Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Peneliti BRIN Kaji Pakan dan Habitat Orangutan untuk Konservasi

Peneliti BRIN menganalisis sebaran pakan dan kesesuaian habitat orangutan Sumatra untuk menyusun strategi konservasi.

26 Oktober 2024 | 08.45 WIB

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur melepasliarkan empat orangutan ke Hutan Lindung Gunung Batu Mesangat di Kalimantan Timur pada 13 Juni 2024. (ANTARA/HO-KLHK)
Perbesar
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur melepasliarkan empat orangutan ke Hutan Lindung Gunung Batu Mesangat di Kalimantan Timur pada 13 Juni 2024. (ANTARA/HO-KLHK)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) menganalisis sebaran pakan dan kesesuaian habitat orangutan Sumatra untuk menyusun strategi konservasi dan pelestarian satwa tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Periset Pasca Doctoral dari Pusat Riset Zoologi Terapan BRIN Salmah Widyastuti menjelaskan, riset ini bertujuan untuk mengkaji distribusi orangutan Sumatra dan menyusun model kesesuaian habitat serta penyebaran pakan mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kami memanfaatkan data spasial dan informasi kehadiran orangutan yang sudah ada untuk menghasilkan prediksi mengenai area dengan potensi habitat terbaik," kata Salmah dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, 26 Oktober 2024, yang dilansir Antara.

Dalam penelitiannya, Salmah menggunakan model dengan algoritma pembelajaran mesin (machine learning) untuk memprediksi distribusi spesies dan menilai kesesuaian habitat. "Model ini dapat membantu memprediksi area yang berpotensi sebagai sebaran alami orangutan yang belum ada informasi kehadirannya, sehingga program konservasi dapat lebih efektif,” ujarnya.

Salmah menerapkan model ini dalam meneliti kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang menjadi habitat orangutan. Ia memprediksi sebaran tujuh jenis pakan yang dikonsumsi orangutan dari 221 daftar pakan yang teridentifikasi di TNGL dan penyangganya. "Data mengenai komposisi pakan ini sangat penting untuk memahami kebutuhan nutrisi mereka," kata dia.

Menurut Salmah, terdapat hubungan antara kepadatan populasi orangutan dan ketersediaan pakan di habitat mereka. Analisisnya menemukan 1.144 titik kehadiran orangutan Sumatera yang berasal dari perjumpaan langsung, rekaman kamera jebak, dan penemuan sarang yang digunakan dalam membangun model. Jika hasil survei lokasi yang diteliti tidak menunjukkan kehadiran orangutan, hal ini dapat dikaji lebih lanjut sebagai kandidat lokasi pelepasliaran yang cocok.

Salmah optimistis pemanfaatan teknologi terbaru dan kolaborasi antar lembaga, dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pelestarian orangutan Sumatra. “Kesadaran dan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat sangat penting dalam memastikan keberlangsungan spesies yang terancam punah ini,” tambahnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus