Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Antariksa Amerika NASA meneliti kandungan batuan dan debu dari Asteroid Bennu. Hasil penelitian mengungkap bahwa ada kandungan molekul-molekul seperti di Bumi, yang merupakan kunci kehidupan, serta riwayat air asin yang dapat berfungsi sebagai "kaldu" bagi senyawa-senyawa ini untuk berinteraksi dan bergabung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Asteroid menyediakan kapsul waktu ke dalam sejarah planet asal kita, dan sampel Bennu sangat penting dalam pemahaman kita tentang bahan-bahan apa saja dalam tata surya kita yang ada sebelum kehidupan dimulai di Bumi," kata Administrator Asosiasi Direktorat Misi Sains NASA Nicky Fox di situs web NASA, dikutip pada Minggu, 2 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sampel asteroid dikirimkan dari wahana antariksa OSIRIS-REx (Origins, Spectral Interpretation, Resource Identification and Security–Regolith Explorer) milik NASA pada 2023. Hasil penelitian dituliskan melalui artikel ilmiah dalam jurnal Nature and Nature Astronomy.
Dari sampel Asteroid Bennu terungkap adanya asam amino – 14 dari 20 yang digunakan kehidupan di Bumi untuk membuat protein – dan kelima basa nukleotida yang digunakan kehidupan di Bumi untuk menyimpan dan mengirimkan instruksi genetik dalam biomolekul terestrial yang lebih kompleks, seperti DNA dan RNA, termasuk cara menyusun asam amino menjadi protein.
Lalu ada tingginya kadar amonia dalam sampel Asteroid Bennu. Amonia penting bagi biologi karena dapat bereaksi dengan formaldehida, yang juga terdeteksi dalam sampel, untuk membentuk molekul kompleks, seperti asam amino – jika kondisinya tepat. "Ketika asam amino terhubung menjadi rantai panjang, mereka membentuk protein, yang selanjutnya menggerakkan hampir setiap fungsi biologis," dikutip dari hasil riset tersebut.
NASA mengatakan bahan penyusun kehidupan yang terdeteksi dalam sampel asteroid ini sebelumnya juga ditemukan di bebatuan luar angkasa. Identifikasi bahan penyusun tersebut dalam sampel murni yang dikumpulkan di luar angkasa mendukung gagasan bahwa objek yang terbentuk jauh dari Matahari bisa jadi merupakan sumber penting bahan pendahulu mentah bagi kehidupan di seluruh tata surya.
Ilmuwan sampel senior di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA di Greenbelt, Maryland, Danny Glavin, mengatakan petunjuk yang dicari sangat kecil dan mudah hancur atau berubah akibat paparan lingkungan Bumi.
Beberapa penemuan baru ini tidak akan mungkin terjadi tanpa misi pengembalian sampel. "Tindakan pengendalian kontaminasi yang cermat, dan kurasi serta penyimpanan yang cermat dari material berharga dari Bennu ini," ucap Danny.
Menurut laporan dalam jurnal Nature and Nature Astronomy, para ilmuwan selanjutnya menjelaskan bukti lingkungan purba yang sangat cocok untuk memulai kimia kehidupan. Mulai dari kalsit hingga halit dan silvit, para ilmuwan mengidentifikasi jejak 11 mineral dalam sampel Bennu yang terbentuk saat air yang mengandung garam terlarut menguap selama jangka waktu lama, meninggalkan garam sebagai kristal padat.
Air garam serupa juga telah terdeteksi di seluruh tata surya, termasuk di planet katai Ceres dan bulan Saturnus Enceladus. Berdasarkan semua jawaban yang diberikan sampel Bennu, masih ada beberapa yang belum terjawab.
Terdapat pertanyaan banyaknya asam amino dapat dibuat dalam dua versi bayangan cermin, seperti sepasang tangan kiri dan kanan. Kehidupan di Bumi hampir secara eksklusif menghasilkan jenis tangan kiri, tetapi sampel Bennu mengandung campuran yang sama dari keduanya. "Ini berarti bahwa di Bumi purba, asam amino mungkin juga berawal dari campuran yang sama," tulis NASA.