Bandung - Museum Geologi meluncurkan koleksi baru hasil temuan fosil binatang endemik di Sulawesi. Fosil yang paling lengkap berupa babi besar bertaring yang diidentifikasi sebagai Celebochoerus heekereni. Diperkirakan satwa itu hidup sekitar 2-3 juta tahun silam di Pulau Celebes itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca juga: Melirik Koleksi Unik Museum Geologi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Koleksi temuan fosil endemik Sulawesi itu dipamerkan di sebuah tempat khusus di Ruang Patio lantai satu sayap timur Museum Geologi yang dibuka sejak Sabtu, 11 Agustus 2018. Selain fosil babi besar itu yang telah direkonstruksi utuh, ada temuan fosil lain seperti batok kura-kura raksasa, serta sejenis gajah bergading empat. "Fosil babi besar itu 85 persen asli, selebihnya tambahan supaya lengkap," kata Kepala Museum Geologi Iwan Kurniawan kepada Tempo di lokasi.
Penemuan fosil fauna endemik Sulawesi itu melalui penelitian sejak 1986 hingga 1992. Kepala Badan Geologi Rudi Suhendar mengatakan, baru tahun ini fosil babi besar itu berhasil direkonstruksi secara utuh. "Penelitiannya makan waktu lama dan biaya besar," ujarnya seusai pembukaan ruangan pameran.
Peneliti utama tim riset, Fachroel Aziz mengatakan, lokasi temuan fosil vertebrata di Sulawesi tersebar di berbagai tempat. Lubang-lubang penggalian berada di Lembah Wallanae Sulawesi Selatan, juga Betue Sulawesi Tengah, hingga terus ke utara di Pintareng, Pulau Sangihe.
Fachroel mengatakan, temuan fosil babi besar Celebochoerus heekereeni itu di Lembah Wallanae, Sulawesi Selatan. Temuan awalnya berupa potongan taring atas oleh peneliti asal Belanda, van Heekeren pada 1947 di Desa Beru, Lembah Wallanae.
Secara morfologi atau bentuknya, bentuk taring itu berbeda dengan bentuk taring satwa yang mirip, seperti Sus scrofa. Pun berbeda dengan jenis lain yang masih hidup sekarang yaitu babi kerdil (Sus celebensis), dan babi rusa (Babyrousa babyrussa).
Baca juga: Night at the Museum (Geologi Bandung)
Rekan peneliti lain dari Belanda, Gert van Den Berg juga memastikan, bentuk tengkorak babi besar Sulawesi ini berbeda dengan Phacocorus. Babi bertaring atas yang besar itu hidup di Afrika. "Tengkoraknya lebih besar dari yang Sulawesi," kata Gert.
Fungsi taring yang besar itu, kata Fachroel, sebagai senjata dan mencungkil tanah untuk mencari makan. "Juga sebagai perangsang seksual untuk memikat betina seperti pada babi rusa," katanya. Ikut dipamerkan pula geligi babi besar Celebochoerus heekereeni, tengkorak Stegodon sampoensis, serta tengkorak satwa seperti gajah yang bergading empat.
Simak kabar terbaru dari Museum Geologi dan artikel menarik lainnya tentang fosil hanya di kanal Tekno Tempo.co.