Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - La Ode Rabani dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair), mempresentasikan hasil kajian dan analisisnya terkait keramik di Museum Negeri Mpu Tantular. Hasil tersebut disampaikan dalam Seminar Hasil Kajian Keramik Museum Negeri Mpu Tantular.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seminar dengan tema "Identifikasi Era, Bahan dan Fungsi Serta Sejarahnya di Jawa Timur" diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata UPT Museum Negeri Mpu Tantular. Acara ini diadakan secara hybrid, dengan peserta hadir langsung di Museum Mpu Tantular serta disiarkan secara live melalui YouTube pada Selasa, 24 September 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti yang dilansir dari laman resmi Unair, pada seminar ini, La Ode menguraikan hasil penelitian timnya yang menganalisis 60 keramik dari koleksi Museum Mpu Tantular. Dari jumlah tersebut, 59 keramik berasal dari Tiongkok, dan satu lainnya dari Vietnam.
Sejarah Keramik di Jawa Timur
La Ode menjelaskan bahwa sejarah kemunculan keramik di Jawa Timur tidak lepas dari peran penting perdagangan maritim. Ia menjelaskan bahwa Nusantara, khususnya Jawa, menjadi bagian dari Jalur Sutra dan perdagangan maritim global. Oleh karena itu, pertukaran komoditas antara Nusantara dan dunia internasional tidak dapat dihindari.
Kapal-kapal dari Majapahit sudah berani berangkat ke China, melakukan perdagangan lewat Selat Malaka. Dalam Nusantara dengan komoditas rempah-rempah. Dari luar Nusantara dengan komoditas perunggu, emas, keramik dan lainnya,” ujarnya.
Pengaruh Perdagangan di Jawa Timur
La Ode juga mengungkapkan bahwa perdagangan keramik yang berkembang pesat pada masa kejayaan perdagangan maritim menempatkan Jawa Timur sebagai pusat perdagangan penting di Nusantara. Hal ini menegaskan bahwa keramik saat itu menjadi salah satu komoditas yang diperdagangkan. “Karena banyak sekali kerajaan di Jawa Timur. Banyak keramik ditemukan pada pusat-pusat kerajaan, seperti keramik yang ada di Kediri. Bekas Kerajaan di Trowulan,” kata dia.
Melalui kajiannya, ia menemukan bahwa keramik-keramik dari koleksi Museum Mpu Tantular menunjukkan kualitas yang sangat tinggi, terutama yang berasal dari wilayah Jingdezhen, Zhejiang, dan Cizhou.
Lebih lanjut, La Ode menyatakan bahwa temuan ini menunjukkan kemajuan perdagangan dan kekuasaan Kerajaan Majapahit di masa lampau. “Tinggalan keramik yang kini merupakan koleksi Museum Mpu Tantular membuktikan bahwa perdagangan maritim telah menghubungkan Nusantara (Jawa, red) ke dunia global,” katanya.