Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Solo - Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Kota Solo mengajak para penyintas Covid-19 untuk melakukan donor plasma darah konvalesen untuk membantu penderita yang masih sakit. Donor plasma darah ini bisa dilakukan dua pekan sekali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Terapi plasma konvalesen ini sudah banyak menolong pasien Covid-19," kata Kepala Unit Donor darah PMI Solo, Kunti Dewi Saraswati, Selasa, 20 Oktober 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sayangnya, hingga kini masih belum banyak penyintas Covid-19 yang ikut mendonorkan plasma darah yang telah mengandung zat antibodi untuk melawan virus tersebut.
Kunti menyebut bahwa terapi itu sudah dilakukan oleh beberapa rumah sakit di sekitar Solo dengan bekerja sama dengan PMI. "Sebenarnya terapi ini bukan pengobatan utama, hanya tambahan saja sifatnya," katanya. Hanya saja, berbagai riset menyebut bahwa terapi ini cukup membantu pengobatan pasien Covid-19 dengan kondisi moderate dan severe.
Donor plasma darah ini, menurutnya, memiliki perbedaan dengan donor darah pada umumnya. "Kami hanya mengambil plasma darahnya," katanya. Pendonor juga tidak harus menunggu berbulan-bulan untuk bisa kembali mendonorkan plasma darahnya. "Bisa donor dua pekan sekali," katanya.
PMI Solo telah membentuk tim untuk menangani pemrosesan plasma darah konvalesen sejak April lalu. Mereka juga telah menerima beberapa pendonor meski belum begitu banyak. "Ada satu penyintas yang telah mendonorkan plasma darahnya hingga tiga kali," katanya.
Plasma darah yang telah didonorkan lantas dibekukan di mesin yang saat ini telah dimiliki. "Mampu bertahan hingga satu tahun," katanya. Plasma darah itu nantinya diencerkan saat hendak diberikan kepada pasien.
Selama pandemi ini, PMI Solo juga telah membantu rumah sakit untuk memberikan terapi ini terhadap sembilan pasien. "Di rumah sakit yang ada di Solo dan Klaten," katanya. Hanya saja, dia tidak menjelaskan secara rinci mengenai efektivitas terapi tersebut terhadap pasien. "Karena itu domainnya rumah sakit," katanya.
AHMAD RAFIQ