Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Museum Geologi Luncurkan Koleksi Fosil Fauna Endemik Sulawesi

Museum Geologi meluncurkan koleksi baru hasil temuan fosil binatang endemik di Sulawesi.

13 Agustus 2018 | 10.44 WIB

Peneliti utama tim riset, Fachroel Aziz menjelaskan fosil babi besar bertaring (Celebochoerus heekereni) hasil temuan di Lembah Wallanae Sulawesi Tengah di Museum Geologi Bandung, Sabtu, 11 Agustus 2018. (ANWAR SISWADI)
material-symbols:fullscreenPerbesar
Peneliti utama tim riset, Fachroel Aziz menjelaskan fosil babi besar bertaring (Celebochoerus heekereni) hasil temuan di Lembah Wallanae Sulawesi Tengah di Museum Geologi Bandung, Sabtu, 11 Agustus 2018. (ANWAR SISWADI)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Bandung - Museum Geologi meluncurkan koleksi baru hasil temuan fosil binatang endemik di Sulawesi. Fosil yang paling lengkap berupa babi besar bertaring yang diidentifikasi sebagai Celebochoerus heekereni. Diperkirakan satwa itu hidup sekitar 2-3 juta tahun silam di Pulau Celebes itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Koleksi temuan fosil endemik Sulawesi itu dipamerkan di sebuah tempat khusus di Ruang Patio lantai satu sayap timur Museum Geologi yang dibuka sejak Sabtu, 11 Agustus 2018. Selain fosil babi besar itu yang telah direkonstruksi utuh, ada temuan fosil lain seperti batok kura-kura raksasa, serta sejenis gajah bergading empat. "Fosil babi besar itu 85 persen asli, selebihnya tambahan supaya lengkap," kata Kepala Museum Geologi Iwan Kurniawan kepada Tempo di lokasi.

Penemuan fosil fauna endemik Sulawesi itu melalui penelitian sejak 1986 hingga 1992. Kepala Badan Geologi Rudi Suhendar mengatakan, baru tahun ini fosil babi besar itu berhasil direkonstruksi secara utuh. "Penelitiannya makan waktu lama dan biaya besar," ujarnya seusai pembukaan ruangan pameran.

Peneliti utama tim riset, Fachroel Aziz mengatakan, lokasi temuan fosil vertebrata di Sulawesi tersebar di berbagai tempat. Lubang-lubang penggalian berada di Lembah Wallanae Sulawesi Selatan, juga Betue Sulawesi Tengah, hingga terus ke utara di Pintareng, Pulau Sangihe.

Fachroel mengatakan, temuan fosil babi besar Celebochoerus heekereeni itu di Lembah Wallanae, Sulawesi Selatan. Temuan awalnya berupa potongan taring atas oleh peneliti asal Belanda, van Heekeren pada 1947 di Desa Beru, Lembah Wallanae.

Secara morfologi atau bentuknya, bentuk taring itu berbeda dengan bentuk taring satwa yang mirip, seperti Sus scrofa. Pun berbeda dengan jenis lain yang masih hidup sekarang yaitu babi kerdil (Sus celebensis), dan babi rusa (Babyrousa babyrussa).

Rekan peneliti lain dari Belanda, Gert van Den Berg juga memastikan, bentuk tengkorak babi besar Sulawesi ini berbeda dengan Phacocorus. Babi bertaring atas yang besar itu hidup di Afrika. "Tengkoraknya lebih besar dari yang Sulawesi," kata Gert.

Fungsi taring yang besar itu, kata Fachroel, sebagai senjata dan mencungkil tanah untuk mencari makan. "Juga sebagai perangsang seksual untuk memikat betina seperti pada babi rusa," katanya. Ikut dipamerkan pula geligi babi besar Celebochoerus heekereeni, tengkorak Stegodon sampoensis, serta tengkorak satwa seperti gajah yang bergading empat.

Simak kabar terbaru dari Museum Geologi dan artikel menarik lainnya tentang fosil hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Amri Mahbub

Amri Mahbub

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus