Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TIGA sekawan dari Surabaya mengembangkan aplikasi telepon seluler berbasis Android untuk mendeteksi gejala katarak hanya dalam hitungan detik. Katarak alias kekeruhan pada lensa mata menyebabkan penurunan fungsi penglihatan, bahkan kebutaan.
Aplikasi ini hasil kolaborasi Caesar L. Givanni, mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Dr Sutomo-Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, dengan dua sahabatnya, Ivan Sunarso dan Slyvester Albert. Dibuat selama dua bulan sejak Agustus tahun lalu, aplikasi mereka menjuarai kompetisi The Next Dev 2017 kategori e-Health yang digelar Telkomsel.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan ada sekitar empat juta penderita katarak di Indonesia, tertinggi di kawasan Asia Tenggara. "Urgensinya tinggi, mengingat katarak adalah penyebab kebutaan terbesar di dunia," tutur Caesar, pekan lalu. Selain itu, menurut dia, kesadaran masyarakat dan akses ke pemeriksaan mata tergolong rendah.
Aplikasi pemindai mata ini bisa diakses lewat situs cekmata.com melalui ponsel pintar atau komputer. Menurut Caesar, aplikasi ini akan memudahkan setiap orang memeriksa kesehatan mata, terutama deteksi dini katarak.
Albert, yang mengajar teknologi informasi di Universitas Ciputra, membuat aplikasi itu dengan menggabungkan teknologi pembelajaran mesin-sistem yang mampu belajar sendiri tanpa perlu diprogram ulang-dan pemeriksaan katarak. Alumnus Nanyang Technology University, Singapura, itu membangun sistem dan pola algoritma sebagai bahan pelajaran bagi mesin.
Dalam mengembangkan aplikasi, mereka mengumpulkan data pembanding dari kegiatan bakti sosial yang digelar Persatuan Dokter Mata Indonesia. Lebih dari seribu data gambar mata dihimpun. Mesin lalu diajari membedakan mata katarak dengan mata normal.
Akurasi aplikasi yang masih dalam tahap beta ini 75-80 persen. Caesar dan koleganya menargetkan pada April nanti akurasi mesin sudah di atas 95 persen. "Sehingga layak dirilis dan dimanfaatkan masyarakat," ujar Caesar.
Cara pemindaian mata dengan aplikasi ini seperti pemotretan biasa. Kamera lebih didekatkan ke salah satu mata. Bisa juga dengan swafoto, tapi pastikan gambarnya tetap jelas. "Jangan memotret satu wajah penuh, " kata Caesar. Ukuran piksel kamera tidak berpengaruh pada proses. Tapi jangan mengaktifkan lampu flash, agar cahayanya tidak memantul.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo