Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Inggris memberlakukan karantina wilayah tingkat 4 di Kota London dan Inggris bagian tenggara karena merebaknya kasus Covid-19 yang dipicu galur baru virus SARS-CoV-2.
Galur baru virus SARS-CoV-2 yang dijuluki VUI-202012/01 itu diklaim 70 persen lebih menular ketimbang varian virus yang sudah diketahu selama ini.
Vaksin Covid-19 diyakini masih efektif melawan galur baru ini.
KEKALUTAN melanda seantero Inggris yang dipicu oleh galur atau strain baru virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid-19. Perdana Menteri Boris Johnson pun menggelar rapat darurat kabinet pada Jumat petang, 18 Desember lalu, setelah mendapatkan laporan dari para ilmuwannya yang menemukan bahwa galur baru itu 70 persen lebih mudah menular ketimbang strain yang sudah menyebar di Inggris selama ini. “Strain baru ini akan meningkatkan angka reproduksi (R0) sebesar 0,4,” ujar Johnson dalam konferensi pers selepas rapat kabinet.
Situasi itu mendesak Perdana Menteri Johnson memberlakukan karantina wilayah kategori 4 untuk Kota London dan Inggris tenggara. Padahal ia sudah mencanangkan kebijakan relaksasi “gelembung” pada 23-27 Desember, yang memungkinkan tiga rumah terdekat dalam satu permukiman berkumpul merayakan Natal. Tapi keadaan kian memburuk setelah Menteri Kesehatan Matt Hancock mengatakan galur baru ini membuat penyebaran Covid-19 tidak terkendali. Walhasil lebih dari 40 negara menerbitkan larangan kunjungan ke Inggris.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) sampai turun tangan memberi pemahaman mengenai risiko galur baru virus corona yang dijuluki VUI-202012/01 ini—yang berarti varian dalam penyelidikan 1 Desember 2020. Director Executive Health Emergency Programme WHO Michel Ryan mengatakan penemuan galur baru virus SARS-CoV-2 di Inggris bukan di luar kendali. “Varian baru suatu virus adalah bagian normal dari evolusi pandemi dan itu tidak ‘di luar kendali’,” tutur Ryan dalam konferensi pers, Selasa, 22 Desember lalu. “Kita mengalami (tingkat kontaminasi) yang jauh lebih tinggi di beberapa titik dalam pandemi ini dan kita berhasil mengendalikannya.”
Menurut David Handojo Muljono, Wakil Kepala Bidang Penelitian Translasional Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, virus SARS-CoV-2 adalah jenis virus asam ribonukleat (RNA) yang cepat bermutasi. “Mutasi adalah adaptasi untuk dapat hidup di inang dan bertahan dari sistem imun inang,” ucap David melalui pesan WhatsApp, Selasa, 22 Desember lalu. “Sedang dipelajari apa dampak mutasi ini terhadap virus dan pengaruhnya pada orang yang terinfeksi,” ujar David.
Senada dengan David, Sidrotun Naim, ahli virologi dari Universitas Surya, Tangerang, Banten, mengatakan virus pemicu Covid-19 ini berjenis virus RNA. “Virus RNA itu memang mudah bermutasi karena RNA tidak sestabil DNA (asam deoksiribonukleat),” ucap Sidrotun. Ia sudah sejak awal menduga virus Covid-19 ini akan lebih mudah menular alih-alih lebih ganas atau mematikan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo