Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian besar masyarakat percaya bahwa merokok dapat membuat seseorang mengalami penurunan berat badan. Padahal sebenarnya perilaku merokok merupakan salah satu kegiatan yang dapat memicu terjadinya obesitas sentral atau kelebihan lemak di bagian perut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Berdasarkan hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor penyebab obesitas sentral meliputi faktor usia, jenis kelamin, status ekonomi, kebiasaan berolahraga, konsumsi serat, konsumsi makanan berlemak dan perilaku merokok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dosen program studi Teknologi Laboratorium Medis (TLM) Program Sarjana Terapan Universitas Muhammadiyah Surabaya Vella Rohmayani memaparkan hasil studi yang telah dilakukan Obesity Society, masyarakat ilmiah yang didedikasikan untuk studi tentang obesitas dan perawatannya. Hasil penelitian menyebutkan bahwa lingkar perut pada perokok lebih besar dibandingkan dengan non-perokok.
Menurut Vella, walaupun sebenarnya perokok mempunyai berat badan ideal, perilaku merokok dapat mempengaruhi pola penyebaran lemak di tubuh. Pada perokok, lemak dapat terpusat di perut dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya.
Perilaku merokok memicu timbulnya berbagai masalah kesehatan. Lemak yang ada di dalam tubuh bisa mengeluarkan senyawa sitokin dan hormone yang bisa menyebabkan terganggunya mebolisme tubuh.
“Senyawa sitokin bisa menyebabkan terjadinya peradangan sehingga memicu penyakit stroke, jantung dan darah tinggi,”jelas Vella dilansir dari laman resmi UM Surabaya pada Senin, 29 Agustus 2022.
Vella menerangkan kondisi perut buncit juga dapat meningkatkan produksi kolestrol buruk dalam tubuh. Hal inilah yang kemudian menyebabkan perut buncit bisa meningkatkan risiko penyakit kolestrol.
“Selain menyebabkan penyakit kolestrol perut buncit juga dapat menyebabkan meningkatan risiko diabetes, gangguan pernafasan dan penyakit kardiovaskular yang bisa memicu kematian dini,”imbuhnya lagi.
Vella yang juga Anggota Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) UM Surabaya mengingatkan pentingnya edukasi bahaya merokok. Karena dengan tidak merokok dapat menghindarkan kita dari berbagai macam gangguan kesehatan.
Baca juga: