Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pembuat alat inovasi Niku Banyu atau Nikuba, Aryanto Misel, dikabarkan diundang ke Italia untuk presentasi dan uji coba instrumen temuannya yang diklaim mampu mengubah air menjadi bahan bakar mesin sepeda motor untuk tunggangan TNI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Program ini disebut didukung Pangdam Siliwangi Mayjen TNI Kunto Arief Wibowo. Aryanto, ditemani dua petinggi PT Octagon, dikabarkan terbang ke Milan, Italia, pada Jumat, 16 Juni 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peneliti laboratorium motor bakar Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Arifin Nur, sebelumnya menyangsikan bahwa gas hasil digunakan sebagai bahan bakar utama suatu kendaraan dan kendaraan tersebut dioperasikan secara normal.
“Jika bisa sampai segitu, pasti yang bersangkutan akan menang lomba Shell Eco Marathon kelas Asia dan mungkin sudah dikontak dan dikontrak oleh pabrikan otomotif dunia,” ujarnya kepada Tempo pada 11 Mei 2022.
Menanggapi perkembangan Nikuba, Arifin menyatakan belum melakukan upaya kerja sama dengan Aryanto. “Mungkin jika ada data uji yang potensial akan ditindaklanjuti,” tulisnya lewat pesan singkat 4 Juli 2023.
Arifin menjelaskan data potensial yang dimaksud adalah data hasil uji menunjukkan bahwa suatu alat layak untuk diteliti atau dikembangkan lebih lanjut. “Bukan hasil testimoni,” tegasnya. Menurutnya, di bidang teknologi pada dasarnya adalah data uji.
Dia memberi ilustrasi tentang pengembangan bola lampu, mulai dari bohlam lampu pijar ke bohlam lampu neon, dan sekarang bohlam lampu led. “Semuanya terukur,” kata Arifin.
Selain itu, ada gambaran data berupa angka kemajuan yang bisa dinilai bersama, dimulai dari bohlam lampu neon yang bisa menghemat penggunaan listrik sampai 40-50 persen dan sekarang ada bohlam lampu led yang bisa menghemat sampai 80 persen berdasarkan data uji dengan tingkat kecerahan bohlam lampu yang sama. “Artinya ada pembanding dan data uji, namu hasil riset pak Aryanto ini belum ada hasil uji,” jelasnya.
Klaim Nikuba
Sebelumnya, melansir akun Twitter, @nikubahidrogen mengungkap soal Nikuba. "Kami mencobakan (Nikuba Hidrogen) ke motor Babinsa Kodam III Siliwangi. Dua bulan ini, semua motor Nikuba terbukti tokcer menggunakan bahan bakar air, hidrogen," tulis akun tersebut pada 4 Mei 2022.
Berdasarkan penjelasan akun tersebut, konversi air energi ini memungkinkan motor menempuh jarak 45 hingga 50 kilometer untuk setiap tetes air. Kemudian untuk satu liter air, diklaim mampu membuat motor menempuh jarak Cirebon hingga Semarang, pergi-pulang.
Cara kerjanya, Nikuba berfungsi memisahkan Hidrogen dan Oksigen yang terkandung pada air lewat proses elektrolisis. Hidrogen yang dihasilkan dialirkan ke ruang pembakaran motor sebagai bahan bakar.
Kemudian oksigen akan dielektrolisis menjadi hidrogen dan juga dialirkan ke ruang pembakaran motor. Air yang digunakan pada Nikuba ini bukan air biasa. Air itu harus tidak mengandung logam berat. Sedangkan alat konversi air menjadi energi ini direncanakan diproduksi 10 ribu unit.
Soal harga, Nikuba Hidrogen rencananya dijual dengan harga Rp 6 juta untuk satu alat. "R&D (research and development) kami uji 5 tahun. Kini siap produksi massal. Tahap pertama untuk kendaraan roda dua dan roda tiga. Selanjutnya diharapkan bisa untuk semua kendaraan," kata @nikubahidrogen.
Penelitian Serupa
Menurut Arifin, proses elektrolisis air bukan hal baru. Banyak peneliti yang sudah melakukannya dalam upaya menemukan sumber energi alternatif, namun sampai saat ini belum berhasil membuat alat yang efisien.
Hal yang menjadi kendala karena air merupakan salah satu unsur yang sangat stabil di muka bumi, sehingga diperlukan energi yang lebih besar untuk memecah molekul air tersebut. Yang terjadi, umumnya energi input selalu lebih besar dibandingkan dengan energi yang dihasilkan.
“Untuk menyikapi masalah itu umumnya Kalium Hydroksida (KOH) dicampurkan ke air untuk membantu mempercepat dan memperoleh gas HHO lebih banyak,” jelas Arifin.
Ia juga menyebutkan peneliti yang pernah melakukan riset ini, seperti Dr. Hamidah dan Prof Wawang dari UPI, Dr. Iman KR dari ITB yang menguji alat sejenis buatan Jepang, Dr. Eddy Sudrajat dan tim dari Unas dengan merek dagang EPB (energy power booster) yang pernah di uji efektivitasnya di PLTD Kota Baru, Kalimantan Selatan.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.