Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Perang dengan robot terbang

Sekitar 15 negara mengembangkan rpv, remote piloted vehicle, atau pesawat yang dikontrol dari jauh. robot terbang tak berawak ukuran mini yang dilengkapi alat pemantau elektronik dan kamera tv.

31 Oktober 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERANG masa depan mungkin akan mengandalkan pada robot terbang. Contoh tekmk perang seperti inl dapat dilihat pada pertempuran Israel-Syria di Lembah Bekaa, Libanon, 1982. Ketika itu, para awak satuan rudal antipesawat udara (SAM) Syria yang sedang bertugas tiba-tiba dihantam rudal Israel tanpa peringatan apa-apa. Padahal, letak 29 sarang SAM itu sangat rahasia dan dikamuflasekan dengan rapi. Lantas bagaimana rudal-rudal itu dapat menemui sasarannya? Adakah mata-mata Israel di antara mereka? Mata-mata itu memang ada. Namanya Mastiff dan Scout. Mereka bukan spion canggih ala James Bond, melainkan pesawat terbang tak berawak ukuran mini (RPV) yang dilengkapi alat pemantau elektronik termasuk kamera TV. RPV sendiri adalah kependekan dari Remote Piloted Vehicle alias pesawat yang dikontrol dari jauh. Pesawat berbahal kaca serat dengan rentangan sayap hampir 5 meter ini terbang berputar-putar sekitar 1,5 km di atas Lembah Bekaa. Jika pasukan Israel memerlukan gambaran yang lebih akurat, lensa panjang tele (tele dan zoom) kamera TV yang dibawanya diarahkan ke tempat yang ingin diketahui. Dengan demikian, pemotretan pasfoto tentara lawan pun dapat dilakukan secara mudah. Jurus mengintip ini pernah diunjukkan kebolehannya oleh militer Israel kepada pihak AS. Ketika itu komandan marinir AS Jenderal P.X. Kelley, melakukan kunjungan rahasia ke Beirut, Oktober 1983, untuk meninjau markas besar anak buahnya yang diledakkan teroris, dua hari sebelumnya. Secara diam-diam kehadiran Kelley dipantau pihak intelijen Israel melalui si Mastiff. Bahkan kemudian sebuah gambar pasfotonya diambil lalu dibuat lingkaran mirip pembidik teleskop dengan pusat bidikan pada jidat sang jenderal. Bisa dimaklumi betapa terperanjatnya Kelley ketika diperlihatkan foto dan rekaman video kunjungannya tersebut ketika ia tiba di Israel, beberapa jam kemudian. Jangan heran kalau angkatan laut AS lantas membeli sistem ini beberapa bulan kemudian. Sebenarnya, AS juga punya program pengembangan RPV sejak 1970-an, dan pernah dicoba dalam Perang Vietnam. Namun, baru setelah keberhasilan Israel di Lembah Bekaa, pihak AS mulai mengembangkannya secara besar-besaran. Adalah Al Ellis, seorang insinyur kelahiran California, AS, yang melahirkan Mastiff. Ellis meninggalkan pekerjaannya sebagai ahli aeronotika di perusahaan AS dan beremigrasi ke Israel tak lama setelah pecah perang Arab-Israel, 1967. Ia ingin menyumbangkan keahliannya untuk tanah leluhurnya. Ellis merogoh koceknya sendiri dan bersama beberapa teman dekatnya membuat RPV yang pertama. "Yang saya lakukan sebenarnya sederhana," kata Ellis tentang masa lalunya. "Saya cuma membuat pesawat model, menempelkan kamera di perutnya, dan membuat kamera itu memotret obyek di bawahnya." Ternyata, RPV buatan Ellis cukup meyakinkan meski hampir seluruh komponennya dibeli dari toko hobi di Tel Aviv. Setelah melihat hasil rekaman video yang dibawa Mastiff dalam sebuah penerbangan peragaan pada 1975, pihak militer Israel langsung memesan dua pesawat. Model-model berikutnya disempurnakan lagi. Dalam operasi di Lembah Bekaa itu, tak cuma kamera video yang diperlukan untuk mengintip, tapi juga perangkat untuk merekam sinyal radar rudal SAM Syria. Sementara beberapa Mastiff dan Scout yang dibuat oleh Israel Aircraft Industries melayang-layang di atas Bekaa, sejumlah pesawat pemburu Israel yang terbang 40 mil dari sana melepaskan sejumlah "umpan" radar yang disebut Sampson. Di layar radar Syria, umpan-umpan tersebut tampak seperti pesawat terbang sungguhan. Ini membuat pihak Syria menghidupkan radar SAM mereka. Sinyal ini segera ditangkap oleh Mastiff dan Scout dan lokasi SAM itu segera dilaporkan. Pesawat-pesawat pemburu Israel kini maju dan menembakkan rudal ARM-nya, yang dilengkapi pencari gelombang radar. Karena sudah tahu persis tempatnya, para pengendali memusatkan kamera video di RPV pada 29 lokasi SAM yang tersembunyi itu. Tak ada pangkalan SAM yang lolos dari rudal Israel. Kendati sudah mengeluarkan dana lebih dari 1 trilyun rupiah, pengembangan RPV di AS lebih lambat. Persoalan utamanya: RPV mereka yang bernama Aquila ini tak pernah selesai karena selalu berusaha menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. Maklum, Aquila ini memang dirancang sangat canggih dibandingkan dengan Mastiff. Kelebihannya, antara lain, dapat mengelak dari rudal lawan secara otomatis. Juga jika komunikasi dengan pengendali terputus, Aquila akan kembali kandang. Sedangkan dalam membantu rudal pemburu laser, Aquila dapat membidikkan sinar laser ke sasaran. Sistem ini rencananya baru akan dioperasikan mulai tahun depan. Selain Aquila, AS juga mengembangkan beberapa jenis RPV lain, seperti Pioneer, Brave 200 dan Brave 300, serta CL-227 Sentinel, yang berupa helikopter berbentuk kacang. RPV ini sangat praktis, bisa diluncurkan dari truk dan mampu terbang tiga sampai delapan jam serta melayang dengan kecepatan sekitar 92 mil per jam. Usai melakukan tugasnya, RPV bisa pulang dan mendarat kembali dengan bantuan jaring penangkap. Sekitar 15 negara kini mengembangkan RPV, termasuk Uni Soviet. Kini dikembangkan juga RPV yang dapat dimuati bahan peledak dan kemudian diarahkan menubruk lawan seperti Kamikaze Jepang pada Perang Dunia II dulu. Harganya sekitar US$35 juta untuk satu sistem dengan delapan pesawat. "Mengintip sasaran memang tugas yang penting, tapi manfaat utama RPV adalah bila dapat dipakai untuk mengarahkan senjata penghancur atau sebagai alat penghancur langsung," kata Steve Shaker, ahli robot terbang dari BDM Corp. di AS.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus